18

11 1 0
                                    

___
__
_
EXCHANGED LOVE
...

Ceklek!
Ny. Huang membuka pintu kamar Renjun. Dia tersenyum hangat. Entah apa yang telah terjadi semalam, sehingga kamar Renjun berantakan dan banyak sekali bekas tissu berceceran.

Diranjang, dia melihat Salsa yang masih tertidur pulas dengan mata sembabnya. Di sofa panjang, dia melihat Renjun masih tidur dengan selimut yang menutupi wajahnya.

Ny. Huang sendiri tidak tahu, masalah apa yang dihadapi oleh putranya dan calon mantunya hingga membuat mereka bersedih hingga larut.

Ny. Huang berjalan mendekati Salsa. Dia melihat ada sebuah bingkai foto yang ia peluk. Disana terdapat gambar Salsa, Renjun dan teman-temannya yang terlihat bahagia.

Namun, Ny. Huang dibuat terkejut ketika mendapati Salsa dalam foto tersebut tengah memeluk cowok. Dan Renjun, begitu dengan cewek lain.

Dahinya mengerut. Tiba-tiba, Salsa bergerak dari tidurnya. Buru-buru Ny. Huang mengembalikan bingkai foto tersebut. Lalu membangunkan mereka.

"Salsa bangun. Udah jam enam, nih!"

Salsa melenguh. "Eungh. Iya, Ma." Perlahan kedua kelopak matanya terbuka, menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk.

"Renjun. Ayo bangun sayang!"

"Enggh. Bentar lagi, masih ngantuk."

"Ehh. Gak boleh gitu. Mentang-mentang hari ini, hari minggu, kamu mau males-malesan? Mendingan keluar, olahraga, atau lari pagi gitu."

"Iya."

"Yaudah. Mama mau balik ke dapur. Buruan bangun."

"Hmm."

Ny. Huang pergi. Dan Renjun berniat melanjutkan tidurnya. Dia benar-benar tidak memiliki semangat hari ini. Pikirannya terus tertuju sama Dian.

"Renjun?"

"Hm?"

"Lari pagi yuk?! Biar rada fresh pikiran kita."

"Emm."

"Renjun?!"

"Hm?"

"Ayo!"

"Iya, iya." Dengan muka bantal bercampur kesal, Renjun bangun lalu pergi ke dapur. Lebih tepatnya ke kamar mandi, yang ada di dapur. Soalnya, kamar mandi yang ada di kamar Renjun, di pakai sama Salsa.

Setelah beberapa menit bersiap, mereka pun pergi lari pagi. Niatnya sih, lari pagi. Tapi, bukannya lari Salsa malah jalan santai. Mana jalannya lelet, bikin Renjun emosi.

"Buruan! Katanya lari pagi, elonya malah ngesot!" ketus Renjun.

"Sabar kalik. Capek nih, gua."

"Elo daritadi jalan aja capek, apalagi gua yang lari."

"Gua juga lari kok. Lari dari kenyataan, maksudnya."

Renjun tak mengindahkan perkataan Salsa, dan melanjutkan larinya. Sampai pada akhirnya, mereka sampai di taman kota. Minggu-minggu gini, taman kota selalu ramai. Banyak masyarakat yang berolahraga, atau sekedar melepaskan penatnya.

"Eh, gua haus nih!"

"Ya, terus?"

"Tunggu sini, gua mau beli minum."

"Hm."

Salsa berlari kecil, ke ruko dipinggir jalan. Rentetan jajan, dan roti kemasan tertata rapi menyambut Salsa. "Bu, beli air minum!" Ucap Salsa bersamaan dengan Dian yang tidak menyadari adanya Salsa, dan juga sebaliknya.

Exchanged LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang