13

18 5 0
                                    

___
__
_
EXCHANGED LOVE
...

"Haechan!" Melihat Dian menyapanya dengan bahagia, Haechan mencoba melemparkan senyum dan menahan nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Ia tidak menginginkan Dian mengetahui, apa yang terjadi pada dirinya.

"I-iya?" Haechan berusaha semaksimal mungkin, untuk menutupi wajahnya yang  lebam agar tidak dilihat Dian.

"Lo kenapa? Kok gak mau natap wajah gua, sih?" Haechan diam, namun batinnya berharap agar seseorang menjauhkan Dian darinya. Supaya Dian tidak melihatnya dengan wajah lebam.

"Lo mau tobat? Makanya gak mau natap wajah gua? " Haechan masih enggan menjawab. Dengan geram, Dian menarik lengannya dan tanpa di duga Haechan mengerang kesakitan. "Sorry, sorry.."

Dian tercekat, melihat wajah Haechan penuh luka lebam. Akhirnya dia mengerti, kenapa dia tidak ingin menunjukkan wajahnya pada Dian. Dia mencoba menutupinya.

"Lo kenapa? Muka lo...lebam semua. Dan tangan lo....astaga Haechan!"

"Gua gak papa kok."

"Gak papa nenek moyang lo! Ayo ke kursi taman, gua obatin."

Dian menariknya ke kursi taman layaknya seorang ibu dengan anaknya, sebab mulutnya tidak berhenti mengomeli Haechan.

Dian mengeluarkan kotak p3k kecil, yang selalu ia bawa didalam ranselnya. Lalu, dengan telaten dia mengobati luka lebam yang masih segar.

"Lo abis tawuran sama siapa? Kucing tetangga lo, ya? Kurang kerjaan banget."

"Aaw..ehhehe, apaan sih."

"Lo tuh kalau ada masalah cerita, jangan ditimbun. Lo kira masker apa?" Haechan diam. Netranya terus memandangi wajah Dian yang menggemaskan. Namun, hatinya sedih. Ingin sekali dia mengungkap apa yang terjadi padanya tapi, dia tidak ingin jika Dian dan yang lain jadi khawatir.

Air mata menggenang di pelupuknya. Dian yang menyadari sikap diam Haechan, lantas mendongak dan melihat Haechan yang telah menangis.

"Eh, maaf..iya deh, kalau gak mau cerita gak papa. Tapi jangan nangis gitu."

"Makasih ya? Lo udah peduli sama gua," ucap Haechan di akhiri dengan senyuman.

"Lo kan temen gua, jadi wajar aja kalau gua peduli," Dian mengusap air mata Haechan. Dan tepat pada saat itu, dari balik pohon Jennie berhasil memotret mereka. Sedari tadi, dia melihat keduanya. Tetapi tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Gua pengen cerita sama lo, tapi jangan beri tahu anak-anak yang lain ya? Cuma lo, gua dan Tuhan yang tahu."

**

"Ihh, mau lo buat apa foto si Dian sama Haechan? Lo ngefans sama mereka?" tanya Shuhua yang mendapatkan jitakan, sebagai balasan atas pertanyaannya. "Jangan tolol deh!"

"Ya terus apa?" kesal Shuhua sembari menghentakan kakinya, sekali.

Jennie berjalan selangkah lebih dulu dari Shuhua. Senyum piciknya mengembang, tangannya memainkan benda pipih miliknya. "Dengan ini, gua mau ngehancurin hubungan Dian sama Renjun."

"Ngehancurin?!" Jennie mengangguk, tanpa mengabsen senyum piciknya. "Yuk cabut! Kita cari Renjun."

Kedua manusia tersebut berjalan kesana-kemari, hanya untuk menemukan Renjun dan mencoba membuat celah di hatinya. Namun sayang, mereka tidak menemukan Renjun dimana pun tempat yang sudah mereka kunjungi. Jennie berhenti sejenak, hanya sekedar untuk berpikir 'dimana kah Renjun berada?'

Jennie menjentikkan jarinya, mengingat satu tempat yaitu tempat parkir. Dia sangat yakin, jika Renjun belum berangkat sekolah. Maka dari itu, Jennie memutuskan untuk pergi ke tempat parkir dan menunggu kedatangan Renjun.

"Argh, balik aja yuk! Pegel nih, berdiri mulu. Palingan Renjun gak masuk! " Keluh Shuhua. Mereka telah menunggu kedatangan Renjun sekitar sepuluh menit. Tetapi Renjun belum juga tiba.

Semenit kemudian, deruman motor terdengar memasuki area parkir. Membuat senyum Jennie merekah ruah. Bisa dipastikan itu adalah Renjun, dengan Salsa yang di boncengnya.

Jennie mengayunkan kakinya untuk menghampiri mereka. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Renjun dan Salsa membuka helm. Bukan. Bukan karena kekaguman melihat paras tampan Renjun, ataupun paras Salsa. Akan tetapi, Jennie tertarik dan menyimpan tanda tanya di pikirnya, mengenai ekspresi wajah Salsa yang terlihat cemas. Dan Renjun yang terus berusaha menenangkan nya.

Jennie dan Shuhua bersembunyi di balik mobil sedan, milik salah seorang siswa disana.

"Jun, gua takut kalau nanti ketemu Jaemin...gua gak sanggup!"

"Diem Sal, diem! Pusing gua dengernya. Kan udah gua bilang, asalkan lo tenang dan bersikap biasa pasti mereka gak bakal tahu."

Salsa tertunduk. Renjun mengehela napas berat. "Gua tahu ini berat, ini salah. Gak seharusnya kita tunangan. Tapi...ini demi kebaikan Mama. Dan elo..jangan sekali-kali bocor atau kasih tahu sama yang lain."

"Tapi...kalau suatu hari nanti, Jaemin ataupun Dian tahu tentang perjodohan kita dari orang lain gimana? Bukannya itu lebih bahaya?"

"Maka dari itu, kunci mulut lo. Jangan sampai ada celah sedikitpun! Ngerti!?"

"Gua takut..kalau Jaemin ataupun D--"

"Hai guys! " Jaemin berlari menghampiri mereka. Lebih tepatnya, menghampiri Salsa dan memeluknya. Membuat Salsa tak kuasa menahan air matanya, mengingat bagaimana dia menghianati kekasihnya di belakang.

"Loh? Kok kamu nangis sih?" tanya Jaemin dan Salsa menggeleng. "Aku cuma terharu."

"Terharu karena di peluk cowok ganteng?"

"Bukan!"

"Terus apa?"

"Aku terharu karena..pagi-pagi gini pacarku romantis banget, sedangkan Renjun ngenes banget. Haha! "

Renjun menajamkan pandangannya pada Salsa. "Persetan lo!"

"Eh? Tapikan Renjun udah jadian sama saudara ku, Dian. Jadi gak terlalu ngenes dong?!"

"Alah, Renjun mah, punya pacar atau enggak. Tetep aja keliatan ngenes nya, haha!"

Melihat dua insan menertawakan nya, Renjun memilih untuk pergi. "Mau kemana lo?" tanya Jaemin

"Kelas!"

"Woy bareng, tungguin kita juga!" Renjun terus berjalan, tidak mempedulikan Jaemin yang terus memanggilnya. Namun akhirnya, mereka menyusul Renjun pergi meninggalkan tempat parkir.

Dari balik mobil sedan, Jennie dan Shuhua muncul. Bak drama yang memunculkan pihak jahat, ketika para tokoh selesai berbicara serius dan rahasia.

Dia tersenyum picik menatap layar ponselnya. Dia menekankan tombol delete dan menghapus foto Dian, lalu memutar video hasil rekamannya ketika Renjun dan Salsa berbicara.

"Dengan ini, haluan gua berputar. Dan dengan ini juga, gua tahu harus apa dan bagaimana." gumamnya

"Kasihan ya, kisah cinta dua pasang kekasih yang begitu rumit. Mana mereka deket lagi," oceh Shuhua yang diakhiri dengan gelengan kepala. Sebagai bentuk keprihatinan nya.

"Diem! Dan gak usah peduli dengan mereka!" sinis Jennie, yang cukup membuat Shuhua bergidik ketakutan. "I-iya, iya."

"Cabut, kita pergi ke kelas. Bentar lagi bel!" Shuhua hanya mengangguk singkat, lalu berjalan mengekori Jennie.

__
_
To be continue
..
Oleh:
DiansariHm
cemiliia

Exchanged LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang