Matahari sedikit demi sedikit terbenam tanda sebentar lagi akan muncul sang rembulan malam. Di kediaman salah satu keluarga marquis, tepatnya perpustakaan keluarga terdapat seorang gadis berperawakan anggun sedang duduk manis ditemani tumpukkan buku-buku favoritnya yang akhir-akhir ini tengah ia gilai. Mulai dari sejarah masa peradaban monarki hingga buku berisi riwayat anggota keluarga kerajaan disertai silsilah lengkap dari masa terdahulu sampai masa sekarang. Semuanya ia susun memenuhi hampir setengah dari ukuran meja yang tersedia.
Gadis ini memang dikenal menawan, cerdas dan tekun. Tak ayal banyak sekali para bangsawan dari kelas menengah berbondong-bondong mengirim surat lamaran untuk gadis dari keluarga Marquis Menchester tersebut.
Tiba sebuah tepukan mendarat spontan tanpa permisi di bahu mulus yang tertutupi renda-renda dari gaun semampai gadis itu.
"Ayah..." Sapanya,
"Ada yang ingin aku bicarakan." Entah mengapa atmosfir ruangan semenjak kedatangan seorang yang ia panggil ayah ini perlahan berubah menjadi sedikit suram dan dingin. Gadis itu menarik napas perlahan mencoba mengatur detak jantung yang mendadak memompa sedikit cepat.
"Kalau begitu, ayah duduklah dulu." Tawar si gadis,
"Tidak usah memerintah ku!" Sungguh jauh didalam lubuk hati terdalam, gadis itu kesal.
"Kau dengar sayembara yang mereka ribut-ributkan itu?"
"Iya."
"Aku mau kau turut ikut serta." katanya,
Gadis dengan nama lengkap Airine Polina Menchester itu membulatkan matanya kaget. Ingin menolak dengan tegas, namun ia tidak seberani itu melawan lelaki yang merangkap sebagai ayah didepannya. Jika pun berani, Airine tidak yakin jika ia besok masih bisa mengunyah makanan atau tidak.
Tapi untuk kali ini, Airine harus mencoba! Ia begitu ingin pergi ke Saxoniva, sungguh sia-sia usaha belajarnya apabila tak terealisasikan melalui perlombaan tersebut.
"Ayah, bukankah kau juga tau jika aku sedang sibuk untuk mempersiapkan diri mengikuti perlombaan sejarah di Kota Saxoniva 2 hari lagi?"
Airine dapat mendengar dengan sangat jelas bagaimana tarikan napas gusar dilayangkan Ayahnya untuk dirinya.
"Kau menolak permintaanku? Kau kuminta meminum racun kah?" tanyanya balik dengan sorot mata menajam,
"Tidak....maksudku adalah tidak sama sekali, Yah. Namun Airine hanya bertanya untuk memastikan, barangkali Ayah mungkin melupakannya karena sejak dua hari yang lalu aku sudah meminta iz---" Ucapan gadis itu terpotong akibat rahang mulutnya yang telah di remas agak kuat oleh sang Ayah. Airine sedikit meringis.
"Tidak usah berbelit-belit, intinya kau mau atau tidak?!"
"Tidak yah, aku ingin ikut lomba."
"Kau ingin ditampar lagi? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Crowns For Nine Princesses
FantasyKisah ini berawal ketika Kerajaan Abraham yang memimpin kedaulatan wilayah bagian timur membuat pengumuman gempar secara tiba-tiba. Inti dari pengumuman tersebut adalah titah pelaksanaan sayembara untuk mencari pendamping kesembilan pangeran Abraham...