Part ini ditulis bersama oleh
Team Anaphalis Javanica.
•
•
•
•《HAPPY READING》
Terlihat seorang cewek yang tengah duduk di sebuah taman yang menghadap ke kolam buatan bersama seorang cowok yang mengenakan topi.
"Kenapa?" tanya cowok tersebut tiba-tiba. Memang terdengar ambigu, tetapi cewek itu cukup mengerti maksud dari pertanyaan cowok tersebut.
"Nggak papa," ujar cewek tersebut. Suara dan nadanya yang terdengar jelas gelisah, kontras dengan kata-kata yang ia katakan baru saja.
Cowok itu hanya tersenyum mengejek. "Nggak papa? Ternyata emang bener kata orang-orang, ya?" Cewek tersebut yang awalnya memandang lurus ke arah kolam, mengalihkan pandangannya dengan salah satu alisnya terangkat.
"Cewek itu makhluk paling gengsian di muka bumi. Mereka juga munafik. Jelas-jelas ada masalah tapi mereka sok-sokan kuat dan buat semua seolah nggak terjadi apa-apa. Kalau emang nggak ada masalah kenapa lo minta gue buat ketemu?" Mendengar hal itu, cewek itu tertegun dan merasa tertembak telak oleh kata-kata cowok di sebelahnya.
Angin berembus, membelah keheningan di antara mereka. Kalau boleh jujur, jauh di dalam lubuk hati, ia sangatlah bingung dan lelah. Terjadi pertengkaran di dalam batin cewek itu. Perasaannya campur aduk. Ingin bercerita, tetapi tidak tahu harus memulai dari mana. Fakta yang terungkap berhasil membuat harinya menjadi terasa lebih berat.
Kepalanya sakit dan pusing. Ingin melupakan, namun nyatanya ia terlanjur jatuh dalam luka. Hari-harinya yang biasanya sudah terasa berat, semakin terasa berat. Tanpa sadar setetes air jatuh melewati pipinya.
"Keberadaan gue di sini bukan untuk lo jadiin pengganti patung budha Candi Borobudur, kan? Gue di sini ada gunanya, kan?" tanya si cowok setelah melihat sang cewek mengusap air matanya kasar. Sang cewek yang bingung harus merespon anggukan atau gelengan, akhirnya ia hanya melihat si cowok tanpa ekspresi. Masih tercetak jelas di sana sisa aliran air mata yang jatuh.
"Sini!" Si cowok menarik tangan sang cewek. Sang cewek yang bingung harus bereaksi seperti apa, akhirnya menurut saja.
"Keberadaan gue di sini itu buat ngasih lo bahu gue, buat dijadiin sandaran. Ya, walaupun gue jarang olahraga dan berimbas pundak gue nggak sepeluk-able bahu milik Billy Davidson, tapi seenggaknya hati gue bisa melengkapi kekurangan bahu gue." Sang cewek melirik sekilas pada si cowok. Dan pada detik selanjutnya, ia meletakkan kepalanya di sana, di bahu si cowok.
Dan benar. Bahu yang menjadi tumpuannya kali ini memang tidak senyaman bahu sang ayah, tetapi entah kenapa rasanya pas sekali dengan ukuran kepala sang cewek.
"Makasih, Ga," bisik sang cewek, namun cukup terdengar jelas oleh si cowok.
"Untuk?"
"Semuanya."
● Bersambung ●
Salam dari team Anaphalis Javanica
▪︎ Rima_Amaya
▪︎ huruf_f
▪︎ @eloktriyuli
▪︎ lailama_02
▪︎ restiyosmitaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Complete)
Humor"Teh Iya orang Irian Jaya ya?" "Sorry, gue orang jawa asli." "Oh kirain. Soalnya separuh irian udah dimiliki sama Teh Iya." "Ha?" "Iya, atuh Teh. Separuh irian, separuh irisan hati akang." ----------- Bagaimana perasaan kalian jika di hari pertama k...