Part 17 (Perkemahan)

11 2 0
                                    

Part ini ditulis oleh Rima_Amaya02 salah satu member Sirius Loeve
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎

《HAPPY READING》

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian murid SMA Tunas Bangsa. Apalagi jika bukan karena adanya acara perkemahan.

Perkemahan kali ini hanya diadakan satu hari dua malam. Tetapi walaupun hanya dilakukan dengan jangka waktu sesingkat itu, kegiatan yang cukup jarang diadakan ini adalah hal yang paling di nanti oleh para murid, karena merupakan kesempatan mereka untuk refreshing. Begitu juga dengan Riana.

Riana begitu bersemangat dengan acara ini karena setelah sekian lama akhirnya ia diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan semacam ini. Sedari dulu ia tidak pernah diizinkan untuk mengikuti kegiatan perkemahan seperti ini, walaupun itu hanya sebatas persami yang dilakukan di lingkungan sekolah. Alasannya sangat remeh, yang tak lain dan tak bukan adalah karena traumanya.

Berbicara tentang trauma, Riana memiliki trauma dengan tempat gelap, terutama tempat luas dengan pencahayaan minim, seperti hutan. Hal inilah yang membuat kedua orang tuanya selalu melarangnya untuk mengikuti acara-acara yang berpotensi menggunakan tempat-tempat seperti itu.

Namun kini ia berhasil membujuk keduanya. Setelah dengan segala macam bujuk rayu dan tatapan memohon yang dibuat sebaik mungkin, akhirnya ayahnya mengizinkannya untuk mengikuti kegiatan kali ini. Tentu saja dengan berbagai macam syarat yang sebenarnya cukup berlebihan dan tidak masuk akal jika dipikir kembali.

Bahkan barang-barang Riana sudah dipersiapkan oleh mamanya karena tidak ingin anak mereka mendapat kesulitan sedikitpun. Setelah memastikan semuanya telah lengkap dan tidak ada yang tertinggal, Riana turun dari mobil ayahnya.

"Ingat! Jangan keluar tenda sendirian! Jangan masuk hutan sendirian! Selalu gabung dengan rombongan! Gak boleh lari kenceng-kenceng kalo di hutan. Jangan main api kalo lagi acara api unggun! Makan tep-"

"Iya, Kapten. Riana akan tepati semua syarat ayah. Udah, Riana pergi dulu ya? Udah ditungguin tuh," potong Riana.

"Oke. Besok kalo udah di perjalanan pulang, langsung telpon ayah. Bi--"

"Oke. Riana pergi dulu, bye!" Riana berlari pergi meninggalkan ayahnya yang menggelengkan kepalanya melihat sifat anaknya yang menurutnya belum dewasa sama sekali.

Di sisi lain, Riana sudah memasukkan tas besarnya ke dalam bagasi bus. Ia langsung masuk ke dalam bus dan mencari tempat duduk di bagian belakang agar bisa tidur dengan tenang selama perjalanan.

Namun, baru saja Riana akan memejamkan matanya, ia merasakan seseorang mengisi bangku di sebelahnya. Awalnya ia tidak peduli dengan hal itu, tetapi karena toelan di lengannya yang tidak berhenti, ia akhirnya terpaksa membuka matanya kembali dan menoleh ke samping. Arga dengan senyuman lebar hingga memperlihatkan giginya dengan sempurna tengah duduk disana.

"Kenapa lo malah duduk di sini?" tanya Riana pelan setelah menghela napas panjang.

"Loh, emang ada larangan yah? Bukannya tempat duduk bebas yah?" tanya Arga balik. Riana menggaruk bagian belakang kepalanya. Bingung harus menjawab apa.

"Lagian gue mau duduk sama lo nggak ada yang marah 'kan? Terus juga lo 'kan calon istri gue, jadi nggak ada salahnya dong jaga istri sendiri," kata Arga dengan santai.

"Gausah ngadi-ngadi."

"Loh? Beneran kok! Lo 'kan ...." Dan kicauan seorang Arga dimulai. Riana dengan gerakan cepat langsung menyumpal telinganya dengan earphone dan memutar musik dengan volume tinggi.

Eccedentesiast (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang