Part ini ditulis oleh lailama_02 dan Rima_Amaya02 member Sirius Loeve.
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎《HAPPY READING》
"
Mereka itu bukan orang tua kandung gue. Mereka itu dokter gue sebenarnya. Mereka psikiater dan psikolog gue."
Riana diam kembali. Jempolnya lagi-lagi menggaruk sela-sela jari telunjuk dan jempolnya. Arga yang melihat itu langsung menggenggam tangan Riana dan memasukkannya ke dalam jaket hoodienya.
"Gue dulu anak seorang pemilik sawah terbesar di Jogjakarta. Ayah gue suka banget ngebunuh tikus di sawah pake jaring penjebak dan racun tikus. Awalnya gue fine-fine aja, karena menurut gue itu hal yang lumrah. Tapi begitu gue lihat dengan mata kepala gue sendiri, Ibu gue nguliti tikus-tikus itu dan jadiin dagingnya buat makanan petani penggarap sawah Bokap gue, gue nggak bisa tinggal diam. Gue langsung tumpahin kuali masakan Ibu gue dan hancurin dapur rumah gue waktu itu," cerita Riana sambil menangis pelan. Ia tidak terisak, tetapi air matanya turun terus-menerus di pipinya.
Sedangkan Arga, ia sekuat tenaga menahan rasa keterkejutannya lagi dan lagi. Tidak menyangka bahwa Riana yang ia kenal mempunyai masa lalu yang kelam seperti ini.
"Gue waktu itu statusnya sebagai anak bipolar. Tapi Ayah sama Ibu gue nganggep gue sebagai anak gila, daripada anak dengan kepribadian ganda. Jadi tanpa rasa bersalah mereka langsung sayat lengan gue, biar gue ngerasa sakit dan pingsan."
Riana diam kembali.
"Tapi alih-alih pingsan, gue malah makin ngerasa hampa. Gue nggak ngerasa sakit sama sekali. Gue malah takut sama mereka dan akhirnya gue teriak sekenceng mungkin."
"Lo masih inget Devan? Orang tua dia, Om dan Tante gue yang nyelamatin gue waktu itu. Dan setelah itu gue nggak lagi hidup sama mereka. Gue hidup di rumah sakit selama 3 tahun. Awalnya gue hidup sama Om Tante gue. Tapi karena gue lama di rumah sakit, gue kenal dan akrab dokter gue. Yaitu Papa. Singkat cerita Papa ngangkat gue jadi anaknya, karena Papa dan Mama gue nggak bisa punya anak setelah beberapa tahun menikah." Riana mengakhiri ceritanya dengan menunduk. Menumpahkan semua rasa sakit dan takutnya.
"Dan asal lo tau, mereka ngelakuin itu waktu malem hari dengan pencahayaan yang minim banget. Dan saat itu diluar lagi hujan deres banget. Gue takut. Gue takut hujan. Gue takut gelap. Gue takut ...." Arga buru-buru memeluk Riana kembali.
Ia tidak tega dengan keadaan mental Riana saat ini. Dari luar Riana memang tampak biasa-biasa saja. Tapi ternyata dibalik itu semua, ia memiliki ketakutan besar.
Arga tetap merangkulnya hingga Riana tertidur pulas di pelukannya. Melihat wajah Riana yang tertidur pulas seperti ini membuat Arga ingin sekali membahagiakan gadis ini. Ia tidak sepatutnya bersedih. Ia sepatutnya mendapatkan segalanya, termasuk kasih sayang dari orang tua kandung.
"Kamu Arga 'kan?" tanya seseorang tiba-tiba dari arah pintu yang menghubungkan taman belakang rumah dengan dapur.
Arga menoleh dan langsung mengangguk sambil tersenyum ke arah wanita berbaju coklat di sebelah sana. Wanita itu berjalan pelan ke arah Arga dan Riana. Melihat wajah Riana yang tampak sendu, wanita itu langsung mengerti.
"Dia udah cerita semua?" tanya Mama Riana dengan suara pelan.
Arga mengangguk kembali. Ia tidak berani berbicara, karena takut membangunkan Riana.
Wanita itu menghela napas panjang.
"Tolong kamu bawa dia ke atas ya?" ujar wanita itu pelan.
Setelah mendapat anggukan dari Arga, wanita itu pergi meninggalkan Arga dan Riana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Complete)
Humor"Teh Iya orang Irian Jaya ya?" "Sorry, gue orang jawa asli." "Oh kirain. Soalnya separuh irian udah dimiliki sama Teh Iya." "Ha?" "Iya, atuh Teh. Separuh irian, separuh irisan hati akang." ----------- Bagaimana perasaan kalian jika di hari pertama k...