Part 29 《 Menyatakan Perasaan 》

12 2 0
                                    

Part ini ditulis oleh Rima_Amaya02 salah satu member Sirius Loeve
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎

《 HAPPY READING 》

Riana kini telah berada di taman tempatnya janjian dengan Arga. Di sana ia berusaha untuk menahan rasa dingin yang menusuk tulangnya.

Tak lama dari arah belakang, terdengar suara yang familiar. Mengetahui jika Arga kini berada di belakangnya, secara tiba-tiba ia langsung memeluk tubuh tersebut sehingga membuat pemilik tubuh itu memegang.

Dengan lembut Arga mencoba menjauhkan tubuhnya dari pelukan itu dan mencoba bertanya apa alasan air mata itu keluar dari mata cantiknya.

Secara perlahan juga ia menceritakan semua rahasia yang tersimpan selama ini. Bahkan mengenai penyakitnya. Entahlah, ia rasa ia harus menceritakan hal itu kepada Arga. Tak lupa tentang kejadian tadi yang membuatnya kabur dari rumah.

Arga yang mendengar kebenaran dari mulut gadis itu tak bisa menahan rasa terkejutnya. Lagi-lagi gadisnya mendapat hal yang sulit diterima oleh gadis yang lain.

"Kenapa, Ga?! Kenapa rasanya kebahagiaan nggak pernah mau datang ke kehidupan gue?! Kenapa harus gue di yang nanggung semua ini? Dan gue bener-bener nggak nyangka kalau Mama sama Papa gue sendiri yang ngerahasiain hal sebesar ini sama gue," kata Riana sambil terisak di akhir ceritanya.

Arga yang tidak bisa melihat jika ada satu pun air mata yang jatuh ke pipi gadis itu langsung mengusapnya dan berusaha menenangkannya.

"Riana dengerin gue! Lo nggak bisa langsung menyimpulkan kenyataan kalau Mama sama Papa lo bersalah karena berusaha untuk menyembunyikan yang sebenernya. Mereka mungkin punya alasan tersendiri kenapa mereka melakukan itu seperti hal yang terjadi sebelumnya. Mereka juga bawa lo pindah sekolah kemarin untuk pengobatan lo kan, busa aja mereka juga menyembunyikan hal itu dengan alasan supaya lo nggak semakin terluka kayak gini," jelas Arga perlahan berusaha membuat gadis itu mengerti.

Sedangkan yang tersisa kini hanya suara isakan gadis itu yang memelan. Arga tidak tahu apakah ucapannya tadi di dengar atau tidak. Yang ia tahu jika saat ini gadis itu benar-benar membutuhkan tempat untuk menangis. Ia dengan sukarela langsung membawa kepala gadis itu untuk menyandar di bahunya, ia juga menyampirkan jaketnya ke badan Riana agar gadis itu tidak merasa kedinginan.

Tak lama kemudian, terdengar suara dengkuran halus dari arah sampingnya. Ketika melihat ke arah sumber suara tersebut, ia tidak bisa untuk tidak terkekeh karena melihat bagaimana wajah lucu gadis itu ketika tertidur.

Tanpa komando, tangannya bergerak perlahan untuk menghapus beberapa bekas air mata di pipi yang kini pucat itu. Tak ingin Riana semakin kedinginan, ia akhirnya membawa Riana ke rumahnya karena untuk saat ini ia tidak bisa membawa gadis itu kembali ke rumah gadis itu karena ada rasa takut jika ia kembali dipisahkan denagn Riana.

Setelah sampai di rumahnya, Arga disambut oleh Mamahnya karena merasa khawatir malam-malam melihat Arga keluar. Namun rasa khawatirnya semakin bertambah dan di selangi oleh rasa terkejut ketika melihat anaknya membawa seorang gadis wanita di dalam gendongannya.

Ketika melihat siapa yang berada di gendongan tersebut, Mamahnya Arga langsung bertanya kenapa Riana berada di sini.

Sebelum menjawab, Arga membawa tubuh Riana untuk ia baringkan ke kamar yang kosong, dan kembali untuk menceritakan semuanya.

Sedangkan keluarga Riana khawatir karena baru menyadari jika putri mereka menghilang atau lebih tepatnya kabur dari rumah. Kondisinya saat ini benar-benar belum sehat dan Riana malah memilih untuk kabur.

Mereka telah beberapa kali menelepon ponselnya Riana namun tetap saja tidak ada balasan. Sampai akhirnya sebuah peredam masuk membuat keduanya menghela napas lega.

08964586xxxx
Tante, ini Arga. Sekarang Riana ada di rumah Arga. Tante bisa jemput dia nanti besok. Tante nggak perlu khawatir karena orang tua saya akan merawat Riana.

****

Keesokan paginya.

Sunnat matahari yang masuk ke celah-celah jendela membuat tidur gadis itu terganggu. Dengan perlahan ia membuka matanya dan menyadari jika ini bukanlah kamarnya.

Secara tiba-tiba ia langsung bangkit sehingga membuat kepalanya terantuk oleh dagu Arga yang kebetulan memang berada di dekatnya untuk memastikannya tidak sakit.

Aww

"Ya ampun Ia, kamu kenapa sih bangun tiba-tiba? Nanti malah pusing lagi. Mending sekarang kamu tidur aja lagi sambil nunggu orang tua kamu jemput lagi," kata Arga. Riana yang mendengar jika orangtuanya akan menjemputnya tiba-tiba saja merasa gelisah. "Lo ngabarin mereka?" tanya Riana yang sebenarnya tidak penting itu.

"Iya Ya. Aku kabarin mereka karena aku tahu mereka pasti lagi mengkhawatirkan kamu. Apalagi kondisi kamu yang sekarang nggak fit kayak gini. Orang tua kamu pasti lagi kelimpungan," kata Arga menjelaskan.

Riana tidak lagi bertanya karena merasa jika ucapan Arga benar. Karena tak ada pembicaraan lagi, akhirnya gadis itu mengajukan pertanyaan yang akhir-akhir ini bersarang dipikirannya.

"Ga, emang bener lo pacaran sama adik kelas itu?" tanya Riana. Arga terdiam sejenak sebelum menjawab dengan santai. "Nggak kok. Gue cuman anggap dua kayak adik gue sendiri karena kebetulan dia juga banyak kesamaan sama adik gua maupun gue. Lagian dia juga udah punya pacar kok cuman beda sekolah aja," jawab Arga.

"Kalau hubungan lo sama Alfian?" tanya Arga. "Gue udah putus," jawab Riana.

Arga yang merasa jika ini adalah kesempatannya untuk menyatakan perasaannya langsung mengutarakan.

"Riana. Gue tahu mungkin lo anggap semua perlakuan gue ke lo itu hanya sebatas iseng aja. Namun kali ini gue mau mengakui kalau selama ini gue bener-bener sayang sama lo bahkan mungkin udah jauh hari gue cinta sama lo. So will you be mine?" tanya pria itu sambil menatap matanya.

Riana kali ini tidak bisa menahan harunya langsung menjawab, "Gue juga sebenarnya udah menyadari kalau gue punya rasa lebih sama lo. Tapi kali ini gue nggak bisa nerima lo karena suatu alasan," jawab Riana yang membuat Arga terkejut karena ternyata perasaannya terbalas namun ada alasan yang membuat Riana tidak bisa menerimanya. "Apa alasannya?"

"Lo tahu sendiri Ga, gue bukan wanita sehat seperti yang lain. Gue punya penyakit yang bisa kapan aja jemput guem gue cuman nggak mau di saat lo lagi sayang-sayangnya gue malah ninggalin loe karena penyakit ini. Setidaknya kalau lo sayang sama gue, lo bisa nungguin gue sampai gue sembuh nanti," jawab Riana.

Arga hanya mengangguk karena mengerti kegelisahan gadis itu dan ia siap untuk menunggu sampai kapanpun agar Riana bisa menerimanya tanpa takut apapun.

Keheningan antara mereka pecah ketika Mamahnya Arga mengatakan sesuatu yang membuat Riana langsung berlari ke arah pintu keluar.

"Riana keluarga kamu ada di depan." Itulah perkataan yang beliau ucapkan.

●•°•● BERSAMBUNG ●•°•●

Salam dari tim Anaphalis Javanica

Eccedentesiast (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang