Part 15 《 Penjelasan 》

9 2 0
                                    

Part ini ditulis oleh lailama_02 salah satu member Sirius Loeve.
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎

《HAPPY READING》

Siang berganti malam. Sinar matahari yang siang tadi bersinar dengan sangat terik, sekarang tergantikan oleh pantulan sinar rembulan dan dinginnya angin malam. Hari ini entah kenapa terasa sangat cepat. Itulah yang dipikirkan oleh Riana. Mulai dari sifat aneh Arga beberapa hari ini, ucapan aneh Arga di taman belakang tadi pagi, berlanjut dengan kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat pusing dan badannya yang menggigil, dan berakhir dengan izinnya ia ke ruang kesehatan. Dan ketika ia terbangun dari tidurnya, sebuah handuk kecil yang masih sedikit basah sudah menempel di keningnya.

Riana mencoba mengingat-ingat siapa orang yang terakhir kali diajaknya berbincang sebelum ia tidur di ranjang ruang UKS. Tetapi semakin diingat-ingat ia semakin tidak mengingat apa-apa selain rasa pusingnya tadi pagi yang membuatnya setengah sadar bahkan ketika ia sedang berjalan.

Sekilas bayangan Arga melintas di pikirannya. Bagaimana tidak? Selama ia berada di sekolahnya saat ini, orang yang paling peduli dan berada di sekitarnya terus menerus hanyalah Arga. Mungkin ada beberapa teman ceweknya di kelas yang cukup dekat dengan dirinya seperti Elisa, tetapi ia rasa hubungan mereka berdua tidak sedekat itu hingga Elisa tiba-tiba menjenguk dan merawatnya di UKS.

Tetapi jika dipikir kembali, apakah benar Arga pelaku handuk basah itu, rasanya tidak mungkin juga. Tadi pagi Arga masih aneh dan sensitif ketika Riana ajak berbicara, jadi tidak mungkin siangnya ia sudah berbaik hati merawatnya. Toh juga untuk apa Arga harus merawatnya, Arga 'kan bukan siapa-siapanya.

'Kenapa lo harus marah? Bukannya kita bukan siapa-siapa ya?'

Bayangan Arga mengucapkan kata-kata itu tiba-tiba muncul di pikiran Riana, membuat dirinya menggeleng-gelengkan kepalanya. Arga, Arga, Arga! Dari kemarin pikirannya tersudut pada cowok yang biasanya mengejarnya itu. Perubahan sikap Arga yang tiba-tiba membuat Riana kepikiran terus menerus dan tidak bisa konsentrasi. Apalagi jawaban Arga tadi pagi yang cukup aneh dan terkesan marah. Ada apa ini? Memang apa salah Riana, hingga membuat seorang Arga yang biasanya tidak pernah lepas dari Riana tiba-tiba menjadi sedingin es.

Apakah ini karma untuk Riana karena selama ini ia selalu marah dan kesal pada Arga? Riana bingung hingga tanpa sadar bibirnya terluka karena kebiasaannya menggigit bibir ketika bingung.

"Aw!"

Darah mengucur di bibirnya membuat Riana dengan segera mengambil kapas di dalam lemari nakas di sebelah tempat tidurnya.

Setelah mengusap bibirnya yang berdarah, ia membuang kapas bekas darah itu dan terduduk di kursi belajar.

"Apa karena ucapan gue waktu itu? Tapi emang gue salah?" Batin Riana lagi.

Seolah tersadar dari kerasukan setan, Riana tiba-tiba berdiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

"Gue ngapain mikirin tuh cowok ya? Harusnya gue 'kan seneng nggak diganggu lagi? Ah, udahlah nggak penting juga," kata Riana.

Ia baru saja mendudukkan diri di kasur putihnya, suara ibunya terdengar dari bawah.

"Riana, makan malam!"

Setelah menghela napas panjang, Riana bangkit.

"Iya!"

****

Seperti biasa, Riana berangkat ke sekolah jam enam lebih lima belas menit. Tidak terlalu pagi juga tidak terlalu siang. Pagi ini ia memilih untuk diantar oleh papanya, karena tubuhnya masih terasa lemas. Entahlah mungkin ia memeras tenaganya akhir-akhir ini, sehingga membuat tubuhnya meminta istirahat lebih. Padahal biasanya ketika ia sakit atau hanya sekadar tidak enak badan, badannya akan kembali fit dan segar bugar jika ia istirahatkan sehari penuh, seperti kemarin. Tetapi kali ini berbeda, entah mengapa.

Eccedentesiast (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang