Tangan Edbert bergerak melonggarkan ikatan dasinya yang terasa begitu kencang. Ia lalu menyandarkan kepalanya sembari mengurut pangkal hidungnya yang kini terasa sakit. Pikiran dan tenaganya hari ini benar-benar dikuras habis karena sebuah kasus yang baru saja datang menyambangi perusahaan keluarganya – Waller Corp.
Edbert bertahan di posisi diamnya sampai beberapa menit terlewat. Pria itu lalu memutuskan untuk bangkit dari kursi kebesarannya dan pergi ke ruangan bos besar yang tak lain dan tak bukan adalah sepupunya sendiri – Bara Angkasa Waller.
"Sebenarnya, kamu ada masalah apa dengan perusahaan Bratawijaya sialan itu, Bar ? Menyusahkan sekali." Edbert sama sekali tidak berniat menutupi kekesalannya akibat kasus baru yang berasal dari perusahaan yang sudah sejak lama menyatakan genderang perang dengan perusahaan keluarganya.
Bara menaruh penanya ke atas meja dan memandang sepupunya dengan tatapan tenang. "Easy, bro. Duduklah dulu."
Edbert menyeringai miris sembari menuruti ucapan Bara. "Bratawijaya akhirnya berulah lagi setelah 3 tahun berturut-turut tidak mengibarkan bendera perang. Jelas-jelas perusahaan kita dulu yang membeli tanah di area itu, kenapa mereka bisa-bisanya mau merebut ?"
Tangan Edbert bergerak menyugar rambutnya dengan kasar. "Aku sama sekali tidak mengerti dengan pikiran mereka. Kenapa suka sekali mencari masalah dengan beberapa perusahaan besar."
Masih dengan ekspresi tenangnya Bara berkata, "Mungkin mereka sedang bosan. Makanya Bratawijaya mulai melakukan permainan." Pria itu lalu memajukan tubuhnya sembari tersenyum. "Sudahlah, aku percayakan semuanya kepadamu. Kamu ahlinya, Ed."
Edbert memandang sepupunya itu dengan tatapan menyipit. "Kamu tahu, Bar ? Rasanya aku ingin sekali mencekikmu."
..........
"Pak Edbert, pertemuan dengan pihak Bratawijaya akan dimajukan menjadi hari Kamis lusa." Hanan – tangan kanan Edbert masuk ke dalam ruangan atasannya dengan tergesa. Pria itu bahkan tidak menunggu Edbert menyahuti setelah ia mengetuk pintu untuk masuk ke dalam ruangan Head of Legal Waller Corp.
Edbert menyeringai tidak percaya. Sepertinya, pihak Bratawijaya benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengannya. Edbert jadi penasaran, kali ini mereka menggaet firma hukum mana lagi ? Karena meskipun Bratawijaya sudah berganti-ganti tim legal, mereka sama sekali belum pernah bisa mengalahkan tim legal Waller Corp yang dikepalai oleh dirinya.
"Bratawijaya yang mengajukan ya ?"
"Iya, benar, Pak."
Edbert memajukan tubuhnya dan bersuara dengan seringaian liciknya. "Kalau begitu, kita mengajukan pertemuannya diadakan di sini saja, Nan. Bukankah akan lebih leluasa kalau kita di kandang sendiri ? Betul ?"
Hanan mengangguk patuh. "Baik, Bos. Saya akan konfirmasi pihak mereka."
..........
Hari pertemuan...
"Gunadharma. Bratawijaya kali ini menggaet firma hukum Gunadharma, Pak." Hanan langsung melaporkan hal yang membuat seluruh tim legal Waller Corp penasaran kepada atasannya. Edbert yang mendengarnya langsung memajukan tubuh dan mengaitkan ke sepuluh jarinya di atas meja.
"Jadi, Bratawijaya kali ini berhasil mendapatkan firma hukum Budi Gunadharma ya." pikiran Edbert kini menerawang, mencari memorinya yang berhubungan dengan pemilik salah satu firma hukum terbesar dan terhebat di negara ini. Edbert ingat betul dengan sosok penuh wibawa yang kala itu menjadi salah satu pembicara di seminar semasa kuliahnya.
"Apakah Pak Budi langsung yang menangani masalah ini ?"
"Tidak, Bos. Karena beliau kini sedang menangani kasus negara yang lebih penting. Tapi, sepertinya kita juga harus tetap waspada. Dengar-dengar, Pak Budi mengutus Tim Ace nya untuk menghadapi kita." penuturan Hanan barusan sama sekali tidak menumbuhkan perasaan was-was dan perasaan sejenis lainnya di dalam diri Edbert. Pria itu kini malah menyeringai senang karena tidak sabar untuk berhadapan langsung dengan tim yang selalu dibangga-banggakan oleh law firm yang berlambangkan huruf G itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Set in Stone
RomanceSembilan tahun yang lalu, mereka memulai kisah itu. Singkat memang, namun memorinya begitu membekas. Sekarang, mereka dipertemukan kembali di saat segalanya sudah berubah. Edbert sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Adena di saat persida...