"1...2...3...50...55...80..." Sekarang sudah pukul 07:30 pagi. Matahari semakin naik dan orang-orang semakin sibuk berlalu lalang. Aku masih dalam keadaan nyaman. Memandang orang-orang lewat jendela kamarku, menghitung mereka yang berlalu lalang, mengamati wajah mereka. Ya, aku sudah mengenal semua wajah-wajah itu tapi aku tidak tahu siapa namanya.
Aku kembali menghitung dalam hati. Orang-orang itu tampak sibuk. Mereka pasti sedang bersiap sekolah dan pergi bekerja. Anak-anak remaja memakai seragam yang cantik, ada yang pergi menaiki skateboard, ada wanita hamil, tukang kebun komplek, laki-laki berambut kuning, dan masih banyak lagi.
Kegiatan rutin ku setiap pagi. Bangun saat subuh, membuat teh hangat, pergi ke jendela dan mulai memandang keluar jendela. Satu lagi hari yang datar menyambut ku.
Pukul 07:49. Kenapa aku tak pergi ke sekolah? Ini sudah terlambat. Haha... Sekolah hanya akan menyiksaku. Bahkan aku tak ingin melewati pagar rumah ku. Itu semua karena aku tidak normal. Aku sakit. Seorang gadis 17 tahun menderita social anxiety disorder pingsan setelah disapa tetangganya. Tidak lucu.
Setidaknya aku tidak bodoh. Aku tetap mendapat ilmu pengetahuan berkat ibuku. Ibuku seorang guru, dia yang mengajariku selama ini. Aku menolak keras saat disuruh untuk sekolah. Aku takut. Tatapan mereka, bagiku sangat mematikan. Rasanya begitu mengintimidasi. Aku juga tak mau menjalani terapi. Selain takut, aku tidak mau menyusahkan lebih banyak orang.
Bagaimana tanggapan orang-orang sekitar? Apa peduliku? Itu hanya akan menyiksaku. Mungkin mereka yang memandang ku dari bawah sana mengira aku setan gentayangan.
~kriet
" Yoon Se Na , mama membawakan mu muffin cokelat!" Wah, ibu datang membawa emas. Muffin yang berharga. Aku berlari kecil menghampiri ibuku.
"Terima kasih, ma!" Aku langsung melahapnya.
" Habiskan muffin-mu lalu pergi mandi! Rambut mu lepek!" Aku hanya nyengir dan menganggukkan kepalaku. Mama sudah meninggalkan kamarku.
Aku kembali menghampiri jendela. Aku melihat lima orang pemuda berjalan bersama. Mereka tampak tak asing. Dua diantaranya berambut hitam. Yang tinggi menjulang memiliki rambut ungu. Pria berambut merah yang sibuk dengan ponselnya, dan pria berambut kuning yang tadi.
Aku masih sibuk menghabiskan muffin ku. Laki-laki berambut kuning itu melihat ku sekilas. Mata kami bertemu.
Seperti tak terjadi apa-apa, Ia melanjutkan perjalanan nya bersama empat temannya. " Aku yakin seribu persen dia melihatku sebagai hantu penunggu kamar ini dan mengawasi orang-orang lewat jendela. Bahkan aku sedang memakai gaun tidur berwarna putih." Aku tertawa dalam hati. Tak ingin berkutat terlalu lama dengan pikiran ku, aku pun pergi mandi.
_________
______________
" CHOI YEON JUN, CHOI SOOBIN, CHOI BEOMGYU, KANG TAEHYUN, HYUNINGKAI!!!!! BERHENTI DISITU!". Pria paruh baya memergoki lima orang muridnya yang mencoba kabur karena terlambat masuk kelas.
"Ah, shit!". Tertangkap basah. Mereka pun memilih berhenti sebelum mendapat lebih banyak masalah.
"Heheheh...." Mereka hanya tertawa kecil.
" Ah, Pak Si Hyuk! Selamat pagi, Pak! Bagaimana pagi mu? Bapak tampak lebih kurus hari ini!" Beomgyu, anak satu ini handal sekali dalam keusilan. Pak Sih Hyuk melotot seperti siap menerkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting from the window | Choi Yeonjun |
FanfictionSudah tujuh belas umurnya, dan hingga saat ini pun gadis itu tak berniat untuk menginjak halaman rumah nya. Dia percaya telah mengidap social anxiety disorder. Sena takut berinteraksi dengan orang di luar sana. Hidup dengan menghabiskan waktu lebih...