Sudah tujuh belas umurnya, dan hingga saat ini pun gadis itu tak berniat untuk menginjak halaman rumah nya. Dia percaya telah mengidap social anxiety disorder. Sena takut berinteraksi dengan orang di luar sana. Hidup dengan menghabiskan waktu lebih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sena POV~
Tok tok tok
"Sena-ya, mama boleh masuk?" Aku segera menutup buku bacaan ku saat ku dengar ibu mengetuk pintu.
"Masuk saja, Ma!" Pintu terbuka dan ibu masuk ke dalam kamar ku. Ia menghampiriku dan bisa kulihat senyum indah mengembang di wajahnya.
"Akhirnya, anak Mama punya banyak teman! Aku sangat bangga padamu." Seru ibu sembari memeluk ku erat. Aku membalas pelukannya dan ikut bahagia. " Sering-seringlah bermain seperti kemarin.''
"Ya, Yeonjun yang membantuku dalam semua ini." Aku memang sangat berterima kasih pada Yeonjun. Aku tak bisa berhenti bersyukur atas kedatangan dirinya yang membawa banyak sekali kebahagiaan dalam hidupku.
"Kau benar. Anak itu sangat baik dan tulus. Mama senang setiap kau mengabiskan waktu dengannya. Jadi—" Ibu melepas pelukannya dan tersenyum jenaka. "Sudah berapa lama kalian berpacaran?"
Aku tersentak. Pertanyaan macam apa ini? Aku membuang jauh wajahku enggan menatap ibu. Kurasa wajahku semakin memanas. Ibu tertawa atas reaksi ku.
"Ka-kami tidak berpacaran kok!" Entah bagaimana ekspresi ku saat ini. Ibu malah tertawa keras.
"Ya, mungkin untuk saat ini belum. Tapi mungkin sebentar lagi?" Jadi ibu sekarang sedang meramal masa depan ku begitu? " Memangnya kau tak menyukai Yeonjun? Pria seperti dia begitu sempurna. Baik dan tampan sekali." Ibu menambahi. Aku menjauhkan diri dari ibu dan menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. "Kau tak menyukai nya, Sena?"
"Su-suka. Ma-maksudku siapa sih yang tak menyukainya." Sambil menormal kan wajah dan jantungku, ibu mengusap kepala ku lembut.
"Tak masalah jika akhirnya kau bersama anak itu, Mama dan Papa setuju saja. Maksud Mama kalian itu kan sudah remaja dan masa-masa seperti itu sangat lah bermakna." Jadi maksudnya aku diizinkan berkencan begitu? Ya aku pernah membayangkan diri ku sedang berada dalam adegan suatu novel yang kubaca. Di mana ada sepasang kekasih sedang berkencan. Tapi jika benar-benar terjadi, entahlah aku bingung.
"Ya, ya, aku akan hentikan Mama disini. Aku ingin menyelesaikan bacaan ku." Aku menyudahinya walau ibu masih memasang wajah jenakanya. Jantungku tidak pernah tenang jika membicarakan atau berdekatan dengan Yeonjun.
"Jika tak jadi bersama dengan Yeonjun, salah satu temannya juga tak apa. Mereka berlima sangat lah tampan kau tahu." Tambah ibu sebelum ia benar-benar keluar dari kamarku.