6. 도망갈까? Should We Run Away?

202 87 66
                                    

Sebelum mulai mohon dibaca ya.

Mohon maaf buat readers yang nunggu lama buat update nya. Ternyata aku lagi sibuk-sibuknya dan gak sempat buat nulis. Padahal ide dan semangat lagi lancar banget. So Mianhaeyo yeoreubun!!! But thanks ya still baca cerita aku
now vote now vote now!!!
____________

______________

Sena POV~

Sekarang sudah waktunya makan malam. Ibu ku sedang sibuk-sibuknya menyiapkan hidangan makan malam untuk kami—Ayah, Ibu, dan Aku—. Aku ini anak tunggal, sebenarnya aku punya beberapa sepupu tapi tidak akrab. Entah sudah berapa lama aku tidak bertemu mereka. Terakhir kali mungkin saat aku empat tahun. Aku juga tidak terlalu ingin membaur dengan mereka karena aku bukan orang yang menyenangkan.

    "Sena! Turun sekarang, kita akan makan!" Itu suara teriakan ibu dari bawah. Tepat pada waktunya. Cacing-cacing perutku sudah tak bisa menahan lapar lagi dan begitu juga dengan aku. Kuturuni satu persatu anak tangga kemudian berjalan menuju ruang makan. Aroma nya lezat sekali! Sesampai di ruang makan, aku bisa melihat ibu sedang menata piring serta ayahku yang sudah duduk di kursinya. Tak mau berlama-lama, aku pun menghampiri mereka.

 
   "Duduk lah, Sena. Mari kita makan." Aku mengangguk menjawab Ayah. Ibu mulai menyendok makanan ke piring ayah kemudian ke piring ku. Aku membantu ibu dengan menuangkan minum ke gelas kami.

  "Selamat makan!" Sahut kami bersahutan. Aku segera melahap makanan didepan ku tak ingin berlama-lama. Ayah juga sangat menikmati masakan ibu. Ibuku memang sangat jago memasak. Aku sering menyarankan ibu untuk membuka restoran atau kelas memasak, tapi dia menolak karena sibuk.

    Untuk beberapa saat, kami hanya makan sambil terdiam. Hanya suara dentingan garpu dan sendok yang terdengar.

    "Sena, bagaimana hari mu belakang ini?" Ayahku memecah keheningan di antara kami.

    "Baik, Pah. Tak ada masalah!" Jawab ku pada ayah. Sebenarnya hari-hari ku semakin berbeda setelah bertemu Yeonjun. Tapi aku masih ragu dan takut untuk bercerita kepada orang tua ku, jadi kutunggu saja saat yang tepat.

    "Sepertinya ada yang baru selama ayah pergi bekerja."

    "Hal baru apa?" Tanya ku heran. Apa yang baru? Apa rumah ku ada perombakan? Mana mungkin!

   "Ya, kau seperti nya sedikit berubah, Sena." Aku? Aku kenapa? Wajahku tidak berubah tiba-tiba kan?

   "Semenjak ayah kembali ke rumah, setiap hari ada seorang laki-laki—masih remaja—berdiri di depan rumah dan memandang ke arah jendela kamarmu." Aku tersedak. Ibu dengan cepat memberi ku minum dan aku langsung menegaknya habis. Tunggu! Selama ini Ayah melihat Yeonjun menyapa ku? Maksud ayah Yeonjun, kan?

    "Ah, benar. Dia selalu tersenyum dan terlihat seperti menyapa mu setiap melewati rumah kita." Sekarang ibu juga buka suara. Benar itu Yeonjun. Siapa lagi kalo bukan dia. Masalahnya adalah apa yang harus kukatakan pada ayah dan ibuku?

   "Dia tinggal hanya berjarak beberapa rumah dari sini. Siapa ya namanya? Sepertinya ibu tahu. Ah, kalo tidak salah namanya Yeonjun!"
Seperti nya aku harus menceritakan Yeonjun pada orang tua ku.

Starting from the window  | Choi Yeonjun |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang