"Udah kena cakar, kena gigit, masih aja sayang. Dasar bucing!"
***
Keadaan sekolah sudah sepi, setelah dari halaman belakang Kiran belum juga pulang. Tadinya Kiran memang sudah berniat pulang, tetapi tiba-tiba saja dia mengurungkan niatnya. Dia malah berdiam diri di koridor depan perpustakaan. Lalu, gadis itu merogoh ponsel yang disimpannya di dalam tas. Tiba-tiba dia teringat dengan Uci, apakah teman sebangkunya itu mencari dirinya? Kiran memutuskan untuk mengabari Uci.
Kiran Kanaya
[Uci, aku pulang duluan. Sakit perut.]Walaupun Kiran sendiri menganggap dirinya bukanlah seorang teman yang baik, setidaknya dia berusaha melalui hal-hal kecil seperti ini.
Sempat Kiran berpikir untuk berubah, tetapi dia tidak mampu. Saat Kiran hendak memulai, di matanya mereka yang bahkan tidak melakukan apa-apa seolah menolak dirinya. Mereka semua seakan ditutupi kubah yang tidak bisa ia masuki. Akhirnya, gadis itu kembali ke tempatnya semula. Sebuah tempat di mana hanya ada dirinya bertemankan kesendirian.
Krek!
Kiran lumayan terkejut ketika mendengar suara itu, matanya menelusuri sekitar mencari sumber suara. Jika tidak salah dengar, suara itu seperti berasal dari botol plastik yang terinjak entah oleh siapa.
Sepi.
Tidak ada siapa pun selain dirinya di situ.
Kiran berjalan mendekati tempat sampah yang berada tidak jauh darinya. Seekor kucing hitam yang tiba-tiba meloncat dari tempat sampah membuatnya kaget. Sekarang, dia juga tahu siapa pelaku dari sumber suara itu.
"Ternyata kucing, kirain apa."
Ngomong-ngomong mengenai kucing tadi, selama bersekolah di SMA Aludra, Kiran baru pertama kali melihat kucing hitam itu. Mungkin, kucing pendatang baru?
Kiran memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan memutuskan pulang. Untuk menuju gerbang, ia harus melewati koridor kelas X MIPA terlebih dahulu. Di tempat duduk yang disediakan di situ, terdapat seseorang yang sedang kesakitan sembari meniupi luka di tangannya. Kiran berjalan mendekat. Luka cakaran yang lumayan panjang tergores di lengan Ranvi.
"Ran berantem sama kucing lain, mau misahin, malah aku yang kena cakar." Ranvi tertawa kecil, padahal tadi dia terlihat kesakitan. Walaupun Kiran tidak bertanya apa-apa, dia malah dengan sendirinya menjelaskan perihal asal muasal luka yang didapatkannya itu.
Ranvi dengan telaten mengobati lukanya sendiri. Di samping laki-laki itu terdapat sebuah kotak P3K yang dipinjamnya dari UKS. Kiran hanya memperhatikan saja tanpa berniat membantu, lagipula Ranvi bisa melakukannya sendiri.
Ringisan pelan keluar dari mulut Ranvi ketika perih dia rasakan. Selesai mengobati lengannya, tatapan laki-laki itu beralih kepada Kiran yang sedang berdiri di depannya.
"Kenapa belum pulang?"
"Hah? Apa? Oh, pulang. Ini juga mau, bye." Entah kenapa Kiran malah gelagapan seperti itu. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, gadis itu langsung pergi begitu saja.
Setelah Kiran berlalu pergi, Ranvi melirik jam tangannya dan mengembuskan napas panjang.
Dia masih harus menunggu seseorang.
![](https://img.wattpad.com/cover/223422388-288-k443601.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow!
Teen FictionKiran Kanaya, seseorang yang seringkali merasa tidak berguna. Seseorang yang belum menemukan tujuan hidupnya. Terasing dan juga mengasingkan diri. Kemunculan Ran--si kucing berbulu oranye--dan beberapa orang yang perlahan masuk ke dunianya, membuat...