"Saat seseorang memercayai saya sebagai tempat dia membagi masalahnya, saya ucapkan terima kasih. Untuk sekejap, Anda telah membuat saya merasa agak berguna."
***
XY
[Hai, saya kembali.]
[Mau tau gak kenapa saya sempat menghilang? Ah, daripada kamu repot-repot bertanya, saya kasih tau aja, ya.]
[Saya ngilang karena gak ada kuota internet. Fakir kuota, haha.]Kiran membaca pesan dari aplikasi berlogo warna hijau itu dengan ekspresi datar. Manusia kurang kerjaan itu sudah kembali. Ralat. Sebutan yang lebih tepat adalah 'makhluk kurang kerjaan' karena dia belum memastikan sebenarnya makhluk macam apa yang bersembunyi di balik huruf x dan y itu.
Kiran memilih mengabaikan pesan dari Tuan XY dan membuka pesan dari Uci.
Uci Larasati
[Kiran.]Kiran Kanaya
[Iya?]Uci Larasati
[Makasih, ya.]Kiran Kanaya
[Buat?]Uci Larasati
[Buat yang tadi di sekolah.]Kiran Kanaya
[Aku yang harusnya bilang makasih, Ci.]Uci Larasati
[Kok, gitu?]Apa yang terjadi siang tadi di sekolah membuat Kiran merasa ... agak berguna. Saat seseorang menangis di hadapannya sembari mencurahkan permasalahan yang dia hadapi, Kiran merasa dipercayai. Setelah sekian lama, seseorang kembali memercayai dirinya untuk membagi masalah yang dia miliki.
Kiran beranjak dari kursi di depan meja belajarnya, dia berjalan ke tempat untuk mengisi daya ponselnya. Setelah selesai, dia keluar kamar dengan maksud untuk makan malam. Ita sudah menyuruhnya makan beberapa menit yang lalu.
Kiran tersenyum saat membuka tudung saji dan menemukan salah satu makanan favoritnya, yaitu tumis kangkung. Gadis itu makan dengan lahap.
Kiran baru saja akan pergi mencuci piring yang baru saja dia pakai, tetapi Ita tiba-tiba datang menghampirinya.
"Ran, ibu mau ke rumah Om Gilang dulu, ya. Kay bilang Om Gilang sakit. Kamu gak keberatan ditinggal sendiri di rumah, 'kan?"
"Iya gak pa-pa, Bu. Ibu ke sana pake apa?" tanya Kiran, ia khawatir jika ibunya bepergian sendiri malam-malam begini.
"Taksi, supirnya juga Pak Mail tetangga kita."
"Kalo gitu hati-hati, ya, Bu. Semoga Om Gilang cepet sembuh," ujar Kiran.
Kiran mengantar ibunya sampai ke halaman depan. Setelah taksi yang ditumpangi Ita melaju, Kiran mengembuskan napas panjang. Lagi-lagi, dia sendirian di rumah.
Karena udara malam ini begitu dingin, cepat-cepat gadis itu masuk kembali ke rumah. Setelah memastikan tidak ada PR untuk hari besok, Kiran berjalan menuju tempat tidurnya dan berbaring. Dia bukanlah seseorang yang sering tidur larut malam, tetapi malam ini Kiran tidak sedikit pun merasa mengantuk.
Gadis yang mengenakan baju tidur berwarna biru itu beranjak dari tempat tidur untuk mengambil ponselnya yang belum terisi daya penuh.
Dia kembali berbaring dan memainkan ponsel. Pesan dari Uci dan Tuan XY tidak dibalasnya lagi. Kali ini, Kiran mengecek grup kelas karena takut ada kesalahpahaman lagi yang melibatkan dirinya. Untunglah, ternyata tidak ada.
Memainkan ponsel tidak juga membuat Kiran mengantuk, begitu pun dengan mendengarkan musik. Malah sempat terjadi hal yang menyebalkan tadi, ponsel yang Kiran pegang tidak sengaja terlepas dan jatuh tepat ke wajahnya karena ia sedang dalam posisi telentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow!
Teen FictionKiran Kanaya, seseorang yang seringkali merasa tidak berguna. Seseorang yang belum menemukan tujuan hidupnya. Terasing dan juga mengasingkan diri. Kemunculan Ran--si kucing berbulu oranye--dan beberapa orang yang perlahan masuk ke dunianya, membuat...