"I meow you."
***
Hari masih pagi, tetapi Ranvi sudah berkeliaran di sekolah sembari menggendong kucing kesayangannya. Kucing gendut itu terlihat begitu nyaman berada di gendongan Ranvi. Keadaan sekolah terbilang sepi, wajar saja karena Ranvi yang datang terlalu cepat.
Laki-laki itu berjalan menuju halaman belakang sekolah. Setelah dari tempat yang dulunya terdapat pohon mangga, dia masih harus berjalan sebentar lagi.
Sebuah bangunan yang tidak terlalu besar dengan dua ruangan itu merupakan tempat yang ditinggali oleh Pak Yahya--penjaga sekolah. Tempat itulah yang menjadi tujuannya.
Setelah tiba di sana, Ranvi menurunkan Ran dari gendongannya. Kemudian, ia mengetuk pintu sembari mengucapkan salam, "Assalamualaikum."
Tidak lama pintu pun terbuka. Lelaki yang bekerja sebagai penjaga sekolah itu tersenyum ramah. "Mau ambil makanan kucing, ya?" tanyanya. Ranvi memang sering menitipkan makanan untuk Ran di sana.
"Iya, Pak."
Setelah Pak Yahya mengambilkan makanan kucing beserta tempat makannya, Ranvi memberi makan Ran di depan tempat tinggal Pak Yahya.
"Nak Ranvi, itu kucing kayaknya lagi hamil, ya?" ujar Pak Yahya.
"Masa, sih, Pak? Saya kira cuma buncit karena gendut aja." Ranvi mengelus punggung kucing yang sedang sibuk makan itu.
"Iya, sepertinya. Ngomong-ngomong, kenapa kucing ini gak dibawa ke rumah aja?"
Ranvi yang tadinya berjongkok di dekat Ran, mengubah posisi menjadi berdiri. "Gak diizinin, Pak. Bukan gak diizinin, sih. Cuma bisa jadi masalah sama tetangga."
"Oh, gitu." Pria paruh baya itu mengangguk paham. "Kalau gitu bapak permisi lanjutin kerjaan dulu, ya, Nak Ranvi," lanjutnya.
"Oh, silakan, Pak."
Setelah Pak Yahya berjalan menjauh dari sana, Ranvi kembali berjongkok di samping Ran. Kucing gendut itu tengah menjilati kakinya setelah selesai makan.
"Ran, perasaan belum lama aku nemu kamu. Waktu itu kamu, tuh, masih kecil." Kucing yang masih sibuk menjilati bulunya itu entah mendengarkan dan mengerti apa yang Ranvi bicarakan atau tidak. Bahkan, mungkin kucing itu tidak peduli karena mungkin baginya manusia yang merasa dirinya majikan itu adalah budak.
Hari itu murid yang untuk pertama kalinya mengenakan seragam putih abu-abu dan bersekolah di SMA Aludra mendapatkan pembagian kelas. Saat itu juga mereka saling berkenalan, mencari teman baru, memilih tempat duduk, dan tentu saja menentukan teman sebangku. Teman sebangku, orang yang akan paling banyak berinteraksi dengan kita. Beberapa di antara mereka juga sudah saling mengenal sebelumnya. Mereka mulai membentuk lingkaran pertemanan yang baru.
Hari itu banyak diisi dengan perkenalan entah itu antara guru dengan murid ataupun juga murid dengan murid. Setelah bel pulang berbunyi, tempat yang tadinya ramai itu perlahan sepi.
Begitu pun dengan Ranvi, hal yang akan dilakukannya adalah pulang. Namun, melihat seorang pria paruh baya yang terlihat kesulitan menarik dua tong sampah besar sekaligus, Ranvi menunda sejenak tujuan sebelumnya yang ia miliki.
"Pak, boleh saya bantu?"
"Gak usah, Nak. Bapak bisa kerjain sendiri, kok," ujarnya menolak.
"Biar saya bantu saja, Pak. Saya gak keberatan."
Melihat ketulusan di mata Ranvi, akhirnya pria yang tidak lain adalah Pak Yahya membiarkan salah satu murid kelas sepuluh itu membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow!
Teen FictionKiran Kanaya, seseorang yang seringkali merasa tidak berguna. Seseorang yang belum menemukan tujuan hidupnya. Terasing dan juga mengasingkan diri. Kemunculan Ran--si kucing berbulu oranye--dan beberapa orang yang perlahan masuk ke dunianya, membuat...