13. Flashback
🌊🌊🌊
"Sya, lo kenapa dah akhir akhir ini suka senyam senyum sendiri, kesambet lu yaa ?"
Tasya yang sedang memikirkan sesuatu semakin tersenyum lebar menatap kedua sahabatnya, "tuhkaann iihh kayak kunkun" ucap Maurel histeris
Tasya menabok bokong Maurel dengan buku yang ada di atas mejanya, "enak aja cantik gini dibilang kayak kunkun"
"Ya lagian lu senyumnya ngeri njirr"
"Tau lu bikin orang panik aja kan kalo kayak gitu terus mah", Aletta mulai memakan snack nya
Tasya kembali terdiam dan teringat akan suatu hal, "nahkan mulai lagiii, lo kenapa sih sya ?" tanya Maurel "ohh apa jangan jangan lu lagi fall in love ?"
Tasya menerjap, apa benar yang dikatakan Maurel ? Apa ia sudah jatuh cinta kepada orang itu ? Ah tidak, mungkin hanya rasa senang sesaat saja, "apaan sihh nggak"
"Ya teruss kenapa Lolita Anatasyaa, dari semenjak lo pulang malem sama Dafa lo jadi kayak gini" jika Aletta sudah menyebut nama lengkapnya begini, mau tidak mau Tasya harus menceritakannya semua. Jika tidak, Aletta tidak akan mau berbicara kepadanya selama beberapa hari.
"Hm, jadi gini", Tasya mulai memberanikan diri bercerita, "waktu itu--"
Pada saat Daffa dan Tasya sedang mengantri di kasir, seorang pemuda menyenggol Tasya secara kasar
"Aww"
Daffa refleks menoleh ke arah Tasya dan langsung melirik si pelaku, "ehh hati hati dong lo", Daffa langsung menarik kerah baju pemuda itu
"Sellow dong gue kan gak sengaja", dengan tidak merasa bersalahnya, ia langsung menepis tangan Daffa yang memegang kerahnya dan pergi begitu saja
"Lo gapapa kan ?", Daffa memegang pundak Tasya
Mereka saling tatap
Deg!
"I-iya gue gapapa" ucap Tasya sambil tersenyum kikuk "makasih yaa"
Daffa pun membalas senyumnya seraya mengangguk, "mba mas silahkan" ucap mbak kasir membuyarkan tatapan mereka
"E-eh iya mba" ucap Daffa gugup Sedangkan Tasya hanya bisa tersenyum malu.
"Anjirr seriuuss ? Daffa bisa se care itu ?", Tasya menyuruh Maurel untuk tidak berisik, karena kali ini mereka bercerita di dalam kelas bukan di dalam kamar yang bebas mengekspresikan setelah mendengar cerita.
Maurel cengengesan, "sorry sorry kelepasan"
"Terus yang waktu digudang kemarin, kenapa lu bisa kayak gitu sama Dafa ?" tanya Aletta yang teringat kejadian kemarin
Tasya mencibir, "itu mah ketidaksengajaan Al", Tasya memakan snack yang ada di tangan Aletta
"Yaudah ceritain kitakan gatau, lagi pula kemarin keburu pulang kan"
Kini Tasya dan Daffa sedang mengepel lantai gudang yang sangat kotor, "gila sih ini tebel banget debunya" keluh Daffa
"Cowo kok ngeluh terus" sindir Tasya yang masih sibuk mengepel
Daffa memberhentikan kegiatannya, "Sya, kalo nih lantai kita siram aja gimana ?" Usulnya
Tasya berhenti mengepel dan menatap Daffa dibelakangnya lalu tersenyum "Lo kira ini tanaman pake disiram!" kesalnya
"Yakan kali aja langsung bersih gitu"
"Jangan ngadi ngadi deh lo, nanti kalo kita kepeleset gimana ?" ketus Tasya
"Iya juga yaa", Daffa kembali melanjutkan mengepel lantai
Tasya hanya memutar bola matanya malas, "ketua Kelas kok bego"
"Aaaaa"
pada saat Tasya akan memasukan pel-an ke dalam ember, ia menginjak air yang berceceran akibat ulah Daffa. Tasya terpeleset dan mendorong tubuh Daffa yang berada tepat di depannya. Dan pada akhirnya mereka terjatuh dengan posisi Tasya terjatuh bertumpu pada dada bidang Daffa.
Mereka berdua saling pandang, hanyut kedalam tatapan mereka untuk beberapa saat.
"Heh, bangun dong berat"
"Eeh, so-sorry"
🌊🌊🌊
"Yah padahal gue udah ngira kalian bakal nganu" ucap Leon mendengar penjelasan dari Daffa
Rafael menepuk pundak Daffa, "gue dukung sih" ucapnya seraya menaik turunkan kedua alisnya dan terkekeh
Daffa tersenyum miring, "pengennya sih gitu, kalian malah ngeganggu"
"Bukan ngeganggu, kita cuma kaget doang ada suara benda jatoh, eh ternyata oh ternyata", Leon tertawa bersama Rafael
Daffa selalu terkekeh jika mengingat kejadian itu lagi, sudah dua kali Tasya dapat membuat jantungnya berdegup tak karuan. "Caelah mikirin si lola nih pastii" goda Leon dan menyenggol lengan Daffa
"Lo suka sama si Tasya ?"
"Dihh apaan sih yakali, nggaklah", Daffa meraih ponselnya dan bermain game.
Tapi Daffa malah memikirkan ucapan Rafael
Swipe Up
🌊
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Bobrok [On Going]
Roman pour AdolescentsSMA Tunas Harapan Tiga cewek MIPA 2 dan tiga cowok MIPA 4 itu bagaikan langit di sore hari berwarna biru sebiru hatiku. Stop nyanyi--maksudnya bagaikan Tom and Jerry yang tak pernah bisa akur. Lebih parahnya semua murid kelas sepuluh MIPA 2 dan MIPA...