🌊15

609 74 6
                                    

15. Trio Macan


🌊🌊🌊

Kini Rafael, Daffa dan Leon sedang bermain PS di ruang keluarga rumah Rafael, mereka akan bergilir menjadikan rumahnya untuk bermain PS atau menginap. Padahal rumah mereka sangat berdekatan, mereka bertiga itu sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar.

Takdir yang mempertemukan mereka disaat acara pindahan mereka ke komplek Anggrek secara bersamaan dan mereka mulai bermain bersama. Hingga sekarang pun mereka masih bersama, kedua orang tua mereka juga sudah sangat dekat dan akrab.

Kirana memasuki rumah yang terdengar sangat berisik itu, ia melewati Daffa dan Leon yang tengah asik menatap layar televisi dengan stick PS ditangannya. Sedangkan Rafael ? Ia tengah memakan snack sambil menunggu gilirannya bermain PS.

Rafael yang menyadari ada seseorang yang mengawasi, lantas menoleh ke arah belakang, "eh Mah, mamah udah pulang ? Kok lama Mah ? Mamah gak di apa apain sama mereka kan ? Gimana rasanya masuk kandang trio Macan ?" cerocosnya dengan mulut penuh snack

Mama menyentil pelan bibir Rafael, "kunyah dulu atuh itu makanannya" omel Mama dan duduk di sebelah Rafael.

Rafael hanya tersenyum, "mamah lama karena Mamah ngobrol dulu atuh, Mamah gak di apa-apain. Malah di suguhin minum. Ngawur kamu bilang mereka macan" ucapnya dan mencomot snack yang sedang Rafael makan

"Mamah ngobrol sama trio macan ?" tanya Leon yang masih asik bermain PS bersama Daffa

Mama menepuk pundak Leon, "kalian mah aya aya wae atuh, nyebut mereka macan. Mamah nggak ngobrol sama mereka bertiga", ketiga cowok itu mengeryit dalam diam.

"Lah truss Mamah ngobrol sama siapa rumah mereka ? Bayangan mereka ? atau Pak Hardi ?" tanya Daffa menggebu gebu dan menyebut asal nama Pak Hardi satpam di komplek mereka.

Daffa dan Leon memang memanggil Mama Rafael dengan sebutan Mama, itu karena mereka sudah menganggap keluarga Rafael juga keluarga mereka, begitupun sebaliknya. Mama memutar bola matanya jengah, "kalian teh cowo atau cewe sih ? Pada nyerocos kitu. Dengerin dulu atuh Mamah ngomong"


"Ampun nyai"


"Lanjut Mah"


"Jadi tadi teh Mamah cuma ngobrol sama Maurel, katanya sih kedua sahabatnya teh lagi belanja bulanan. Maurel teh geulis nya, sopan, sefrekuensi juga sih sama Mamah. Jadi punya temen ngobrol mamah tuh" jelasnya dan sedikit memuji Maurel

Mereka bertiga berdecih, "iyalah sefrekuensi orang sama-sama cerewet, gak tau malu juga" gumam mereka yang dapat di dengar oleh Mama


"NGOMONG NAON KALIAN HAH ?!"



🌊🌊🌊



Jam dinding menunjukkan pukul lima sore, seorang gadis cantik, imut, lucu walau tak terlalu tinggi.  Sedang bergulat dengan alat memasak di dapur, ia memasak dengan diiringi suara merdu yang keluar dari mulutnya. Sudah seperti Chef cilik, terlihat dari bagaimana ia memotong sayuran dengan telaten, tidak takut terhadap percikan minyak yang berasal dari dalam wajan dan lain sebagainya.

Gadis itu mulai mencicipi masakannya yang sebentar lagi matang, "eumm udah pas"

Lima menit kemudian gadis itu mulai menuangkan masakannya ke beberapa piring dan mangkuk, setelah itu ia mulai menata makanan di meja makan. Dirasa sudah cukup, ia meninggalkan dapur, dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamar.


"Dugong makan yu"

Alleta mengalihkan tatapannya dari layar handphone ke seseorang yang berada di ambang pintu kamarnya, "udah masak, Rel ?", gadis itu adalah Maurel, ia memang jago dalam hal memasak diantara Aletta dan Tasya. Maurel jago memasak karena ia sejak kecil suka sekali membantu Bunda memasak dan meminta diajari cara memasak. Semakin beranjak remaja pun Maurel sudah menguasai beberapa resep makanan.

Maurel mengangguk, "dari tadi malah udah siap santap. Kalian aja yang nonton drakor teruss gak mikirin perut yang udah didemo sama cacing" ketus Maurel

Aletta dan Tasya terkekeh, "Sorry, kan lo yang paling jago masak, Rel" ucap Tasya yang di angguki Aletta seraya tersenyum

Maurel memutar bola matanya malas, "meskipun gue yang jago masak diantara kalian, ya seenggaknya bantuin kek. Gue kan kesusahan, nanti mah gue gak mau masak lagi"

Aletta dan Tasya beranjak dari kasur ke arah Maurel, "maafin yaa, janji deh nanti mah kita juga ikut masak" bujuk Tasya

"Iya ishh jangan gitu dong, nanti kita mau makan apa kalo elo nggak masak ? Jangan marah dong Rel" ucap Aletta yang merangkul Maurel

"Oke, tapi besok kalian harus traktir gue ice cream, gimana ?", Maurel memberi penawaran

Aletta dan Tasya saling pandang sama sama diam "deal nggak nih ? Kalo nggak gue--"


"DEAL"


Maurel tersenyum miring, sebenarnya Maurel tidak sungguhan marah pada mereka berdua, karena ia sudah terbiasa memasak sendiri meskipun bukan untuk dirinya sendiri, itu tidak menjadi masalah untuknya. Tetapi karena pura pura marah, ia mendapat keuntungan ditraktir ice cream besok.

"Gapapa kali ya, sekali sekali kayak gini ke sahabat sendiri"








Swipe Up
🌊

Couple Bobrok [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang