🌊16

597 65 8
                                    

16. Bolos

🌊🌊🌊

Hari senin adalah hari yang dihindari oleh kebanyakan orang, karena semua aktivitas akan kembali mereka laksanakan. Seperti seorang gadis yang kini masih bergelut dengan selimut dan bantal gulingnya, pikiran nya pun masih berkelana di alam mimpi.

Tasya mulai membuka matanya, mengumpulkan kesadaran dan pandangannya berhenti pada jam diatas nakas, "WHATT JAM TUJUH ?" pekik Tasya dan langsung berlari menuju kamar mandi

Setelah siap dengan seragamnya, Tasya langsung keluar dari kamarnya, berlari kecil menuruni anak tangga. "Maurel, Alleta", sepi tidak ada jawaban. Sudah dapat ia pastikan kedua sahabatnya sudah berangkat sejak tadi, kalo begitu Daffa juga pasti sudah berangkat, Tasya segera keluar dari rumah dan mengunci pintu, ia berjalan ke arah mobilnya yang berada di garasi.


Tin tin!

"Woyy cepetan naik!", Tasya menoleh ke arah sumber suara, ternyata Daffa, ia segera berlari ke arah Daffa dan duduk di jok belakang.

Mereka berdua mulai menyusuri jalanan kota yang kini sangat ramai, padahal ini masih jam delapan pagi. Apa ? Jam delapan ?.

"Udah jam delapan, Dap!", Daffa yang kaget karena Tasya berteriak tepat disebelah telinganya, langsung menarik rem hingga menimbulkan suara decitan ban motor yang bergesekan dengan aspal. Padahal ia memakai helm, tapi tetap saja suara Tasya sangat memekakkan telinganya.

Tasya refleks memeluk tubuh Daffa dari belakang, hanya bertahan beberapa detik, karena suara dehaman dari Daffa mengejutkanya, ia langsung melepaskan pelukannya, "modus lo" ucap Tasya sembari membenarkan posisi duduknya, menutupi rasa gugupnya.

"Dihh elo yang modus, pake peluk peluk segala lagi" ketus Daffa yang kini sudah melepaskan helm

Tasya menyelipkan anak rambutnya, menutupi rasa gugup yang sejak tadi menyeruak, tidak sengaja memeluk saja jantungnya sudah seperti orang yang di kejar setan, bagaimana jika ia yang dipeluk ? Mungkin ia akan pingsan. Membayangkanya saja Tasya sudah tidak kuat, "woy malah bengong"

Tasya terkejut karena ucapan Daffa, "hah ? Apaan ?" tanyanya dengan tampang cengo

Daffa memutar bola matanya malas, "dahlah gak usah di bahas, cape ngomong sama orang lola mah" ucapnya kesal, ia memakai kembali helmnya dan melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di depan gerbang SMA Tunas Harapan, suasana sangat sepi, gerbang pun sudah tertutup rapat tidak ada Pak Usman atau anak OSIS yang berjaga. Sudah dapat mereka pastikan kalau di dalam sana sedang melaksanakan kegiatan upacara bendera, mengingat kini jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Tasya turun dari motor dan berjalan ke arah gerbang yang sudah tertutup, mengedarkan pandangannya ke dalam area sekolah. "Yah Dap, udah mulai itu upacaranya, kita gimana ?" tanyanya panik

Daffa masih terduduk di atas motor ninja hitamnya "mau bebas dari hukuman atau kena hukum ?", Tasya menoleh ke arah Daffa, dahinya mengeryit. Pertanyaan macam apa itu ? Sudah jelas Tasya akan memilih opsi pertama. Siapapun tidak mau mendapat hukuman dari guru berbadan gempal itu, hukuman kemarin yang ia jalani saja badannya masih terasa pegal sampai sekarang.

Jika sudah terkena hukuman Pak Usman kalian harus siap mental maupun fisik, ia tidak akan segan memberi hukuman yang menguras banyak tenaga, entah itu membersihkan gudang, toilet, sampai mengepel lapangan. Memang tidak usah diragukan lagi kekejaman Pak Usman.

"Ya bebas dari hukumanlah gimana sih lo" ketus Tasya yang kini sudah berada di sebelah Daffa.

Daffa mengangguk "yaudah naik", ia bersiap memakai helm-nya.

Tasya semakin dibuat bingung oleh Daffa "lahh mau kemana ?"

"Katanya gak mau kena hukuman, yaudah ayo naik, kita cabut", Tasya membuka mulut lebar dengan wajah cengo. Ia tidak menyangka anak seperti Daffa yang menjabat sebagai ketua kelas, bisa bisanya mengajak seorang siswi membolos.

"Ketua kelasnya aja kayak gini, gimana penghuni kelasnya ?" ucap batin Tasya.

"Gak"

"Yaudah, gue duluan" ucap Daffa dan menstater motornya

Tasya mencengkram lengan jaket yang dikenakan Daffa, membuat sang empunya melirik. "Enak aja lo mau ninggalin gue sendirian"

"Katanya gak mau ikut, yaudah gue tinggal", Daffa hendak menarik gas motornya dan meninggalkan Tasya. Tetapi, tangan Tasya masih mencengkram lengan jaket Daffa.

"Eh...eh enak aja lo. Gak, gue ikut", Daffa tersenyum miring di balik helm-nya.


"Dasar cewek" ucap batin Daffa.

Tasya segera menaiki motor Daffa sebelum ia benar benar akan ditinggalkan oleh Daffa. Enak saja Daffa meninggalkannya sendirian di depan gerbang sekolah, emangnya dia pikir Tasya cewek bagaimana. Terus nanti kalo ada om om gimana ? Ya gapapa sih kalo cuma lewat. Tapi kalo dia di culik teruss di anu gimana ? Nggak, stop itu terlalu lebay. Tapi itulah yang kini ada dalam pikiran Tasya.




Swipe Up
🌊

Couple Bobrok [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang