Jam 10 pagi. Perkuliahan sudah berakhir. Gris, Mita dan Erwin serta ratusan mahasiswa berada di Gedung Serba Guna (GSG) untuk menyaksikan pameran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Setiap mahasiswa baru diwajibkan memilih salah satu UKM yang diminati. Paling tidak UKM pilihannya harus diikuti selama satu semester. Karena pada akhir perkuliahan, sertifikat UKM berfungsi sebagai syarat mengikuti wisuda.
Di dalam GSG itu dibangun puluhan stan pameran tidak permanen dari triplek. Masing-masing stan menampilkan diri semenarik mungkin agar didatangi mahasiswa baru. Ada stan dihiasi dengan styrofoam yang dicat warna-warni, dan dibentuk replika bangunan klasik dan modern. Setiap stan juga merepresentasikan bentuk kegiatan UKM, dengan diberi foto-foto kegiatan, tropi-tropi penghargaan, serta contoh peralatan yang digunakan. Misalnya, UKM Sepak Bola memajang bola sepak, UKM jurnalis memajang majalah-majalah yang sudah diterbitkan, UKM pencak silat memasang box dan karet pelindung, dan lain-lain, dan lain-lain.
"Apa yang kamu minati, Gris?" tanya Mita. Ketiganya sudah setengah jam berputar-putar, tetapi tak juga mampir ke salah satu stan. "Dari tadi kok nggak segera menentukan pilihan."
"Kamu jangan ngikuti saya lho, Mit. Pilih saja kamu minatnya apa?"
"Ya... rasanya persahabatan ini kurang afdhol kalau tidak selalu bersama-sama," komentar Erwin, yang kemudian diiyakan juga oleh Mita.
"Berarti harus ada yang dikalahkan donk. Minat kita kan berbeda-beda?" komentar Gris.
"Kelihatannya kami yang akan mengikuti kamu, Gris," kata Erwin.
"Lho kok bisa begitu," kata Gris langsung menghentikan langkah. Pernyataan Erwin seakan menyinggungnya. "Apa kalian berpikir aku ini egois?"
"Maaf bukan begitu. Tiba-tiba saja saya inginnya begitu. Bentuk pengorbanan begitu," kata Erwin gugup. "Betul kan, Mit?"
Mita hanya mengangkat bahunya.
"Tapi kenapa tidak aku saja yang mengikuti kalian?" pertanyaan Gris tidak ditanggapi keduanya. Keduanya kikuk. "Tidak boleh begitu. Sekarang kita buat undian saja. Dari sekian UKM yang ada kita tulis di carik-carik kertas, kemudian kita lipat. Yang terpilih itu menjadi pilihan kita."
"Tidak usah begitu. Nanti akan menjadi konyol kalau yang terpilih UKM sepak bola. Kita para perempuan jelas tak bisa gabung," kata Mita. "Sudahlah kita hompimpa saja. Yang menang berhak menentukan pilihan. Ini tawaran yang lebih hemat waktu."
"Kenapa ide gini nggak dilakukan dari tadi. Nggak hanya muter-muter tanpa tujuan yang jelas," komentar Gris.
Hompimpa pun dilakukan. Kelakuan ketiganya mendapat perhatian dari mahasiswa lain. Bahkan ada yang nyeletuk, "Mau main petak umpet, ya." Yang kemudian disambut tawa terkikik beberapa mahasiswa lainnya. Hasilnya, Gris menang.
"Aku bingung memilih, sebenarnya," kata Gris. "Karena apa yang aku inginkan tidak ada."
"UKM apa?" tanya Erwin.
"Teater," jawab Gris.
"Kenapa kok nggak ada UKM teater, ya?" tanya Erwin.
"Sebentar. Kelihatannya, ada teater, tetapi tidak berupa UKM. Melainkan hanya bagian dari unit kegiatan fakultas saja. Kemarin saya lihat pengumuman perekrutan di papan pengumuman," kata Mita.
"Kalau begitu, ikut itu saja," kata Gris.
"Tidak bisa begitu. Karena yang kita butuhkan sertifikat. Sementara kalau kegiatan fakultas tidak ada sertifikat. Bagaimanapun kita harus memilih salah satu UKM yang dimiliki kampus, bukan fakultas," kata Mita.
"Ah, sayang sekali. Kalau begitu ayo kita pilih-pilih. Ya... paling tidak yang paling mendekati minat kita," kata Gris.
Mereka bertiga pun berkeliling kembali. Pertama memilih UKM jurnalis, tetapi sayang kuota untuk anggota baru habis. Kemudian memilih karawitan, ternyata kuotanya habis. Kemudian memilih pencak silat, sekali lagi kuota sudah terpenuhi. Demikian juga kegiatan sejenis, seperti Karate, Tekwondo, Jujitsu, Kempo sampai Gulat. Semuanya sudah penuh. Dengan sangat terpaksa, karena hanya tinggal beberapa UKM yang belum memenuhi kuota, mereka pun memilih UKM Resimen Mahasiswa (Menwa). Bukan UKM yang menjadi jiwa ketiganya, tetapi menjadi UKM yang harus dipilih dengan terpaksa. UKM terbaik dari UKM yang tersisa.
"Ah, bodoh sekali kita ini. Dari tadi muter-muter saja. Ya, ini jadinya. Kalau tidak karena sertifikat, lebih baik tidak ikut UKM," kata Erwin.
Gris diam saja.
"Ya, inilah yang namanya takdir," kata Mita. "Memang kita ditakdirkan ikut Menwa."
Gris tak juga berkomentar.
"Jadi apa ya kita nanti di Menwa," kata Erwin.
"Enam bulan kita akan seperti Pak Tentara. Memanggul senjata, siap untuk berperang," gurauan Mita. "Kamu kok diam, Gris?" tanya Mita.
"Benar katamu. Takdir. Aku ditakdirkan bertemu lagi dengan lelaki bertampang angkuh itu," kata Gris.
"Betulkah?" tanya Mita juga menunjukkan ekspresi tidak suka. "Kalau begitu kita pindah saja ke UKM panjat tebing."
"Tidak perlu. Memang ini sudah menjadi takdir," kata Gris.
"Dari mana kamu tahu kalau dia ikut Menwa juga?" tanya Mita.
"Aku pernah melihat stiker Menwa di kaca belakang sedannya."
"Heh, aneh. Justru kamu begitu perhatian dengan orang yang kamu benci," komentar Erwin. Nadanya agak kecut.
"Begitulah hidup ini, perhatian kita sering tertuju pada orang yang kita cinta atau pada orang yang kita benci," kata Gris. "Ayolah, mau ke mana kita selanjutnya?"
"Biasa. Warung Bang Jasmin," kata Mita.
Kemudian ketiganya pun keluar dari Gedung Serba Guna. Senda gurau mengiringi langkah-langkah mereka. Hari sudah terik dan matahari hampir melampaui tengah hari.
***
Tiga hari sebelum pameran UKM dilaksanakan.
Seluruh panitia pameran UKM mengundang seluruh perwakilan pengurus UKM dan pengurus senat untuk berkoordinasi. Rapat diadakan di GSG. Rapat dilaksanakan pagi hari. Rapat dilaksanakan dengan lesehan. Hampir semua undangan dan panitia hadir, kurang lebih 50 mahasiswa plus pembantu rektor.
Rapat berlangsung lancar, dipimpin ketua panitia yang cerdas dan layak menjadi pemimpin besar. Rapat dimulai dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama dari senat, kemudian dilanjutkan sambutan rektor. Sambutan berisi slogan-slogan dan kalimat penyemangat. Baru kemudian ketua panitia pameran mengkoordinir pelaksanaan rapat sampai akhir.
Bukan rapat itu yang penting untuk dicermati. Ada sebuah gerak-gerik mencurigakan yang tidak ditangkap oleh pimpinan rapat. Ketua UKM Menwa, yang tak lain lelaki bertampang angkuh itu alias Prastowo, menyebarkan kertas yang berisi kalimat provokatif halus. Kertas itu disebarkan pada ketua-ketua UKM yang hadir di pertemuan itu. Isinya, Kami mohon, jika ada mahasiswa bernama Grisanti dari Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Jawa untuk diarahkan ke UKM Menwa. Katakan saja UKM yang Anda pimpin sudah memenuhi kuota. Dia mahasiswa yang sangat berpotensi untuk perkembangan Menwa ke depan. Kami sangat berharap kerja sama Anda dan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gris dan Seila
Science FictionGris, mahasiswi Universitas Nusantara dianggap memiliki kepribadian unik oleh sahabat-sahabatnya. Dia suka memberontak, tidak tertib, tidak mau diatur dan pemberani. Dari sikapnya ini memancing perseteruan dengan mahasiswa seniornya Prastowo. Perset...