yeoseot

274 48 3
                                    

Hina memasuki minimarket dan berjalan menuju rak makanan untuk mengambil triangle kimbap. Lalu berpindah pada rak mie, mengambil ramyun pedas favoritnya. Tak lupa juga mengambil sekotak susu untuk menetralkan rasa pedas saat makan ramyun nanti.

"Aku beli ini aja," seru Hina pada Yooji.

Yooji dengan santai memindai sembari berkata, "Lemas amat! Belum sarapan?"

"Enggak sempat. Pagi-pagi aku diajak debat sama si Jaemin itu," seru Hina.

"Jaemin? Kamu ke rumah dia tadi?" tanya Yooji.

Gadis itu keluar dari bagian kasir seraya mendorong Hina ke meja makan minimarket. Meminta Hina untuk makan di minimarket dan menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Jaemin.

Hina taruh tas terlebih dahulu, lalu berjalan menuju kompor listrik. Ia tekan tombol air panas dan menghidupkan kompor untuk memasak ramyun hingga matang. Tak lupa memecahkan sebutir telur agar terasa lebih nikmat.

Sembari menunggu matang, Hina bergabung dengan Yooji yang duduk lebih dahulu.

"Iya. Kan kamu tahu sendiri Ji, dua minggu ini aku bakal jadi pembantu di rumah Kakek Younggyu. Terus mama dari semalam udah ngasih list kasaran gitu, apa yang harus aku kerjain setiap harinya. Sebelum berangkat kerja aku harus masakin sarapan dulu. Pulang kerja masakin makan siang sama bersih-bersih. Baru deh abis itu free."

"Tapi waktu aku datang, si Jaemin udah ada di dapur. Dia masak omelette gitu. Ya udah deh aku enggak masak. Tapi aku malah diajak debat. Mana tadi ada kejadian aneh lagi, bikin bingung plus bete aja. Kalau enggak karena aku mgejar bus, udah aku pites dia," cerita Hina.

"Kayak bisa aja kamu mites. Kamu kelas karate aja suka ngulang," cibir Yooji.

"Ih itu kan jaman sekolah dulu. Lagian ya, pasti entar bakal ada kok cowok yang bisa melengkapi aku yang lemah ini. Cowok itu pastinya harus jago berantem biar aku-nya enggak lecet," ucap Hina dengan dagu bertumpu pada kedua tangan.

"Masih aja sih mimpinya begitu? Ngayal banget. Eh iya, lanjutin ceritanya. Soal kejadian aneh. Ada kejadian apa emang?"

Hina mendecih. "Kasih teman sendiri senang dikit enggak bisa apa?"

"Kalau cuma khayalan mah enggak guna. Udah cepetan cerita. Penasaran aku," ucap Yooji mengalihkan pembicaraan.

"Jadi pas kita lagi debat, tiba-tiba ada suara teriakan gitu. Salah temannya si Jaemin, namanya Renjun. Dia jatuh, ketindih gitu loh. Nah yang nindih itu cewek. Aku enggak kenal siapa ceweknya. Mana masih gelap kan, lampu juga enggak semua nyala. Enggak bisa lihat mukanya. Kayaknya cewek itu ada hubungan sama Jaemin. Eh gue enggak ada ngapain langsung didorong keluar rumah dong! Aneh banget kan?" cerita Hina.

Dahi Yooji mengkerut. "Enggak aneh tuh! Aneh gimana sih? Kamu cemburu aja enggak sama itu cewek karena dia ada hubungan sama Jaemin."

"Eh? Apaan sih? Cemburu ngapain? Aku suka sama Jaemin aja enggak. Pinginnya aku usir aja dia biar aku bisa santai," elak Hina.

ting

Hina ambil mangkuk dari kompor, lalu kembali ke meja untuk segera mengisi perut yang sudah berkumandang sejak beberapa jam yang lalu. Suapan demi suapan mie memasuki mulut kecil Hina. Sesekali meneguk susu kotak untuk menetralisir rasa pedas di lidah. Lega karena akhirnya ada sesuatu yang bisa ia kunyah.

"Ya kali aja. Abis suara kamu kayak orang kesal yang cemburu pacarnya dekat sama cewek lain," goda Yooji.

"Ngaco!" protes Hina.

"Eh jangan terlalu benci gitu deh. Nanti kamu kualat loh, terus suka sama dia." Godaan Yooji masih saja berlanjut.

Hina hendak melayangkan protesnya, namun suara seseorang membuat atensinya dan Yooji berpindah. Keduanya menoleh ke arah kasir, menemukan sosok yang lama tidak mereka jumpai.

00's Next Door ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang