yeol-yeodeolb

273 30 7
                                    

Jaemin memasuki kamar Hina, menemukan sang gadis tertidur pulas setelah sebelumnya memasak dan ikut makan siang di rumah. Gadis itu terlihat sangat lelah hari itu, sampai-sampai tidak ada pikiran untuk menghabiskan waktu bersama Jaemin di kamar si lelaki.

Jaemin berlutut di lantai, tepat di samping tempat tidur Hina. Gadisnya terlihat begitu cantik saat tidur, berkali-kali lipat lebih cantik dibanding saat gadis itu cerewet atau merajuk. Ya, Hina mah cantik dalam keadaan apapun.

Tangan Jaemin naik, merapikan helai-helai rambut yang menutupi wajah Hina. Menyelipkannya ke belakang telinga, agar ia lebih leluasa melihat ekspresi Hina selama gadis itu tidur.

Lima menit Jaemin habiskan hanya untuk memandangi Hina yang begitu tenang dalam tidurnya. Hingga akhirnya Hina mengeliat pelan dan membuka matanya. Mengedip beberapa kali guna menyesuaikan cahaya matahari terbenam yang masuk ke dalam kamarnya.

"Masih ngantuk?" tanya Jaemin.

Hina menoleh pelan. Gadis itu tidak ada tenaga untuk sekadar terkejut dengan kehadiran sang kekasih di kamarnya, saking lelahnya. Hina menjawab pertanyaan Jaemin dengan anggukan kecil.

"Kok bisa di sini?" tanya Hina kemudian.

"Tadi mau ngecekin kamu, soalnya abis makan siang kamu langsung pulang. Eh pas di bawah ada eomeoni, ya udah disuruh naik aja. Eomeoni balik ke restauran abis itu," terang Jaemin.

"Hmm." Hanya dehaman yang keluar dari bibir Hina. Gadis itu masih lelah. Untuk sekadar bangun saja Hina tidak punya tenaga.

"Capek banget ya? Kalau capek, hari ini stay di rumah aja enggak apa-apa," ucap Jaemin.

Rencananya, malam ini Jaemin dan Hina ingin menghabiskan waktu makan di minimarket dekat rumah mereka. Selama hampir seminggu berada di Ansan, tidak ada satu kali pun Jaemin mampir ke sana. Yang paling sering ke minimarket sih Jeno. Jangan tanya apa yang lelaki itu lakukan, kalian pasti tahu.

"Beneran enggak apa-apa? Tapi aku pingin makan ramyun buatan Yooji," rengek Hina.

"Gini aja, sekarang lanjut aja tidur. Nanti malaman aku jemput, kita ke sana. Toh buka dua puluh jam kan," saran Jaemin.

Hina mengerucutkan bibirnya. "Kamu mau pulang?"

"I..iya? Biar kamu tidurnya nyaman," sahut Jaemin ragu.

"Jangan pulang. Temenin tidur," pinta Hina.

"Eh?"

"Iya tidur sini, mau peluk," pinta Hina.

Jaemin enggak buang kesempatan, dia langsung naik ke tempat tidur dan memeluk gadisnya. Kapan lagi Hina bersikap manja padanya. Apalagi besok ia sudah harus kembali ke Seoul, tentu dengan senang hati Jaemin penuhi keinginan Hina.

Jaemin lingkarkan kedua tangan pada tubuh Hina, membuat si gadis reflek mendekat. Menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jaemin.

"Udah nih, tidur sana," ucap Jaemin.

Suprisingly, Hina malah tidak bisa kembali tidur. Ia nyaman dipeluk Jaemin, namun entah mengapa tubuhnya justru terjaga dalam hitungan detik. Padahal mata Hina rasanya berat, namun gadis itu berulang kali berkedip.

"Kenapa? Katanya mau lanjut tidur," ucap Jaemin.

"Enggak bisa tidur malahan. Aneh ya?" balas Hina.

Jaemin mengecup kening Hina dan dengan percaya diri berucap, "Enggak sih. Normal. Pasti kamu deg-degan karena aku peluk kayak gini."

"Hmm masuk akal. Tapi aku ga deg-degan kok. Kayaknya aku enggak mau deh melewatkan pelukan hangat kamu dengan tidur. Sambil ngobrol aja, kamu mau enggak?"

00's Next Door ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang