Hina dengan cepat menggeleng setelah ditanya oleh Ryujin. "Bukan. Aku bukan pacar Jaemin-ssi. Aku tetangga sebelah rumah. Kebetulan mama sama papa aku pegawai di restauran Kakek Younggyu, yang sekarang ambil alih manajemennya. Terus aku diminta tolong buat bantu-bantu di sini selama dua minggu."
Hina tidak mau mengakui dirinya sebagai pembantu. Enak saja penyiar radio seperti dirinya hanya dipandang sebagai seorang pembantu. Pembantu dari lelaki nano-nano lagi. Nano-nano yang Hina maksud adalah perubahan emosi Jaemin yang berubah-ubah, tanpa bisa Hina tebak kapan perubahannya terjadi. Bisa dalam hitungan detik, jam, atau mungkin hari.
"Oh! Kirain pacar oppa," sahut Ryujin.
"Soalnya dulu oppa kan pernah tinggal di sini setahun. Terus katanya oppa suka sama cewek yang ting...."
"Awh!"
Ucapan Ryujin terhenti saat salah satu sisi sumpit stainless steel mengenai kepalanya. Pelaku yang melempar sumpit tersebut, tak lain tak bukan adalah Jaemin yang memerhatikan dari meja makan.
Jaemin lupa kalau Ryujin tahu soal cinta pertamanya. Dulu ia cerita pada Yoona dan Ryujin. Melihat gelagat Ryujin, Jaemin langsung saja melempar sumpit mengenai kepala sang adik agar diam dan tidak membocorkan fakta tersebut pada Hina.
Belum saatnya gadis itu tahu siapa Jaemin sesungguhnya.
"Jangan ngobrol aja kamu. Bantu yang benar," omel Jaemin.
"Oppa!!!"
Teriakan Ryujin tentunya mengejutkan Renjun, Donghyuck dan Jeno yang tengah bermain game, serta Hina yang tengah memotong daging. Alhasil, pisau di tangan Hina tak sengaja mengenai jari yang memegang daging di atas talenan.
"Ah!" pekik Hina. Pisau terlepas begitu saja, kini berganti dengan Hina memegangi jarinya yang mengeluarkan darah.
Jaemin menjadi orang pertama yang menghampiri Hina. Langsung ia tarik tangan Hina menuju washbasin, lalu membilasnya dengan air keran.
"Malah pada diam! Bawain plester luka napa!" teriak Jaemin entah pada siapa.
Darah masih belum berhenti bahkan saat sudah dialiri oleh air. Tanpa peringatan, Jaemin langsung saja mengulum jari Hina. Niatnya murni untuk memghentikan laju darah yang belum juga berhenti, karena ukuran sayatan yang cukup besar.
Tapi Jaemin tidak sadar kalau kelakuannya membuat Hina tertegun. Detak jantung gadis itu berubah menjadi tidak normal, meningkat tajam di setiap detiknya. Belum lagi jarak antara dirinya dan Jaemin yang terlalu dekat. Hina tidak memprediksi skinship seperti ini. Di hari kedua ia bertemu dengan Jaemin. Kedua telinga Hina memerah saat menatap wajah khawatir Jaemin.
"Nih, aku nemu dekat tv tadi," seru Jeno menyodorkan sebungkus plester luka.
Jaemin dengan cepat kembali membawa jari Hina ke bawah keran air. Meminta gadis itu untuk diam sembari dirinya membuka plester luka dan mengambil tisu.
"Siniin jari kamu."
Jaemin mengeringkan jari menggunakan tisu, baru kemudian memasangkan plester luka. Cepat namun hati-hati, agar tidak banyak darah yang keluar dan tidak mengganggu gerak jari Hina.
"Udah!"
Jaemin langsung menoleh ke arah Ryujin yang kini memajang wajah bersalahnya. Omelan pun tak dapat Ryujin hindari. "Kamu ngapain sih teriak-teriak? Orang kan jadi kaget. Sampai luka begini!"
"Maaf Hina-unnie. Aku enggak maksud bikin unnie kaget sampai luka gitu, kalau enggak dimarahin sama macan ini satu," ucap Ryujin menunjuk pada Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
00's Next Door ✔
FanfictionGong Hina pikir bekerja sebagai radio announcer di kota kecil tempatnya tinggal merupakan satu-satunya pekerjaan yang ia jalani. Kenyataannya tidak begitu. Kehadiran Na Jaemin, anggota grup idol pria NCT Dream, bersama ketiga temannya membawa malape...