yeodeolb

276 40 17
                                    

Hina mematikan kompor setelah memanggang cepat roti tawar yang ia bawa dari rumah. Lalu dengan cekatan membuat lima porsi sandwich. Untuk sarapan manusia seisi rumah.

"Finally!" ucap Hina saat sarapan sudah tertata rapi di meja makan.

Hina ambil sticky note dan pulpen dari dalam tas. Ia tulis peringatan bagi siapa pun nanti yang membacanya, bahwa ia sudah menyiapkan sarapan dan mereka harus menghabiskannya.

Setelah ia tempel di kulkas, Hina segera keluar untuk berangkat kerja. Tak lupa memeriksa keadaan Ryujin yang tidur di sofa depan televisi. Sepertinya gadis itu memutuskan tidur di sana setelah nonton drama semalam.

Padahal, dari yang Hina dengar saat makan siang tadi, Ryujin akan tidur di kamar yang sebelumnya digunakan Renjun. Renjun sendiri pindah dan tidur bersama di kamar Jeno. Seharusnya, Ryujin tidak perlu sampai tidur di depan sofa seperti ini.

Hina bergegas menuju kamar Ryujin, lalu kembali dengan selimut di tangan. Ia selimuti tubuh Ryujin yang tampak kedinginan. Setelah dirasa Ryujin sudah nyaman, barulah Hina keluar rumah untuk berangkat bekerja.

Another day is coming!

Sejam berlalu, langkah kaki terdengar menuruni anak tangga. Sama seperti kemarin, Renjun turun untuk minum air. Namun atensi Renjun teralihkan pada sosok yang tidur di sofa depan televisi. Karena ia tidak tahu siapa sosok yang menyembul dari balik sofa, Renjun jadi penasaran.

Renjun berjalan mendekat,menemukan sosok Ryujin yang tidur berbalut selimut. Gadis itu terlihat tidak nyaman. Siapa juga yang bisa nyaman apabila tidur di sofa yang tidak seluas tempat tidur. Renjun dengan hati-hati membangunkan Ryujin.

"Ryu?" panggil Renjun pelan.

"Hmm?" gumam Ryujin pelan, sepertinya masih belum sadar. Gadis itu menggeliat pelan dan kembali tidur setelahnya.

Renjun tertawa pelan melihat tingkah Ryujin yang entah mengapa terlihat menggemaskan. Rasanya seperti melihat adik sendiri. Maklum saja, Renjun kan anak tunggal, mana tahu rasanya punya adik.

Renjun jadi makin iri dengan sosok Jaemin. Punya adik seperti Ryujin. Bisa dekat dengan Hina yang ia sukai tanpa rasa canggung. Bahkan sepertinya, Jaemin tanpa sadar dapat membuat pipi Hina memerah hanya karena sebuah skinship. Seperti kemarin saat lelaki itu membantu menangani tangan Hina yang tak sengaja tergores.

Renjun segera menggelengkan kepala. Tak seharusnya ia berpikir buruk seperti itu. Terlebih lagi pada Jaemin yang sudah seperti saudara baginya. Kalau memang Hina berjodoh dengannya, pasti akan ada jalan.

Renjun memutuskan berjalan menuju dapur. Ia ambil sebotol air dari dalam kulkas dan meneguk isinya cepat. Mata Renjun tak sengaja menangkap sticky note yang tertempel di pintu kulkas. Berisi tulisan dari Hina yang mampir untuk membuatkan sarapan. Atensi Renjun lalu beralih pada lima porsi sandwich yang tersedia di atas meja.

Renjun ambil dua porsi untuk ia bawa ke ruang tengah. Satu untuk Renjun dan satu lagi untuk Ryujin yang sudah duduk saat Renjun kembali. Renjun tak lupa juga mengempit botol air miliknya dan juga botol air baru untuk Ryujin di kedua lengan.

"Eh? Ini apa oppa?" tanya Ryujin setengah sadar.

"Sarapan. Kamu pasti lapar," ucap Renjun, meletakkan piring sandwich di meja depan sofa.

Renjun lalu duduk di samping Ryujin, memberi botol air yang masih tersegel pada Ryujin.

"Ah! Dingin!" jerit Ryujin.

"Minum dulu," ucap Renjun, tidak memedulikan jeritan Ryujin.

"Makasih oppa!" pekik Ryujin kemudian, melupakan fakta bahwa ia baru saja protes soal dinginnya botol air.

00's Next Door ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang