dul

355 68 7
                                    

Jaemin membuka pintu mobil Jeno, duduk di samping kursi kemudi. Di balik kemudi sudah pasti Jeno. Mereka akan pergi ke Ansan untuk berlibur selama dua minggu. Kata Yoona, mama Jaemin, ia tidak perlu mengkhawatir soal kondisi rumah kakek. Sudah ada orang yang membersihkan, bahkan akan ada pembantu yang bekerja di sana selama dua minggu. Jaemin hanya perlu datang dan menikmati liburan sementaranya itu.

"Udah enggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Jeno memastikan.

"Enggak ada kok!"

Jeno memindahkan perseneling, membawa mobil melaju membelah jalanan kota. "Kok enggak ngajak Chenle sama Jisung?"

"Lah dua bocah di Seoul aja kagak. Chenle masih di Shanghai. Jisung masih di Bali, dia photoshoot sekalian liburan. Enak benar si bocah emang!" sahut Donghyuck dari bangku tengah.

"Ah iya! Lupa hehehe."

Hanya Renjun yang daritadi diam tak bersua. Kepala lelaki itu bersandar ke arah kaca. Mata terpejam dan Airpods tersumpal pada telinga. Definisi tidak boleh diganggu oleh siapa pun.

"Ini kita perlu beli bahan makanan gitu enggak?" tanya Jeno kembali.

"Mumpung kita masih di kota, belum masuk jalan tol."

"Enggak usah Jen, kata mama udah disiapin semua di sana," tolak Jaemin.

Hampir dua jam waktu yang Jaemin, Renjun, Jeno, dan Donghyuck habiskan di jalan hingga akhirnya mobil terparkir rapi di garasi rumah kakek Jaemin.

"Langsung masuk aja nih?" tanya Donghyuck antusias.

Jaemin menurunkan koper miliknya. "Iya masuk aja, pin-nya tanggal ultah aku."

Donghyuck dengan semangat menarik koper miliknya. Memencet kode sesuai perkataan Jaemin. Jaemin sendiri beserta Jeno dan Renjun mengikuti dari belakang.

Ruang tengah yang dilengkapi dengan home theater dan mesing-mesin permainan seperti Timezone menjadi bagian awal rumah yang menyapa kedatangan mereka.

Donghyuck dan Jeno menganga saat melihat kemewahan rumah kakek Jaemin. Untuk rumah pria tua yang tinggal sendiri hingga akhir hayatnya, rumah ini termasuk canggih.

Jaemin yang sudah biasa berjalan menuju mesin main basket. Sementara Renjun memilih merebahkan tubuhnya di sofa depan televisi. Masih dengan mode diamnya.

Jaemin akan cerita sedikit tentang teman-temannya ini.

Yang pertama adalah Renjun. Nama aslinya Huang Renjun, berasal dari Jilin, China. Orangnya nano-nano kalau kata Jaemin. Pendiam dan dingin. Bisa sih heboh, tapi biasanya di depan kamera. Kalau enggak ya begini, diam kayak patung. Tapi orangnya perhatian kok.

Yang kedua adalah Jeno, teman sehidup-sematinya Jaemin. Mereka jadi trainee aja di hari yang sama. Debut pun di satu grup yang sama. Udah kayak anak kembar. Kalau kata Ryujin, adik kandung Jaemin, di mana ada Jaemin pasti ada Jeno. Kadang gadis itu suka lupa kalau Jaemin kakaknya saking seringnya Jaemin sama Jeno.

Yang ketiga adalah Donghyuck. Manusia paling bahagia kalau kata Jaemin. Enggak ada hari tanpa memasang senyum konyol dan menghibur banyak orang. Tapi Donghyuck tidak bodoh. Katanya doi sih gini, 'mau menghibur orang tuh mikir, makanya aku dikasih otak cemerlang sama sang pencipta'. Jaemin iyakan saja. Kalau tidak bisa protes tujuh hari tujuh malam si Donghyuck.

"Ahhh!"

Sebuah pekikian nyaring tiba-tiba terdengar, membuat atensi Jaemin, Jeno, dan Donghyuck beralih ke arah sumber suara. Renjun sendiri masih betah dengan posisi rebahannya.

"Eh suara apaan tuh?" tanya Jeno.

"Rumah kamu enggak berhantu kan Jaem?" tanya Donghyuck.

Jaemin mematikan mesin yang baru saja ia nyalakan. "Ngaco aja! Mana ada sih hantu hari gini!"

00's Next Door ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang