epilog

361 34 10
                                    

ting, ting, ting

Hina merogoh kantong celana jeans yang ia kenakan siang itu, mengeluarkan ponsel saat mendengar notifikasi yang cukup berisik.

Hina tersenyum simpul saat melihat nama yang tertera pada lockscreen. Gadis itu buka notifikasi tersebut dan dirinya disuguhkan oleh kiriman pesan dari Jaemin yang tak terhitung jumlahnya. Ya, pertanyaan basa-basi seperti sudah makan kah, sedang apa, dan pertanyaan-pertanyaan lain.

Menurut Hina sih enggak basa-basi, soalnya Jaemin jarang punya waktu untuk membombardir Hina dengan pesan-pesan manis seperti itu. Orang super sibuk kayak Jaemin, ingat kirim pesan saja sudah syukur, apalagi kalau begini. Walau terkesan monoton, Hina senang karena Jaemin masih memperhatikannya.

Hina hendak membalas pesan dari Jaemin, namun tampilan layar terlanjur berubah karena panggilan video call dari si lelaki. Hina dengan santai menggeser simbol hijau untuk mengangkat panggilan.

"Halo?"

"Hina-ya! Lama banget sih balas pesan aku?!" manja Jaemin. Lelaki itu terlihat berbaring, sepertinya baru saja pulang dari kegiatan yang padat.

"Maaf. Aku tadi baru sampai rumah," balas Hina sembari memasang ponsel pada tongkat selca. Hina hendak membersihkan riasan di wajahnya, maka akan lebih mudah kalau ia posisikan ponsel dengan tepat, agar tidak pegal dan Jaemin tidak kesulitan melihat dirinya.

"Emang kamu kemana tadi?"

Hina tuangkan micellar water ke kapas sembari bersua, "Aku abis siaran, terus nyiapin buat acara ulang tahun radio. Kan besok acaranya."

"Oh iya ya? Ya ampun aku lupa, yang! Padahal kan aku bintang tamunya sama anak-anak," seru Jaemin.

Kalian pasti penasaran, kenapa Jaemin bisa menjadi bintang tamu di acara ulang tahun stasiun radio tempat Hina bekerja?

Jadi, sebelum Jaemin kembali ke Seoul kapan lalu, Hina sempat cerita kalau stasiun radio tempatnya bekerja ingin mengundang guest star untuk merayakan hari ulang tahun stasiun.

Jaemin dengan santai menawarkan grupnya, bahkan tanpa babibu langsung menelepon sang manajer untuk memberi persetujuan. Beruntungnya, saat Jaemin mengkonfirmasi, tidak ada jadwal sama sekali di hari yang Hina ceritakan.

"Hahaha, kamu mah! Apa coba yang kamu enggak lupa?" cibir Hina sembari tertawa.

"Aku enggak lupa cewek cantik yang namanya Gong Hina. Dia pacarnya Nana," balas Jaemin dengan percaya diri, sembari menyebut nama panggilan sehari-harinya.

"Ih! Apaan sih? Gombal banget," pekik Hina, merasa malu dengan balasan Jaemin.

Hina buang kapas bekas yang ia gunakan untuk mengusap bekas make-up ke tempat sampah di bawah meja, lalu bergegas membasuh wajah dengan air. Ponsel ia tinggalkan dengan loudspeaker menyala, sehingga dirinya tak perlu repot membawa benda pipih tersebut ke kamar mandi.

"Gombal apaanya sih, sayang? Aku kan mengucapkan fakta. Gimana sih?" balas Jaemin sekadar, pura-pura tidak mengetahui perubahan ekspresi Hina.

Padahal, tanpa perlu Jaemin melihat muka si gadis yang menghilang dari layar, lelaki itu memyadari betapa malunya Hina sekarang. Karena ucapan manisnya.

"Iya deh iya, aku percaya. Terus, kamu udah makan kan?" tanya Hina yang beres mencuci muka dengan sabun, menyikat gigi, dan setelahnya menepuk pelan wajahnya dengan handuk khusus.

Hina kembali duduk ke kursi, melanjutkan sesi tatap muka jarak jauh dengan Jaemin sembari mengenakan produk perawatan muka untuk malam hari.

"Udah, yang. Tadi aku makan samgyupsal bareng Jeno sama Shotaro. Itu loh, yang, member dari Jepang yang pernah aku ceritain ke kamu," cerita Jaemin.

"Oh, yang waktu itu kamu bilang lagi pulang ke Jepang, makanya enggak ikutan liburan ke sini? Bener enggak sih?" tanya Hina memastikan, dengan tangan sibuk mengusap wajah dengan kapas berisikan toner.

"Iya bener. Kamu kan ada turunan Jepang, bisa deh entar ngobrol sama dia. Tapi pacarannya tetep sama aku loh!" ucap Jaemin dengan nada manja yang dibuat-buat.

Tawa Hina meledak. Untung saja Hina belum mengenakan sheet mask, yang akan ia pakai untuk mendinginkan wajahnya yang terasa terbakar sejak tadi siang. Kalau semisal sudah, tawa Hina tentu akan membuat posisi masker berubah. Hina malas merapikannya kalau sudah seperti itu.

"Kamu tuh ada aja sih, Jaemin! Bikin aku ketawa aja. Untung aku belum pakai masker," balas Hina disela tawanya.

"Aku lebih suka kalau dengerin kamu ketawa. Itu artinya kamu nyaman sama aku dan secara langsung aku bisa kamu senang. Tertawa itu tanda kamu sedang senang, bukan?" ucap Jaemin yang dibalas anggukan oleh Hina.

"Iya deh iya, aku percaya," seru Hina.

"Ya udah kamu tidur sana. Aku juga mau tidur. Sampai jumpa besok, sayangnya Na Jaemin," ucap Jaemin.

Tak lupa melayangkan ciuman dengan mengecup tangan dan melemparnya ke udara. Sambungan terputus setelah.

Walau singkat, Hina berterima kasih karena Jaemin mau menyisihkan waktu untuk menghubungi dan menghiburnya. Rasanya beban yang sebelum menepal di bahu, berangsur berkurang, sedikit demi sedikit.

Tak masalah harus sejauh apa mereka terpisahkan. Tak masalah jika hanya bisa berkomunikasi melalu ponsel. Karena yang penting bagi keduanya adalah selalu bahagia.

Menjadi bahagia merupakan salah satu dari banyak alasan yang membuat Gong Hina tidak bisa berhenti mencintai seorang Na Jaemin.

Menjadi bahagia merupakan salah satu dari banyak alasan yang membuat Gong Hina tidak bisa berhenti mencintai seorang Na Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai semua!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai semua!

Sebelumnya I am so sorry kalau endingnya aneh begini. Karena jujur aja, dari chapter terakhir, itu udah ga bisa aku lanjutin lagi. Kayak, perasaanku benar-benar hancur lebur saat tahu Hina sudah keluar dari SM. Benar-benar enggak nyangka aku.

Aku juga masih di tengah hiatus, ini update karena sudah terlalu lama diam di draft. Kepikiran aku-nya :(

Untuk semua yang baca cerita ini, terima kasih karena sudah mampir di cerita absurd dari seorang Rina. Without all of you, aku ga mungkin bisa nulis sampai sejauh ini. Komen dan vote kalian bener-bener bikin aku semangat update, walau akhirnya ada faktor lain yang membuatku tidak bisa lebih lagi mengeksplore jalan cerita ini.

So, see you soon!

00's Next Door ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang