"Es doger!" teriak Kemal seraya mengayuh sepeda bututnya, menyusuri jalanan kampun yang lumayan ramai dengan anak-anak. "Es doger!" Lagi, ia berteriak dengan aksennya yang khas karena memang lidahnya pendek.
"Bang!" Seseorang memanggil, Kemal tersenyum. Seperempat bule berpenampilan agak dekil dengan mata cokelat itu menghentikan sepedanya ke kelompok wanita-wanita beragam usia yang memanggilnya.
"Bang Kemal, es dogernya dua buah sekalian sama abangnya buat dibawa pulang." Kemal tertawa, pun turun dari sepeda dan menyiapkan pesanan.
"Kalau aku sebungkus, dikit aja susu kental manisnya soalnya abangnya udah manis banget." Yang lain angkat suara.
Kemal tersenyum ramah. "Iya, Neng, gantian, ya." Suaranya membuat mereka seakan meleleh, rahim pun kebakaran. "Ini pakai semua, kan, Neng?" Ia menatap sosok yang memesan.
"Iya, dong, Bang." Dengan genit ia mengedip-ngedipkan mata.
Dengan dua buah wadah di tangan, mulai Kemal memasukkan satu persatu unsur es doger, mutiara, roti, ketan hitam, dan sebagainya. Terakhir pun diberi sirup dan susu kental manis, setelahnya ia tutup dengan penutup dan ia serahkan ke pembeli.
Pembeli menukar tersebut menjadi uang sepuluh ribu rupiah.
"Makasih, ya, Bang." Dan ia mencubit pipi Kemal, Kemal hanya tertawa pelan.
"Sama-sama, Bu!" sahutnya, pun setelahnya membuatkan pesanan demi pesanan lain yang berdatangan hingga tuntas, setelahnya dirasa tak ada lagi pembeli Kemal pun menjalankan sepeda bergerobak alakadarnya itu.
"Es doger!" Sambil mengayuh sambil meneriaki sekitaran. Keringat berjatuhan karena teriknya matahari di atas kepala jalan tol yang dilewatinya. "Es doger!"
Bunyi ringtone membuatnya menghentikan sepeda, menepi di sebuah bangunan yang tengah tutup untuk sekadar berteduh, sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel android mungil dengan kaca yang retak tetapi cukup bisa digunakan dalam jangka waktu lama.
Ada pesan.
Dari dosennya di grup, jika kelas malam ditiadakan untuk malam ini. Wajah Kemal berseri.
"Wah, keknya gue bisa ikut si abang buat jualan martabak sama dia, itung-itung nambah duit." Kemal tertawa lagi, pun kembali menjalankan sepedanya dengan wajah bahagia, tak lelah mengumandangkan dagangannya yang hari ini lumayan laris manis.
Siang menuju sore ....
"Wah, syukurlah!" kata Kemal, menatap penghasilannya yang lumayan kala ia hitung. Kemudian menatap dagangannya yang hanya tersisa sedikit.
Beberapa anak jalanan melintas dan pemuda itu memberikan es doger sekaligus uang untuk mereka, sebelum akhirnya ia menuju jalan pulang. Namun, di pertengahan jalan pulang ....
Kemal memicingkan matanya di jembatan tinggi demi memastikan apa yang ia lihat di suasana yang agak gelap benar, karena ia melihat seorang ... bergaun putih pendek dengan rambut panjang naik ke atas jembatan.
Sempat, ia merinding ngeri, kemudian berpura-pura tak melihat, tetapi kala berpapasan dari samping ia berani menatap ... kakinya menapak.
"Astaga!" Dan ia sadari, itu seorang perempuan.
Buru-buru, tanpa babibu turun dari sepedanya hingga benda itu terhempas ke tanah, pun berteriak.
"Mbak, jangan, Mbak! Jangan lompat!"
Tanpa menoleh, wanita itu menjawab, "Siapa Anda berani-beraninya menghentikan saya? Jangan sok peduli sama orang asing!"
"Mbak, kita mungkin orang asing, tapi ini insting saya sebagai manusia, rasa peduli! Enggak seharusnya Mbak mengakhiri hidup, Tuhan gak pernah ngasih cobaan melebihi batas umat-Nya. Mbak, saya yakin, Mbak pasti bisa melewati semuanya! Saya yakin!"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
NYONYA ISTRI [B.U. Series - K]
Romance21+ "Kalau begitu kamu aja yang jadi suami saya!" Kemal hanya menyelamatkan wanita itu dari bunuh diri karena dikhianati mantan kekasih, sesuai insting manusiawinya, tetapi tampaknya wanita janda kaya raya itu malah mengingininya menjadi suaminya. K...