Chapter 24

12.7K 995 12
                                    

Tamu yang berkunjung banyak sok kenal dengan Kemal, sekalipun Kemal sendiri tak tahu menahu, ia bersekolah di kampusnya tanpa banyak bercengkrama dan hanya terus-terusan bekerja.

"Kami pernah sekelas, kami tuh satu jurusan!" Begitu dengan bangganya ia memperkenalkan diri kepada orang lain.

Stella kini menuju ke teman-temannya, memperkenalkan Kemal dengan orang-orang sekelas dirinya dengan penampilan elegan dan jelas kelihatan kaya raya. Kemal agak gugup, tetapi dengan ancaman istrinya ia memberanikan diri, toh ia pula sudah banyak belajar.

"Wah, ini yang kerja serabutan dan banyak kerja di makanan-makanan pinggiran, kan?" tanya salah satu teman Stella, nada wanita itu kelihatan meremehkan.

Kemal jadi gugup, tetapi Stella tersenyum hangat. "Pria pekerja keras, sama seperti saya saat miskin dulu." Dan kelihatan wajahnya menjadi kalah mendengar itu.

"Kamu suka berondong, ya?" Kawan yang lain berusaha memanas-manasi. "Seperti Sugar Mommy, ya."

"Ah, benar, saya memang manis, tapi saya istrinya bukan ibunya." Stella tertawa pelan, pun menyentil Kemal, membuat Kemal tersadar kemudian memeluk lembut Stella dari belakang. "Dia jauh lebih baik kebanding pria sialan itu."

Kemal tersenyum hangat ke orang-orang itu yang terdiam kemudian.

"Papi!" Uwais memanggil, menghampiri mereka, dan Kemal kemudian menggendongnya. "Aku pengen balon! Pengen balon di luar!"

"Oke, oke." Dan Kemal pun menuruti permintaan putra tirinya.

Stella menatap mereka lagi, tersenyum sarkastik. "Ingin mengintrogasi lagi?"

Mereka menggeleng.

"Baiklah, saya permisi dulu!" Daripada bersombong-sombong dengan mereka, para wanita sukses istri dari rekan kerjanya, Stella jauh lebih suka berteman dengan sosok yang memulai usaha dari nol seperti dirinya.

Di luar, Kemal membelikan balon udara berbentuk SpiderMan untuk Uwais, anak itu begitu antusias mendapatkannya sebelum akhirnya mereka masuk ke gedung kembali.

Namun, di depan pintu, tanpa sengaja seorang pria menabrak mereka.

"Eh, maaf, Mas! Maaf!" kata Kemal spontan tetapi pria berkacamata dengan jas itu melewatinya dan beranjak pergi.

"Papi ngapain minta maaf? Dia yang nabrak!" Uwais jengkel sendiri akan ayah tirinya yang terlalu baik hati.

"Yah, minta maaf bukan siapa yang salah atau bener, Uwais. Enggak masalah buat memperbaiki hubungan. Toh, minta maaf gak bikin derajat kita rendah, kok."

Uwais ber-oh-ria. "Emang hubungan Papi sama orang itu apa?"

Kemal terdiam. "Iya, ya. Apa, ya?" Dan ia malah bertanya balik. Uwais tertawa membuat Kemal juga ikut tertawa. "Ya udah, gak papa, ayo masuk ke dalam!"

"Papi, aku mau es krim gede, ya."

' "Iya ...."

Pria berkacamata tersebut mengintip mereka dari kejauhan, seraya menelepon seseorang. "Itu orangnya, bukan? Hm baik, baik," ujarnya sebelum akhirnya beranjak menjauh.

Seorang pria berjas di balik jendela bersama sosok lain berseragam narapidana di hadapannya di seberang sana, dengan saling menelepon, tersenyum satu sama lain. Pun saling mengangguk. Tak ada sepatah kata pun yang keluar ketika pria berjas berdiri dan beranjak.

Sementara pria berseragam narapidana dibawa masuk sipir yang berjaga di sana kembali ke selnya. Wajahnya kelihatan bahagia.

"Kamu ngehancurin hidupku, aku akan ngehancurin hidupmu."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

NYONYA ISTRI [B.U. Series - K]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang