Chapter 20

14.1K 1.1K 32
                                    

Dan semuanya pun menikmati es doger buatan Kemal, begitu enak sampai-sampai rasanya mau lagi, kelelahan akibat panas tak lagi terasa kala mereka makan bersama di teriknya panas matahari. Orang-orang rumah menyenangi pemuda itu.

"Pantes, ya, Nyonya Stella suka sama dia. Sempat saya mikir soal dia guna-guna Nyonya, tapi faktanya memang itikadnya yang baik." Para bodyguard mulai membicarakannya.

"Iya, dia juga yang nolong Nyonya berubah pikiran gak bunuh diri. Dan Nyonya kelihatan bahagia padahal baru beberapa hari karena terpuruk gara-gara pria iblis itu!" sahut yang lain. "Memang lebih baik begini!"

"Benar, kasihan Nyonya, walau saya masih berharap sama Nyonya. Ugh, padahal di aplikasi oren itu biasanya majikan jatuh cinta sama bodyguard-nya."

"Ngarep kamu!"

Bahkan setelah selesai makan bersama itu, Kemal sendiri yang membereskan sisa-sisa tanpa malu. Pemuda itu memang terkenal dengan kerajinannya, dan kini pun ia tengah memperbaiki mobil yang katanya rusak di garasi.

Dan sore hari pun, ia menjemput Uwais, dan bisa dilihatnya sedikit perubahan raut dari Uwais.

"Mobil mana?" tanya Uwais heran.

"Mm ...." Kemal kehabisan punya alasan.

"Ya udah naik! Bantu aku naik!" Satpam yang ada di sana membantu Uwais naik ke sepeda. "Jalan!"

"Oke! Pak, kami duluan!"

"Ya, hati-hati!" Dan Kemal mulai mengayuh di jalanan yang lumayan ramai tersebut.

"Naik sepeda ontel, kring kring kring, siapa hendak turut ...." Kemal mulai bersenandung.

"Kakak ada-ada aja! Itu, kan, lagu kereta api!" Uwais mengerutkan kening.

"Gak papa diganti, kan kita lagi naik sepeda ontel!" Kemal tertawa. "Ayo nyanyi bareng ayo! Ke jalan, jalur sepeda, bolehlah boncengan berdua."

Uwais tertawa. "Lirik Kakak enggak jelas!"

"Ayo Uwais cepat naik, Papi Kemalnya pengen ngebut jalan! Ngeng ngeng ngeng!" Uwais semakin tertawa dan rasanya Kemal bahagia.

Mereka pun bernyanyi bersama hingga akhirnya sampai ke rumah, tak terasa lelah hingga keduanya menuju ke dapur. Maid sedang menyiapkan makanan ketika Uwais membuka lemari pendingin.

"Eh, ini es apa? Es serut, ya?" tanya Uwais mengeluarkan mangkuk berisi es yang disangkanya es serut itu.

"Itu namanya es doger," beritahu Kemal, menghampiri putra tirinya.

Uwais teringat ungkapan teman-temannya. "Kakak ... ini buatan Kakak, ya?"

"Eh, kok tempe!" Kemal dan Uwais tertawa, walau kemudian wajah Uwais kembali penasaran.

"Kakak buat jualan?" Kemal mengangguk. "Kenapa gitu?" Wajahnya ... membuat Kemal takut. Apakah ia malu punya ayah tiri begini?

"Mm ... dari kecil Papi bukan dari keluarga mampu, bahkan pas kecil cuman tinggal sama ibu yang meninggal pas Papi usia seumur Uwais." Uwais membulatkan mata sempurna, kaget. "Ibu Papi sering ngajarin banyak hal, bahkan pas lima tahun kami udah jualan es doger, kadang kami nyari penghasilan tambahan kayak jual kue, ini itu, banyak, pokoknya kalau ada kerjaan Papi usahain bisa kerja itu. Nambah uang, dan lagi Papi gak suka diem."

Kemal menyamakan tingginya dengan Uwais.

"Maaf, ya ... kalau Papi ... malu-maluin kamu ...."

Uwais terdiam selama beberapa saat kemudian mengerutkan kening. "Malu-maluin?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

NYONYA ISTRI [B.U. Series - K]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang