"Ayo, kita pergi!"
"Ke mana?" tanya Kemal, sedikit mengangkat tubuh shirtless-nya di kasur menatap istrinya yang asyik memilah pakaian di lemari.
"Udah, pakai baju bagus sana!"
Kemal tersenyum dan menurut saja, setelahnya bersama bodyguard di mobil lain, mobil mereka pun berangkat ke sebuah lokasi.
Lokasi yang Kemal ingat adalah tempat ia menyewa kost di sana. Pun ia turun dari mobil sebelum akhirnya membukakan pintu untuk istrinya yang kemudian keluar setelahnya.
"Ini gaji pertama kamu."
Kemal menatap Stella bingung. "Eh? Nge-kost di sini lagi?"
Stella mendengkus. "Bukan, astaga ... ini bangunan, buat kamu, terserah kamu apain jadi usaha apa, kek!" Mendengarnya, Kemal terdiam selama beberapa saat. "Saya bakal ngirim gaji sisanya, buat kamu bikin tempat ini jadi terserah aja, apa yang kamu mau."
Kemal masih terdiam, mengingat masa lampau. Ternyata benar, Stella di balik semua ini ... dan dia menyesal menyadari ini juga kesalahannya menolak wanita itu. Kemal pula teringat percakapannya dengan abang tukang tambal ban waktu itu.
Ditatapnya kost kumuh tersebut, pun menatap Stella lagi.
"Kamu marah tahu soal ... bawahanku yang lakuinnya, bukan aku." Stella tak mau salah, melipat tangan di depan dada.
Kemal dengan wajah polos menggeleng. "Enggak, aku kaget aja, dan bener-bener berterima kasih ...." Kemal kemudian tersenyum hangat.
Ia jadi teringat nasib anak-anak kost yang menge-kost bersamanya, sekalipun tidak akrab karena ia asyik bekerja.
"Mungkin aku bakalan renovasi kost-an ini jadi lebih baik, dan nyewain dengan harga yang sama. Biar dihuni layak."
Stella mengerutkan kening. "Lho, gak dibikin restoran atau apa gitu?"
Kemal menatap Stella, tersenyum hangat, pun menggeleng. Setelahnya, Stella hanya bisa menghela napas panjang, dan memperhatikan suaminya yang terus tersenyum menatap bangunan kumuh itu. Hal yang membuatnya ikut tersenyum karena menyadari alasan Kemal memilih demikian.
"Terserahlah ... mungkin cari tanah kosong saja nanti," gumam wanita itu pelan.
Tiba-tiba, ponsel Stella berdering, ia membuka ponselnya dan menemukan sebuah pesan di sana.
Danrw Oy.nnav M.pcbegtabtgZ
Ia mengerutkan kening dengan kalimat yang tak dipahaminya tersebut, sebelum akhirnya menghapusnya kemudian sekaligus memblokir nomor itu. Sebelum akhirnya mereka pun pulang ke rumah.
Melakukan kegiatan demi kegiatan membahagiakan ala keluarga kecil tersebut hingga akhirnya, sampai di hari H.
Di antara pesta mewah dan meriah itu, Stella dan Kemal duduk di singgasana mereka layaknya raja dan ratu, dengan di tengah-tengah ada Uwais di sana. Mereka dijaga ketat oleh para bodyguard yang memagari lokasi mereka dengan wartawan.
Wajah Kemal kini ditampakkan, terkenal di berbagai stasiun televisi, dielu-elukan bahkan hingga ke pelosok negeri.
"Wah, itu Bang Kemal kang doger, teganya mengkhianati cintaku!" kata ibu-ibu dengan lebainya.
"Terlambat meminta nomormu, Abang Martabak!" Lagi, banyak wanita yang mengenal Kemal meski tak jauh yang sedih akan hal itu, banyak pula pria yang menyayangkan Stella hingga mencibir suaminya yang faktanya lebih muda sepuluh tahun darinya.
Dua puluh sembilan tahun dan sembilan belas tahun.
Namun, baik wajah Kemal dan Stella yang kelihatan sangat saling mencintai, peduli setan dengan omongan orang. Lagi, Uwais tampak bahagia memiliki ayah baru yang baik padanya. Stella pula menolak memberikan keterangan tentang mantan kekasihnya yang sialan itu, masa bodo.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
NYONYA ISTRI [B.U. Series - K]
عاطفية21+ "Kalau begitu kamu aja yang jadi suami saya!" Kemal hanya menyelamatkan wanita itu dari bunuh diri karena dikhianati mantan kekasih, sesuai insting manusiawinya, tetapi tampaknya wanita janda kaya raya itu malah mengingininya menjadi suaminya. K...