Chapter 29

12.4K 919 25
                                    

Dengan air mata berlinang panik, Stella memecahkan sandi itu.

Sia-sia saja, Stella.

Rencanaku matang, sekalipun tertangkap kau harus tau ... mereka tak akan selamat.

Hal yang membuat Stella memilih berlari keluar, masuk ke mobilnya dan menuju ke sekolah putranya. Tak peduli apa pun yang terjadi seraya terus menghubungi pihak berwajib.

Sementara itu, tak peduli akan lelah dan sakitnya, Kemal terus mengejar mobil yang membawa Uwais, air mata jatuh meski begitu ia gigih mengayuh. Ia mengingat janji-janjinya, dan sebagai pria muda ia tak akan mengingkari janji itu.

Terus mengayuh, tak ingin kehilangan, hingga akhirnya sampai di sebuah rumah tengah hutan.

Uwais diseret keluar bersama beberapa pria yang berada bersamanya di mobil itu, memeganginya dengan erat sementara salah satu mengeluarkan pistol, mengarahkannya ke kepala Uwais. Uwais yang tadi meronta kini terdiam, menangis ketakutan.

Mulai ia mengetes, siap pula menekan pelatuk.

"Waktunya eksekusi ...."

Bertepatan itu, Kemal datang, kekuatannya yang harusnya terkuras entah kenapa terisi kembali melihat adegan itu dan tanpa disangka melemparkan sepedanya dengan akurat ke si pemegang pistol hingga ia rubuh.

Uwais memanfaatkan situasi untuk membebaskan diri dari dua pria yang memeganginya dan berlari menjauh.

Si pemegang pistol siap menembak ke arah Uwais lagi, tetapi Kemal langsung melompat ke arahnya dan bergulat.

DOR!

Kemal terdiam, sempat merasa perih dan panas sebentar di perutnya, tetapi kemudian tak terasa lagi.

"Cepat kejar anak itu! Ia yang harus dieksekusi!" kata pria berjas dengan pistol itu, menendang Kemal yang terlihat perutnya terluka, mengeluarkan darah di sana.

Matanya sayup-sayup, terbuka tutup, dan rasanya telinganya mendengar seseorang berkata.

Elusan itu, elusan yang amat Kemal rindukan itu ....

Kemal mendongak, melihat bayangan ibunya yang mengusap kepalanya lembut. "Hust ... hust ... tidur, Sayang ...." Rasanya mengantuk.

Namun kemudian, Kemal teringat seseorang ....

Bayangan itu pun berubah menjadi sosok yang ia cintai, sosok yang mengusapnya selembut ibunya ....

"Stella ...."

"Papi! Tolong!" Teriakan Uwais menyadarkan Kemal.

Meski dengan susah payah, Kemal sekuat tenaga berdiri, pun berlari ke sumber suara dengan sedikit tertatih bersama stang sepedanya yang terlepas. Tak peduli seberapa mahal, baginya ... Uwais segalanya.

Ia sudah berjanji, hingga akhir hayat.

"Kena kamu, Anak Keparat!" Orang itu menodongkan pistol lagi, dan Uwais yang menangis meringkuk, menutup matanya rapat-rapat amat ketakutan.

Pelatuk pun ditekan.

DOR!

Tak terjadi apa-apa pada Uwais, melainkan karena Kemal yang memukul belakang kepala salah seorang dari mereka dan menjadikannya tameng bagi pemuda itu melindung Uwais. Ia menekan pelatuk lagi tetapi tak ada yang terjadi.

Kemal menerjangnya yang kehabisan peluru, memukulinya habis-habisan dengan stang sepedanya hingga pistolnya terjatuh, sedang Uwais tampak terus diam sambil meringkuk. Terus menangis takut melihat apa pun.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

NYONYA ISTRI [B.U. Series - K]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang