"Sok tau kamu!" Uwais menjengkel.
"Lah, kamu nanya, ya aku jawab aja!" Kemudian ia memperhatikan pemuda yang sudah jauh dari mereka itu lekat-lekat.
"Iya, itu Bang Kemal baik! Es doger buatannya juga enak banget, langganan mamiku. Dia siapa kamu, Uwais? Tanyain dong kenapa akhir-akhir ini gak jualan? Aku kangen es doger dia!" Salah satu teman Uwais berkata.
"Eh, es doger?" Uwais bingung sendiri.
"Lah, kupikir dia kang jualan martabak!"
"Bukannya dia abang tukang siomay?"
"Kupikir dia tukang tambal ban!"
Itulah Kemal Dhirgam yang membuat Uwais bingung dengan identitas suami baru ibunya itu. Beragam profesi, terkenal karena hal sama, rasa makanan, baik hati, ramah, dan kegantengannya hingga mudah diingat.
"Dia itu ... suami baru ibuku." Semua temannya kaget bukan main.
"Wah, seru banget! Punya ayah serba bisa dan pekerja keras itu keren banget!" Tanpa sengaja, Uwais tersenyum akan pujian itu, walau kemudian wajahnya mengheran. "Ih, Pak Olahraga mana, sih?"
Uwais menatap bekal makanannya lagi.
"Mungkin Kak Kemal memang orang baik, tapi kalau jahat tinggal aku tusuk aja boneka voodoonya." Uwais tersenyum hangat.
Sepulangnya ke rumah lagi, Stella nyatanya sudah bersiap-siap ingin pergi bersama penjaga dan sopirnya.
"Sayang, aku mau pergi dulu, ada urusan mendadak dan persiapan pesta. Kamu ngapain aja terserah, ya! Dan oh ponsel kamu ada di meja, di sana tertera soal kuliah kamu. Oh, ya, apa tadi Uwais nerima bekalnya?"
"Iya, udah."
"Ya udah, aku pergi dulu, jangan lupa jemput dia nanti kalau jam pulang. Aku mungkin gak pulang cepet." Ia mencium bibir Kemal. "Dah!"
"Dadah, hati-hati, Sayang ...." Kemal masih belum terlalu terbiasa akan perannya.
Stella kini beranjak pergi, dan Kemal dengan gembira menuju ke meja untuk mengambil ponselnya. Siapa sangka, ponselnya bukanlah ponselnya yang lama, kecil, dan berlayar pecah melainkan ponsel apel tergigit keluaran terbaru. Kemal benar-benar kaget, pun merasa ciut mengetahui betapa kecilnya dirinya saat ini di mata Stella.
Namun, ia akan gigih!
Dibukanya ponselnya dan ia tak lagi berjadwal malam dan hanya dua kali seminggu, melainkan terserah dirinya mau walau ada jadwal tetap. Ini dimulai setelah pesta pernikahan besar mereka nanti jadi saat ini Kemal benar-benar kosong.
Ungkapan Stella yang membebasnya mulai membuatnya berpikir banyak hal, selama tak kelewatan batas mungkin boleh, semoga.
"Tuan, Tuan sedang apa? Bisa saya bantu?"
"Ah, Bi. Saya lagi bikin es doger." Wanita itu ber-oh-ria.
"Ya udah, Tuan, biar saya bantu!"
Dibantu sang maid pun, Kemal mulai membuat es doger andalannya. Di mana, tepat matahari di atas kepala dalam terik-teriknya, akhirnya mereka pun selesai membuatnya.
"Duh, panas banget!" Penjaga yang berjaga di pos keamanan depan pagar mengeluh, ketika tiba-tiba Kemal ada di depan pintu.
"Eh, Tuan!" kata mereka terkejut.
"Nih, ada es doger!" katanya, memberikan nampan berisi beberapa gelas es doger ke arah mereka yang langsung menjilat bibir, timing yang pas. "Masih ada di dalem, tolong bagiin sama yang lain, ya!"
"Baik, Tuan! Siap!"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
NYONYA ISTRI [B.U. Series - K]
Romance21+ "Kalau begitu kamu aja yang jadi suami saya!" Kemal hanya menyelamatkan wanita itu dari bunuh diri karena dikhianati mantan kekasih, sesuai insting manusiawinya, tetapi tampaknya wanita janda kaya raya itu malah mengingininya menjadi suaminya. K...