Disappear

610 94 26
                                    

Selamat membaca-,-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
-,-

Mendengar pernyataan dari Nayeon, Dahyun segera melompat dari ranjangnya. Berjalan memutar kemudian mengambil ponsel yang dia letakkan diatas meja.

"Kau mau apa?"tanya Nayeon.

"Aku akan menghubungi Sana Unnie"

Nayeon merebut ponsel yang ada ditangan Dahyun. "Kau tidak boleh mengganggu nya, Dahyun. Bagaimana kalau perasaan nya bertambah buruk?"

"Kenapa harus memburuk? Aku hanya mau membujuknya"

Nayeon menggeleng. "Kita harus memberinya waktu untuk sendiri. Unnie takut jika dia akan semakin yakin dengan keputusan nya untuk meninggalkan group setelah mendengar suara mu"

Dahyun mencebik. "Memangnya suaraku sebegitu buruk hingga membuat Sana Unnie seperti itu?"

"Apa kau tidak bisa serius barang semenit saja?!" Kesal Nayeon.

"Tidak"

"Sudahlah. Kita tidur saja. Untuk ukuran orang yang baru keluar rumah sakit sepertimu, seharusnya kau banyak menghabiskan waktu diranjang" ujar Nayeon.

"Ucapan Unnie begitu ambigu"

Nayeon menghela nafas panjang. Menarik lengan Dahyun untuk berbaring kembali diatas ranjang. Kemudian memeluknya begitu erat, tidak peduli seberapa kuat Dahyun memberontak.

"Unnie akan membunuhmu kalau kau sudah sembuh nanti. Aish! Kenapa kau begitu menyebalkan hah? Tidurlah. Atau Unnie sendiri yang akan menidurkanmu. Kau tau konsekuensi nya? Kau mungkin akan membuka mata dan sudah berada didalam neraka" ancam Nayeon.

Dahyun bergidik ngeri. Kemudian mendongak, menatap rahang Nayeon dari bawah. "Kenapa tidak dibunuh sekarang saja?"

"Aku lelah untuk membunuh seseorang malam ini. Jadi Kim Dahyun sayang, tolong tutup mata dan mulutmu. Sebelum aku terlampau marah dan berakhir menutup usiamu".

Dahyun terkekeh. Mengecup sekilas dagu lancip Nayeon. "Saranghae Unnie"

"Nado Saranghae" balas Nayeon.

Tidak lama kemudian, keduanya sudah larut tertidur. Menyisakan suara halus dari mulut masing-masing. Sementara itu, jam sudah menunjuk pukul 12 malam lebih. Sana membuka pintu dorm dengan hati-hati, mencoba tidak menimbulkan bunyi sekecil apapun.

Namun tanpa disangka, seseorang sudah berdiri tegak didepannya. Dengan tangan membawa segelas susu coklat dan tangan yang lainnya bergerak menyalakan saklar lampu.

SHE'S HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang