Indication

524 96 30
                                    

Selamat membaca-,-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
-,-

Chan terlihat sedang membuat menu sarapan favoritnya. Semangkok--ah, maksudnya dua mangkok sereal sudah siap diatas meja makan. Kini dia sedang sibuk mengupas buah apel lalu memotong-motongnya. Tatapan nya serius, dia bahkan tidak menggubris pergerakan orang lain yang dengan lancangnya menyambar semangkok sereal lalu memakannya begitu saja.

Chan meletakkan pisau kemudian menatap orang itu dengan lekat.

"Dahyun, aku ingin bertanya padamu"

Hening.

Yang diajak bicara, malah asyik mengunyah makanan nya.

"Hei aku---"

"Mau tanya apa?"

Chan berdecih pelan. "Serius. Kali ini kau harus menjawab serius dan sesuai dengan fakta"

Dahyun mengangguk.

"Apa kau benar-benar tidak tau siapa dirimu? Ah maksudku, sebelum aku menemukan mu, sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

Dahyun meletakkan sendok makan nya, beralih menatap wajah Chan dengan lekat.

"Aku tidak ingat, hanya saja..."

Kepingan memori kembali terputar dipikiran Dahyun. Pada malam itu, hujan salju turun begitu lebat. Entah apa yang terjadi, tapi Dahyun terbangun dari tidur atau mungkin pingsan nya. Terduduk di pinggiran jalan yang lengang, tidak ada siapapun. Tapi dia sempat melihat beberapa mobil polisi melintas didepannya. Entah karena apa.

Dia memutuskan untuk terus berjalan, hingga akhirnya ada seseorang yang menegurnya. Dia adalah Chan. Seseorang yang katanya, mengenal Dahyun.

Chan mendesis mendengar cerita Dahyun. Kepalanya bertambah pusing. Bagaimanapun, kejadian ini tidak sesuai nalar. Tapi tunggu,--

"Kau melihat ada beberapa mobil polisi melintas?"

Dahyun mengangguk. "Aku juga sempat mendengar suara sirine ambulance"

"Apa mungkin?" Gumam Chan.

"Kenapa? Apa kau sudah menemukan dimana keluargaku?" Dahyun mencoba menanyakan sesuatu yang sudah seminggu ini dia tanyakan pada Chan.

Dimana keluarganya. Dan mengapa Chan tidak pernah memberitahu? Bukan apa. Hanya saja, pemuda itu sudah berjanji untuk membantu nya.

"Dahyun, apa yang kau rasakan? Kenapa kau takut dengan sinar matahari? Api? Atau sejenisnya?" Chan mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya masih ada banyak pertanyaan yang mengganjal hatinya.

"Aku---argh!" Dahyun memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa ngilu.

"Hei kau kenapa?" Panik Chan.

Dahyun tidak menjawab, dia masih memegangi kepalanya sembari terus merintih kesakitan.

"Astaga. Dasar bodoh. Kau terlalu memaksanya!" Umpat Chan pada dirinya sendiri.

SHE'S HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang