13

339 91 3
                                    

part ini nyambung sama the perfect match waktu arin, dejun, hendery, yireon, dan para sepupu liburan di bali. jadi yaa kalau lupa dibaca ulang dulu yah hehehe

happy reading!

++







Liburan di Bali selama 2 hari itu seharusnya menyenangkan untuk mereka semua. Tapi atmosfer nya langsung berubah kala kedatangan Yireon yang tak terduga oleh mereka semua.

Hendery tengah menunggu rombongan yang lain selesai packing. Hendery sih santai aja karena dia udah packing. Di luar tenda, Hendery bertemu sama Dejun dan juga Yireon yang baru pulang jalan-jalan berdua.

"Hai, Dery!" sapa Yireon.

Dejun masuk ke dalam tenda untuk packing terlebih dahulu. Meninggalkan Yireon dan Hendery di luar tenda.

"Apa rencana kamu ke sini? Bukannya kamu baru sembuh?" tanya Hendery.

"Kok kayaknya kamu gak seneng sama kehadiran aku?" tanya Yireon balik.

Hendery menghela napasnya. "Bukan gitu."

"Aku seharian ini bakal sama Ko Dejun. Gak peduli bagaimana ceritanya." balas Yireon.

Sudut mata elang Hendery tengah memperhatikan bangku pesawat Yireon dan Dejun yang terletak di seberang kirinya.

Sedetik kemudian, Dejun berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan bangku tersebut. Pada akhirnya, Dejun duduk di samping Arin yang duduk di paling belakang.

Hendery sudah menduga. Yireon pasti sangat murka. Terlihat jelas di wajah cantiknya itu.

Yireon hendak menghampiri mereka, sebelum akhirnya Hendery menarik Yireon untuk duduk di kursi sebelahnya.

"Jangan ganggu mereka." kata Hendery.

Yireon menatap Hendery dengan tatapan tak percaya. "Apa maksudmu? Ko Dejun itu tunanganku." balas Yireon.

"Pesawat bentar lagi mau lepas landas. Duduk lah. Pake sabuk pengamannya." pinta Hendery.

Yireon tak punya pilihan lain. Ia duduk di kursi tepat di sebelah Hendery, lalu ia mengencangkan sabuk pengamannya.

Hendery menyadari kalau Yireon sesekali menoleh ke arah Dejun dan Arin dengan tatapan yang gak bersahabat. Lalu tiba-tiba saja, gadis itu terisak menangis.

Hendery memberikan kontak tissue kepada Yireon, membuat Yireon menoleh dan mengambil satu lembar tissue.

"Stop buang air mata mu. Gak ada gunanya nangisin hal kayak gitu." kata Hendery.

"Kamu gak ngerti." balas Yireon.

"Memang nggak." kata Hendery. "Tapi cuma mau buat kamu sadar, Dejun gak cinta sama kamu. He is not the right one for you. And you deserve so much better."

Yireon hanya terdiam ketika mendengar ucapan Hendery. Kedua bola mata gadis itu menatap Hendery yang tengah menatapnya balik dengan tatapan datar.

"Stop membuang waktu kamu dengan orang yang salah." kata Hendery.

Kalimat itu mungkin sangat menusuk bagi Yireon. Tapi Hendery sangat tidak tahan untuk mengatakannya. Lagi-lagi, Yireon tak berkutik.

Tangan Hendery tergerak untuk menggenggam tangan Yireon dan mengusapnya lembut. "Aku gak pengen ngeliat kamu sedih terus karena Dejun. Maka dari itu, please, ikhlaskan mereka. Biar kamu gak terlalu sakit."

Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, akhirnya mereka tiba juga di Jakarta, sekitar jam 12 malam.

"Gue udah dijemput Mr. Zhou, lo gimana?" tanya Dejun kepada Hendery.

"Mr. Yuta udah nyampe juga sih." jawab Hendery.

Dejun menoleh ke arah Yireon yang duduk di samping Hendery dengan wajah yang lesu. "Yireon gimana?"

"Hng... Ms. Bona udah deket kok, Ko." jawab Yireon.

Yireon mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Dejun. Hendery tau itu.

"Gue yang nungguin Yireon dijemput. Lo pulang aja." ucap Hendery kepada Dejun.

Dejun terlihat ragu, namun ia langsung menganggukan kepalanya. "Oke. Kalo gitu gue duluan ya." Pada akhirnya Dejun pergi meninggalkan Hendery dan Yireon berdua.

"Sebentar ya, Dery. Aku mau ke Starbucks." kata Yireon.

Hendery hanya mengangguk, membiarkan gadis itu pergi ke Starbucks yang terletak tepat di depan mereka.

Tak lama kemudian Yireon kembali, dengan dua gelas minuman Starbucks di tangannya. Satu minuman ia berikan kepada Hendery.

"Kamu suka Matcha Latte kan?" tanya Yireon.

"Wow, dalam rangka apa nih?" tanya Hendery sembari menerima minuman dari Yireon tersebut.

Yireon kembali duduk di sebelah Hendery, lalu tersenyum simpul. "Makasih udah hibur aku di pesawat tadi."

"Well, sama-sama." balas Hendery.

"Kamu... memang paling ngerti aku. Tiap aku sedih karena Ko Dejun, pasti kamu yang selalu hibur aku." kata Yireon.

Yireon menghela napasnya kuat. "Lagi-lagi aku berharap kalau Ko Dejun itu kamu, Dery."

Andai aja begitu, Yireon.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
² hendery's diary ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang