Twenty Six of When Me Meet You

2.7K 297 11
                                    

MAAPKAN JIKALAU ADA TYPO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MAAPKAN JIKALAU ADA TYPO

Suara pendeteksi jantung terdengar menggema di sebuah UGD dengan selang infus yang menancap pada punggung tangannya dan oksigen yang menempel menutupi hidung dan mulutnya.

Dengan wajah pucat Prilly terbaring lemah di atas brankar, kepalanya terikat oleh perban putih dengan sisa bercak darah, kaki dan tangan kanannya di gips.

Keluarganya menunggu di luar dengan keadaan berderai air mata.

Mereka mengetahui kecelakaan Prilly karena pihak rumah sakit memberitahukannya. Mereka cukup kenal dengan Prilly yang dulunya adalah seorang dokter di rumah sakit ini. Walaupun ada sopir, tapi si sopir tidak memiliki alat komunikasi jadi dia meminta pihak rumah sakit untuk memberitahu keadaan Prilly.

"Mami pulang ya? Biar Rivan yang temenin Iel. Kasian Tamara di tinggal sendirian di rumahnya." bujuk lelaki itu beberapa kali namum yang ia dapati hanya gelengan. Padahal Tamara sedang ditemani oleh Daniel yang memang kebetulan baru pulang dari Malang.

"Prilly, hiks, Prilly, Van." Rivan mengangguk dan mengelus punggung ibunya.

"Tante Resi juga pulang ya? Biar Rivan yang jagain Prilly, Rivan bakalan terus-terusan hubungin Ali."

Kini Resi hanya dapat mengangguk pasrah, karena bagaimanapun juga ini sudah malam. Setelah Prilly di operasi selama tiga jam lamanya.

"Jagain Prilly ya, Mami besok kesini lagi. Kalau ada apa-apa kasih tahu Mama, Tante Resi juga." Pesan Nita masih meninggalkan isak tangisnya yang akhirnya pasrah.

Rivan mengangguk dan menatap kepergian dua wanita paruh baya yang sudah menjauh. Mereka akan pulang dengan sopir yang tadi membawa Prilly kemari.

Rivan menghela nafas, meraup wajahnya dengan kasar. Perlahan air matanya luruh begitu saja. Dia menangis di lorong rumah sakit yang sepi, di depan ruang ugd. Siapa bilang lelaki tidak bisa menangis? Bahkan mereka menangis melebihi wanita, sangat menghabiskan air mata.

Harusnya ini tidak terjadi kepada adiknya, kenapa harus Prilly yang menimpa semua ini. Dari dulu sampai sekarang, takdir selalu mempermainkan nya. Rivan membenci dirinya karena selalu lalai dalam menjaga Prilly. Andai saja, tadi siang dia tidak pergi berjumpa dengan teman lamanya mungkin sekarang Prilly sedang berada dirumah, meminum susu hamilnya.

Lagi, Rivan menangis dengan rapuh. Dia yakin yang melakukan hal ini sengaja. Dan Rivan berjanji bahwa dia akan membuat orang itu sekarang di hadapan matanya.

Bukankah nyawa harus dibayar dengan nyawa?

***

Jam dinding menunjukkan angka pukul delapan di bagian Jepang, mata Ali mengerjap ketika merasa sudah pagi.

Badannya terasa remuk, karena semalam dia baru saja sampai dan beristirahat pada pukul dua pagi.

Ali beranjak dari tempat tidurnya, pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menggosok giginya. Setelah mebgeringkan wajahnya, Ali masuk ke dapur mini, mencari air minum dan menegaknya hingga tandas.

When Me Meet You (again) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang