Kerra's. 01

4.9K 272 15
                                    

"APA YANG KAMU MAU?!"

"HARTA SAYA? SAYA AKAN BERIKAN KEPADA KAMU KALAU MEMANG ITU ALASAN KAMU MENCELAKAI ANAK SAYA!" Alexandra menangis histeris di depan ruang UGD dimana anak satu-satunya berada.

"Saya nggak akan ninggali Fa-"

"ANAK SAYA SEPERTI INI KARNA KAMU!" Alexandra berteriak saat Raina ingin menyentuh nya.

"JANGAN SENTUH SAYA!" Tangisan Raina pecah saat melihat Alexandra yang sudah seperti orang tidak waras, tapi itu sudah sewajar nya karna ibu mana yang mau melihat nyawa anaknya yang sudah di hujung tanduk.

"Tante saya nggak bisa ninggalin Fano dalam keadaan seperti ini tante.. saya mohon sama tante dengerin penjelasaan saya" Raina berlutut di depan Alexandra dan memohon kepada wanita itu, tapi Alexandra menolak nya hingga jatuh tersungkur.

"Pah, aku minta sama kamu, kamu usir perempuan ini dari sini!" Tangisan Alexandra sudah berhenti, namun saat ia melihat Raina dia seperti ingin membunuh gadis itu.

"Om tolong dengerin penjelasan saya om!" Raina memegang tangan Alano meminta simpati kepada laki-laki itu.

"Nanti kita jelaskan di kantor polisi."

"Om sebenar nya saya salah apa?! om tolong.. dengerin saya dulu!" Raina menangis saat security menariknya keluar

"Saya gak bersalah tante.. ah lepasin! tante tolong dengerin penjelasan saya!"

"FANO!"

Raina terbangun dari tidurnya, beberapa butiran keringat mengalir di pelipis nya. dia mengusap wajahnya dengan lembut sambil ber'istighfar lalu mengusap dadanya.

Mimpi itu kembali menghantuinya lagi, mimpi buruk yang dia alami secara nyata dan terus datang membangunkan nya setiap malam. hatinya begitu sakit saat menatap jeruji besi yang kini menjadi tempat tinggalnya. tanpa bukti dia dinyatakan bersalah dan akan dipenjara selama lima tahun.

"isk.." Raina kembali mengalirkan air mata, kenapa semuanya harus seperti ini. disaat dia sudah lulus dan menjadi sarjana, malah dia di sambut oleh satu musibah. kecelakaan antara dia dan Fano masih sangat jelas diingatan nya

Pelukan hangat nya, senyuman nya dan juga hembusan nafas nya yang menerpa lembut wajah Raina sebelum semuanya hancur hanya sekelip mata. di duga kejadian itu bermula dari Raina yang ingin menghampiri Fano waktu dia dinyatakan lulus kuliah, tapi Raina sangat ceroboh karna melintasi jalan raya tanpa melihat kanan dan kiri terdahulu. dan akhirnya satu truk datang dari arah yang sama namun aneh nya truk itu malah menabrak Fano yang jelas-jelas berdiri cukup jauh dari jalan raya.

Saat di interogasi di kantor polisi si pengendara truk itu malah mengaku berkerja sama dengan Raina untuk mencelakai Fano, sedangkan Raina sama sekali tidak mengenal si pengendara truk itu dan saat itulah Raina dan si pengendara truk dijatuhkan hukuman atas pembunuhan berencana. dan harus meringkuk di penjara selama lima tahun.

Dan sangat sulit untuk menjelaskan keadan seorang Rasd saat itu, kepala terbentur keras di mobil yang datang dari arah yang berlawanan, wajahnya berlumuran darah. dan patah tulang di bagian lengan kirinya tapi doa Raina selalu ada untuk Fano karna dia yakin Fano bisa melewati masa komanya.

"Apa kamu udah sadar Rasd?" Raina bermonolog sambil mengukir sesuatu di dinding jeruji besi.

"Satu bulan udah cukup untuk kamu istirahat, sekarang udah waktunya kamu bangun." Dan butiran halus itu kembali menitis membasahi pipinya.

R i n d u

Dia tidak bisa membohongi perasaan nya sendiri, dia benar-benar merindukan sosok Fano laki - laki dingin yang berubah menjadi manis dalam waktu singkat, laki-laki yang mengisi waktunya selama di bangku SMA juga cinta pertama nya. Raina sangat rindu gombalan gagal dari laki-laki itu, tawa renyah dan juga wajah datar yang sengaja ditayangkan ketika dia malu. tangan kekar yang selalu menggenggam nya disaat ia sedang menghadapi sesuatu yang sulit, tidak pernah menyerah dengan tingkah nya yang keanak-anakan dulu.

"Aku rindu kamu Rasd.."

***

Pahit, namun harus ditelan oleh Alano dan Alexandra. karna mereka harus menerima kenyataan bahwa anak satu-satu nya akan sadar dengan separuh ingatan nya yang hilang. mereka sebagai orang tua hanya bisa pasrah kalau memang itu yang terbaik untuk anaknya. doktor sudah memberi penjelasan bahwa ingatan Fano hilang empat puluh delapan persen dari seratus, dan sekarang hanya ada Gos yang menunggu kapan Fano bangun dari koma nya. mereka berempat duduk di atas ranjang dengan sempitnya.

"Kita udah nungguin lo sebulan Fan, masa lo belum sadar juga. lo gak kasian sama kita?" Marcel tidak bisa menahan kesedihan nya sehingga air mata nya lolos begitu saja.

"Ah banci lo sel !" Ben memukul pundak Marcel, namun perlahan ia mengusapnya sambil tersenyum.

"Goblok ni anak! biasa nya tidur cuman sejam dua jam. bangun woi! udah sebulan lo tidur." Dengan berkata seperti itu Khei dapat menahan sesak dihati nya. walaupun sebenarnya dia juga ingin menangis.

Bersahabat sejak lahir sudah membuat mereka seperti saudara, satu sakit yang lain juga ikut merasakan nya. bagi mereka ini seperti mimpi karna mereka tidak pernah melihat keadaan Fano separah ini, sang jagoan yang selalu di depan karna ingin melindungi sahabat nya.

"Kita sama Raina masih nungguin lo Fan." Verant menyentuh perban yang melekat di kepala Fano, berharap suatu hari perban ini akan dibuka dan Fano kembali lagi seperti dulu.

"Tadi doktor bilang apa?" Tanya Ben.

"Bilang apa emang?" Verant kembali bertanya.

"Lah.. ditanya malah nanya balik! sengklek otak lu!" Ben menoyor kepala Verant.

"Ye kagak usah ngegas kali!" Verant kembali menoyor kepala Ben.

"Tampar aja sekalian Ben!" Titah Marcel

Plak!

"Eh anjir di tampar beneran!" Marcel tertawa lalu menutup mulutnya. Verant sudah naik darah

"Sakit anjing!" Verant menolak pundak Ben membuat tubuh Ben sedikit bergerak lalu menyentuh tangan Fano.

"Tangan Fano anjing! lo kalo bercanda hati-hati goblok!" Marcel menjitak kepala Verant dan Ben.

"Berasa kayak di kebun binatang dah." Gumam Khei saat mendengar sahabat nya yang saling melempar makian.

"Weh nggak bisa bayangin kalo misalnya tangan Fano gak bisa balik lagi tulang nya, terus orang-orang pada bilang itu loh anaknya si tante Alexandra yang tangan nya bengkok!" Marcel dan Verant cekikikan di depan Fano yang masih koma.

"Hush! jangan bilang gitu lah! gak kasian apa sama Fano." Khei menegur mereka penuh dengan kedewasaan

"Tau ni si rabun, ngelawak nya gak ada akhlak! umur udah dua puluh woi dewasa dong!" Ben kembali menoyor jidat Marcel.

"Iya-iya. gak di bikin lagi" dengan kompak nya Marcel dan Verant meminta maaf.

Ini lah Gos, walaupun kesedihan tepat di depan mata mereka tetap menghibur satu sama lain. berharap Fano sadar dan ikut tertawa renyah di samping mereka.

"Oh iya, kata doktor tangan Fano udah baikan. insyaAlloh kalo Fano udah sadar tangan nya juga udah bisa di gerakin." Mereka semua tersenyum mendengar kabar baik itu. tapi kembali lagi menatap Fano, tubuh nya sangat kurus dan bibirnya pucat.

"Jagoan kita mah nggak akan menyerah!" Mereka memberi satu semangat untuk Fano, dan berdoa semoga Fano cepat sadar.

- Till The End -
v o t e & c o m m e n t .

Kerra's  (SEQUEL OF SW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang