10 : èSéMA ( Patah )

144 66 125
                                    

Tinggalkan jejak berupa vote dan komentar setelah membaca ya, vote dari kalian membantu para author untuk semangat dalam menulis :))

Happy Reading All ~

•°•

"Kenyataannya, dunia ini memang tidak pernah adil dan ia hanya memihak pada beberapa orang saja yang dikehendakinya"
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam menuju pagi tepat jam 03.00 pagi, bus mereka sudah hampir sampai didaerah Jakarta dan akan segera menuju Bandung.

Diperkirakan, bus yang ditumpangi murid kelas 2 SMA Pusara Jaya yang melakukan studytour akan sampai sekitar pukul 6 pagi.

Elvira terbangun dari tidurnya, ia menatap Ese yang tertidur dengan sangat elegan meski bibirnya terbuka sedikit karena kepalanya yang mendangak keatas.

Elvira kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, Ese yang tiba-tiba pergi entah kemana, kembali dengan membawa bingkisan yang ia yakini itu adalah bingkisan untuk perempuan.

"Untuk siapa itu Ese?" tanya Elvira pelan yang tentu tidak akan dijawab oleh Ese yang sedang tertidur lelap.

'Apa iya aku jatuh cinta?' Elvira berucap dalam hati sambil memandangi wajah Ese yang tampak damai.




«èSéMA»


Ese sampai dirumahnya setelah 3 hari mengikuti kegiatan sekolah, untung saja besok hari minggu jadi ia bisa rehat sejenak.

"Pagi den Ese, udah pulang aja pagi-pagi" sapa bi Reta yang merupakan pembantu dirumah Ese.

"Iya bi, orang-orang udah pada pergi?" Ese bertanya perihal kedua orang tuanya dan adik perempuan satu-satunya yang ia punya -Nesya-.

"Udah pada berangkat semua den, non Nesya juga tadi katanya ada eskul" jawab Reta yang sedang merapihkan barang bawaan Ese, sedangkan laki-laki itu hanya mengangguk tanda mengerti.

Ese melangkahkan kakinya menuju kamar untuk beristirahat, namun ponselnya berdering dan tertera nama 'Mama Calling'.

Ese segera menggeser icon hijau untuk mengangkat telvon sang ibu.

"Halo Ma?" tanya Ese datar.

"Ese, kamu sudah pulang kan? Nanti malam kamu datang ke restaurant tempat biasa. Mamah mau kenalin kamu sama anak rekan Mama" titah wanita paruh baya itu tegas.

Ese benar-benar kesal, ia baru pulang dan itu sangat melelahkan namun mamanya tidak sama sekali menanyakan kondisinya.

Lagi pula kenapa ia harus selalu menjadi jembatan untuk bisnis mamanya sendiri, ia lelah berpura-pura menjadi anak lelaki yang membanggakan di mata orang lain tapi tidak di mata orang tuanya sendiri.

"Ese gak bisa, Ese cape" tolak Ese tegas.

Terdengar suara helaan nafas dari sebrang telvon.

"Begitu cara kamu menolak perintah orang tua?"

"Bicara baik pun engga ada gunanya kan? Mama hanya akan memaksa" jawab Ese datar namun tangan kirinya mengepal kuat.

• èSéMA •   [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang