25 : èSéMA ( Selesai )

95 16 36
                                    

"Jangan mengeluh jika ingin berhasil segala prosesnya harus kamu tempuh meski itu menyakitkan"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Elvira sedang belajar untuk ujian tengah semester yang akan di laksanakan minggu depan dengan tidak semangat. Kepalanya sudah menempel erat dengan meja belajarnya.

"Kenapa malah melamun? Soalnya masih banyak yang belum kamu isi" ujar laki-laki itu mengetuk pelan kening Elvira dengan pulpen.

"Aku lelah Ese..... Kenapa kamu memberikanku soal sebanyak ini si?" balas Elvira merajuk.

Benar saja, kekasihnya yang cerdas itu -Ese- sedang mengajari Elvira belajar karena Elvira yang meminta pada Ese untuk diajari.

Saat ini Ese dan Elvira sedang belajar bersama di ruang tamu rumah Elvira dengan meja yang tingginya hanya selutut orang dewasa, keduanya duduk bersebrangan di lantai dengan ber-alaskan karpet yang lembut.

"Katanya kamu ingin mendapatkan juara kelas minimal juara 3. Kalau begini memangnya akan terwujud? Kamu pikir anak yang cerdas di kelas kita itu sedikit? Kamu bahkan harus melawan sahabatmu sendiri 'Nayra' yang nilainya jauh diatasmu" ceramah Ese pada kekasihnya itu.

Elvira mendengarkan dengan rasa malas, matanya justru memejam.

"haaaaaaahhhhhh... kenapa harus sekelas dengan orang-orang cerdas si? Kan susah jadinya!" omel Elvira entah pada siapa.

Ese hanya menggelengkan kepalanya pelan dengan senyum kecil melihat kelakuan Elvira yang kekanak-kanakan.

"Jangan banyak mengeluh, kalau seperti ini, nanti bisa-bisa kamu kalah taruhan dengan Bang Nico" peringat Ese.

Jadi minggu sebelumnya Elvira akhirnya membuat taruhan dengan Nico, jika dirinya bisa mendapatkan juara kelas, minimal juara 3. Maka Nico akan mengajaknya jalan-jalan ke lombok. Hal ini bisa terjadi karena Nico terus saja membatalkan acara jalan-jalan mereka.

Keadaannya memang sangat sulit, beberapa kali Nico bahkan tidak pulang kerumah dan harus menginap dirumah sakit untuk membantu jalannya operasi.

"Tidak bisa! Aku harus menang taruhan!" ujar Elvira tegas.

Dirinya kembali mengingat ucapan Nico saat itu.

"Oke kali ini Abang janji! Apapun yang terjadi kita akan jalan-jalan. Kita akan ke lombok lepas kamu ujian tengah semester. Abang juga udah izin sama professor. Tapi syaratnya kamu harus juara kelas"

Elvira menghela nafas gusar, rasanya berat sekali syarat yang diajukan oleh abangnya itu.

"Kenapa aku tidak terlahir dengan otak secerdas bang Nico si, huhuhu" Elvira merengek tidak jelas mempertanyakan nasibnya yang tidak secerdas Nico.

Ese menatap Elvira lucu, ia sejak tadi sudah gemas dengan kelakuan Elvira, akhirnya ia menarik pipi Elvira untuk menuntaskan perasaan gemasnya.

"Akkkhh, sakit!" pekik Elvira lalu mengangkat kepalanya yang sejak tadi ia tempelkan di meja.

"Kalau kamu tidak terlahir cerdas, sebisanya kamu harus bekerja keras. Kalau terus mengeluh, kamu tidak akan mendapatkan apapun" ujar Ese menceramahi Elvira. Sedangkan Elvira merajuk dengan menyipitkan matanya tanda tidak terima.

• èSéMA •   [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang