27 : èSéMA ( Alasan )

65 10 33
                                    

"Mempercayai semua hal itu seperti aku harus mempercayai bahwa Tuhanku adalah iblis"

.
.
.
.
.

Nela sedang duduk di dekat jendela kamarnya yang menampilkan halaman rumahnya. Ia mengingat jelas bagaimana Nico memandangnya dengan raut kebencian.

Nela hanya tidak tau bagaimana caranya melindungi keluarganya dari kehancuran lagi, ia juga sangat menyayangi Elvira, ia bahkan pernah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan putri manisnya itu.

"Elvira, maafkan ibu sayang"

Tok tok tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Nela menoleh, ia terkejut lalu tersenyum karena menjumpai sosok kakak kembarnya berdiri diambang pintu.

"Nala!"

"Apa kamu merindukanku?" tanya perempuan yang dikenal Nala itu.

Mereka saling menghampiri dan berpelukan.

"Jadi kapan kamu sampai?" tanya Nela senang.

"Aku sampai 3 hari yang lalu" jawab Nala dengan nada jenaka.

"Sudah sampai dari kemarin, tapi baru berkunjung? Kakak macam apa itu" rajuk Nela pada kakak kembarnya itu.

Keduanya lalu tertawa bersama karena merasa percakapan mereka begitu konyol untuk usia mereka saat ini.

"Dimana Nico dan Elvira?" tanya Nala karena sejak ia tiba, dua keponakannya itu tidak kunjung terlihat.

"Mereka sedang berbelanja, mereka berniat untuk liburan ke lombok berdua"

"Kamu mengijinkannya?" tanya Nala dengan sedikit terkejut, Nela hanya mengangguk pelan.

"Aku saat ini mulai ragu Nal, apa benar Elvira itu anak yang dikutuk?"

  
 
 

*13 tahun yang lalu*

Elvira masih berumur 4 tahun, saat ini Elvira sedang makan es krim di sebuah taman bersama Nela.

"El sayang, makannya jangan berantakan" ujar Nela membersihkan es krim di sekitar bibir dan pipi Elvira.

Elvira hanya tertawa geli karena usapan tissu di pipinya, gadis kecil yang manis itu menggeliat dan membuat dirinya semakin menggemaskan.

"Anak ibu kenapa lucu sekali si!" gemas Nela lalu memeluk Elvira kecil.

Tiba-tiba ponsel Nela berdering menandakan ada telpon masuk sehingga atensi Nela beralih ke ponselnya dan mengabaikan Elvira sebentar.

Elvira melihat kucing kecil yang berjalan ke arah jalan raya mengikutinya karena rasa penasaran, tanpa disadari Nela.

"Kamu memiliki putri yang menggemaskan" ujar seorang laki-laki tua.

Nela mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang berbicara dengannya.

Laki-laki tua berusia sekitar 50 tahun keatas itu terlihat seperti seorang peramal dengan pakaian hitam dan beberapa cincin batu di jarinya.

Nela terdiam hendak menjawab, tapi tiba-tiba ia teringat putri kecilnya dan menengok kebelakang namun tidak menemukan sosok putrinya tersebut.

"Elvira?! Elvira...Elvira!" teriak Nela panik karena putrinya tidak ada.

Nela hendak berlari mencari putrinya, mengabaikan telponnya yang masih menyambung dengan suara panggilan suaminya yang bertanya ada apa.

Nela menatap tajam laki-laki tua tersebut.

• èSéMA •   [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang