Di balik teriknya matahari hari itu.
Ayah ditugaskan untuk pergi dengan seragamnya itu.
Ayah sangat sungkan untuk pergi dengan tugasnya itu.
Dan ayah berjanji akan pulang setelah sekian kemarau itu.Sekian purnama, ayah tak kunjung pulang.
Sekian kemarau, ayah tak kunjung pulang.
Sekian penghujan, ayah tetap tidak kunjung pulang.
Aku penasaran, ada apa dengan jalan yang dilalui ayah sehingga ia tak kunjung pulang.Aku pun menunggu, di tempat ia biasa meneduh.
Aku tunggu, yang lewat hanyalah bis-bis kota dengan sinar lampunya yang kukuh.
Lalu aku pulang dengan kepala menunduk
Aku pulang dengan tangan kosong dan hati yang gundah berharap akan kepulangan sosok pemikul beban keluarga yang tidak kenal kantuk.Sesekali aku bertanya kepada ibu ku yang cantik.
“Bu, kok ayah tidak pulang juga?”
Ibu menjawab dengan raut wajah yang tidak menarik.
“Ayah mu sudah pulang nak, tapi bukan ke rumah ini. Ia telah berpulang ke keluarga Khong Guan yang setiap malam menyiapkan jamuan untuknya dan lelahnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Semut-Semut Besar
PoetryDitujukkan kepada mereka yang berandil besar terhadap hidup saya.