Si Tulang Punggung

43 5 0
                                    

Di malam yang sunyi itu, si tulang punggung terlihat murung, lantaran terima gaji yang belum turun.
Ia sempat anarkis dalam doanya, berharap bahwa suatu saat ia bisa ketiban uang sebesar gajah.
Ia menangis semalaman, lantaran ia bingung termenung, “mau makan apa besok?”

Tangis yang jatuh di keningnya juga berharap bahwa ia tidak ingin jatuh tragis. Meskipun sudah dibujuk bahwa besok akan berbuah manis. Tetapi ia tetap tidak kuasa menahan tangis.
Walaupun akhirnya, ia tetap akan berdoa dengan anarkis

Semut-Semut BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang