Bab 15

20 3 0
                                    

Happy Reading ^.^

Note :

Jangan Lupa Bismillah dulu sebelum membaca.

🍄🍄🍄

Fakhri is Calling 📞

Saat melihat notifikasi panggilan video call dari Fakhri, Ardila senang bukan main. Sebelum mengangkat telfonnya, Ardila berlari ke arah cermin dan menyisir rambutnya supaya terlihat lebih rapih.

Ia juga mengoleskan sedikit lip tint supaya bibir nya tak terlalu pucat.

Setelah semuanya perfect, Ardila pun langsung menggeser tombol warna hijau yang berada di layar ponselnya.

"Kok lama banget sih." gerutu Fakhri

"maaf, kan dandan dulu." jawab Ardila

"ngga usah, kan kamu emang dari lahir udah cantik."

"malu tau digituin."

"hahahaha..cie merah banget tuh bibir. Mau kondangan?"

"aku matiin nih telfonnya." ancam Ardila

"eh jangan dong. Tega banget" ucap Fakhri dan menampilkan ekspresi cemberutnya

"lagian ngeselin. Oh iya, tumben video call. Ada apa?"tanya Ardila dan sesekali merapikan rambutnya

"kangen." ucap. fakhri dengan senyum manisnya

"gombal"

"tuh kan. Aku ngomong jujur, malah dibilang gombal."

"ya tumben aja"

"besok aku boleh main ke rumahmu?"

"ngapain?" tanya Ardila dan lagi lagi merapikan rambutnya yang membuat Fakhri heran.

"kamu kenapa sih" tanya Fakhri dengan nada sedikit mengeras

"kok marah"

"bukan gitu, kenapa sih cewe kalo lagi video call suka banget rapihin rambut. Biasa aja, kamu itu udah cantik." jelas Fakhri

"ya suka suka aku. Kamu ngapain mau ke rumah?"

"kan aku tadi udah bilang, main."

"rumah aku bukan tempat bermain."

"ngga boleh ya?"

"Tapi besok aku di rumah sendirian."

"bagus dong."

"ngga boleh gitu tau. Kalo berduaan, yang ketiga nya setan."

"serem dong."

"kaya kamu haha"

"boleh ya. Please" ucap Fakhri memohon

"diluar aja kok. Ngga masuk" lanjut Fakhri

"iya deh iya." ucap Ardila pasrah

"cakeupp"

"eh iya. Tadi aku abis baca buku. Terus di buku itu ada quotes gini "jika kamu merindukan seseorang, maka sampaikanlah segera rindu itu pada pemiliknya. Jangan menyimpan rindu itu sendirian hingga terlalu lama dan berdebu. Percayalah, itu akan terasa menyakitkan." jelas Fakhri

"iya juga sih. Kalo kangen sama orang yang kita sayang terus ngga bisa ngungkapin, rasanya bakal sakit banget."

"aku rindu."

"jadi kamu rindu sama aku? Iih gemesh banget sih."

"ehh.. Maksud aku, itu judul bukunya. Aku rindu. Ya siapa tau, kamu mau beli, hehehehe."

Sumpah demi apapun, saat itu Ardila ingin sekali mematikan panggilan video itu. Betapa bodohnya ia bisa sampai over pd seperti itu.

"kamu lucu ya kalo lagi malu kaya gitu."

"Fakhrii.. Diem deh"

"ciee maluuu...pengen banget ya di kangenin sama aku"

"ngga"

"iyaa tuh kayaknya"

"engga"

"iyaaa"

"au ah. Bye" ujar Ardila dan langsung mematikan sambungan telefon itu secara sepihak.

Jujur, saat itu Ardila ingin sekali mengumpat tentang Fakhri. Bisa-bisan ya cowo itu membuat dirinya malu.

Entah apa yang membuat Ardila berpikiran bahwa Fakhri memang benar-benar merindukannya.

Kesalahan Ardila adalah cepat menyimpulkan sesuatu tanpa berfikir terlebih dahulu. Jika sudah seperti ini, risiko menanggung malu yang ditanggung Ardila juga besar.

Ardila yang awalnya menolak kehadiran Fakhri, sekarang sudah mulai nyaman dan terbiasa.

Satu hari tanpa ada notif dari Fakhri, ponsel nya pun otomatis sudah menjelma menjadi kuburan online. Alias sepi hahaha.

🍄🍄🍄

Masih lanjut dong. tapi di bab selanjutnya yaa 💋

Jika kalian sudah membaca cerita ini, silahkan tinggalkan jejak 👣dengan vote dan komen supaya Author tau bagian mana yang perlu diperbaiki.

Terimakasih semua ʕ•ﻌ•ʔ

***

Instagram :@s.sefaaa

Waktu Yang Salah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang