Bab 39

34 2 0
                                    

Now Playing | Farewell In Tears - Huh Gak

***
Happy Reading

Note:
Jangan lupa bismillah sebelum membaca.

***

Ardila hanya tersenyum mendapati surat konyol dari fakhri. lelaki itu memang tidak pandai dalam menulis kata-kata. Namun disisi lain, ardila merasa terpukul atas kabar tak mengenakan dari bunga. Dia gila. Bagaimana bisa cinta membuat seseorang menjadi gila. Semengerikan itu kah ?

Tak lama kemudian, ada notifikasi panggilan dari aura. Dengan segera ardila pun mengangkat panggilan itu.

“hai ra, apa kabar lo” sapa Ardila dalam telefon

“baik dil, lo gimana?” ucap Aura

“alhamdulillah baik, ada apa ra?’

“Lo harus ke rumah sakit sekarang” jawab aura dengan suara bergetar

“kenapa ? siapa yang ada di rumah sakit ?” tanya Ardila panik

“nanti gue jelasin, yang penting Lo ke sini dulu. Cepet dil, waktu lo ngga banyak” ucap Aura memerintah

“iya gue on the way ke sana.” ucap Ardila

Ardila mengendarai motornya dengan kecepatan penuh untuk bisa sampai ke rumah sakit yang aura katakan. Butuh waktu setengah jam untuk bisa sampai di rumah sakit itu. Untung saja jalanan sedang tidak terlalu macet jadi ardila bisa lebih cepat sampai disana.

Sesampainya ardila di rumah sakit, ardila melihat beberapa kerabat bunga dan juga aura yang sedang terlihat menangis di depan sebuah ruangan UGD. Dengan langkah cepat ardila pun segera menyusul keberadaan mereka.

“ra..ada apa? Kok pada nangis ?” tanya ardila pelan

“bunga dil. Dia--dia sekarat” ucap Aura dengan menangis sesenggukan

“APA?!! apa yang udah terjadi sama dia?” ujar Ardila merasa shock

“aku ngga tau dil. intinnya dia ditemukan sama perawat RSJ dalam posisi pingsan dan terdapat luka di pergelangan tangannya. Gue rasa kalo dia..” ucapan Aura menggantung

“cutting ?” jawab ardila sambil memandang ke arah ruang UGD tempat Bunga dirawat

“gue ngga sanggup jika harus kehilangan bunga dil..gue ngga sanggup” ucap Aura dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi.

“ssstt..jangan ngomong gitu, bunga pasti selamat dan kita harus tetap mendoakan yang terbaik untuk bunga” ucap ardila mencoba menenangkan

“gue ngga nyangka kalo akhirnya bakal kaya gini dil..gue bahkan ngga bisa ngejaga sahabat gue sendiri..gue sahabat terburuk. Bahkan disaat kalian bertengkar pun gue cuma bisa jadi penonton. Gue bodoh dil..bodoh” isak aura

“ra..ini semua bukan salah lo, ini udah takdir buat bunga. Mendingan kita tunggu kabar selanjutnya dari dokter ya” ucap Ardila yang hanya diangguki oleh aura

***

Tak lama kemudian, tim medis yang menangani bunga pun keluar dan memberikan penjelasan bahwa kondisi bunga saat ini telah sadar serta para kerabat bunga bisa menjenguknya dengan syarat 2 orang masuk secara bergantian. Ardila pun mempersilahkan para keluarga terlebih dahulu, kemudian setelahnya baru ardila dan aura.

Waktu Yang Salah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang