Bab 14

14 2 0
                                    

Happy Reading ^.^

Note :
Jangan Lupa Bismillah dulu sebelum membaca.

📦📦📦

Kini Ardila berada di sebuah taman belakang sekolah. Di sana ia bisa bersantai dan menjauhkan diri dari kebisingan para siswi cabe di dalam kelasnya.

Suara mereka yang terdengar nyaring bak tong kosong, membuat Ardila ingin mengasingkan diri dan memilih pergi dari ruangan itu.

Untung saja, di jam pelajaran terakhir sekolah, para guru sedang rapat untuk ujian nasional bagi kelas XII. Jadi, untuk seluruh siswa bebas melakukan kegiatan apa saja selama tidak menganggu kelas lain.

Ardila lapar. Ia lantas membuka satu bungkus roti isi coklat yang dibelinya di kantin. Satu roti dan satu botol air mineral saja sudah cukup bagi Ardila.

Dari arah belakang Ardila, suara derap sepatu datang menghampiri Ardila. Lalu tangan dingin seseorang manusia menepuk salah satu pundaknya.

"hai" sapa Bunga

Ya. Ternyata manusia yang menghampiri Ardila itu adalah Bunga. Tumben, Bunga menghampiri Ardila di jam begini. Biasanya, ia memilih berdiam diri di kelas.

"kok lo kesini?" tanya Ardila

"tadi gue abis dari toilet. Terus gue liat lo lagi makan sendirian disini, makannya gue samperin." jelas Bunga yang telah duduk di samping Ardila.

"gue lagi males aja di kelas." jawab Ardila jujur

"btw, hubungan lo sama Fakhri udah sampe mana?" tanya Bunga

"hubungan gue sama Fakhri masih sebatas teman dekat, belum ada yang spesial." jawab Ardila dengan senyum tipisnya

"sebenarnya, gue kesini sekalian mau nanya sesuatu sih ke lo." ucap Bunga

"nanya aja" jawab Ardila singkat

"lo kenapa bohong sama gue?" tanya Bunga

"bohong soal apa ya?" tanya Ardila bingung

"jadi kebohongan lo sama gue itu ngga cuma satu? Banyak? Sampe-sampe kebohongan yang mana aja ngga tau." tanya Bunga tak percaya

"sorry, tapi gue bener-bener ngga ngerti sama omongan lo barusan."

Bunga bangkit dari duduknya dan merapikan rambutnya akibat terkena tiupan angin. Ia lantas menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menjawab Ardila.

"kita udah temenan hampir dua tahun, dari awal gue pacaran sampe putus dari Fakhri, semuanya gue cerita sama lo dan Aura." ujar Bunga dengan nada sedikit meninggi

"tapi--tapi kenapa disaat lo deket sama Fakhri, lo malah cerita sama Aura doang?" lanjut Bunga

"maksudnya apa sih?" ucap Ardila dan ikut bangkit menghadap Bunga

"lo kemarin jalan sama Fakhrikan, bukan sama Bagas. Gue tau itu." jelas Bunga yang membuat Ardila terkejut.

"lo--tau darimana?" tanya Ardila heran

"ngga penting gue tau darimana. Apa sih yang buat lo ngelakuin itu? Lo ngerasa ngga enak karna lagi deket sama mantan gue? Iya?" ucap Bunga

"kalo emang iya, lo bilang. Gue tinggal ngejauh dan ngga akan deketin Fakhri."

"ngga gitu Bunga. Lo salah paham." ujar Ardila meyakinkan

"salah paham?"

"iya" jawab Ardila singkat

Bunga berdecih pelan. Ia seakan tak puas mendengar alasan Ardila.

"oh iya, gue ngerasa--semenjak lo deket sama Fakhri, lo jadi ngejauhin gue." ucap Bunga

"gue ngga ngejauh dari lo."

"terus? Apa alasan lo ngelakuin hal itu sama gue" tanya Bunga

"gue..gue ngga tau kenapa bisa kaya gini sama lo. Jujur, gue ngerasa canggung sama lo.  Bahkan untuk cerita tentang hubungan gue sama Fakhri ke lo pun, gue ngerasa enggan." jelas Ardila jujur

"tapi ngga seharusnya lo bersikap seolah-olah lo ngehindar dari gue. Mana lo yang dulu, dil. Lo beda sekarang" ucap Bunga

"beda apanya sih, Bunga? Sekarang gue yang tanya sama lo."

"lo udah tau kalo gue lagi deket sama Fakhri, tapi kenapa lo masih berangkat dan pulang sekolah bareng sama dia? Lo ngga ngerti perasaan gue waktu liat lo lagi sama Fakhri? Hati gue sakit, Bunga. Tapi harusnya lo juga harus sadar diri, dia udah bukan milik lo lagi." jelas Ardila

"sorry, gue terpaksa ngomong hal ini sama lo. Tapi gue rasa, keterdiaman gue ini ngga buat lo mikir dan tau diri." lanjut Ardila

"gue tau, gue salah. Tapi please, jangan ngehindar dari gue cuma gara-gara masalah cowo yang ngga jelas kaya gini." ucap Bunga memohon

"udahlah lupain aja. Lagian, gue sama Fakhri juga belum jadian kok. Tapi jujur, selama gue deket sama Fakhri, gue udah ngerasa nyaman sama dia." ucap Ardila

"gue rasa, keputusan lo buat mutusin Fakhri adalah keputusan yang paling bodoh. Tapi, dibalik itu gue ngerasa bersyukur." lanjut Ardila

"karna dengan itu, gue bisa sama dia sekarang. Dan gue ngga akan pernah ngelepasin dia selama gue masih bisa ada di deket Fakhri."

Ucapan Ardila barusan membuat Bunga terdiam. Kini Bunga sadar. semenjak Fakhri dekat dengan Ardila, Fakhri berubah. Fakhri lebih meluangkan waktu untuk orang yang ia sayang.

Entahlah. Mungkin ini hanya sebatas perasaan semu. Bunga juga ada sedikit penyesalan ketika melihat sikap perubahan Fakhri.

Seperti apa kata Ardila, Bunga harus sadar diri akan posisi nya sekarang. Yang harus Bunga lakukan sekarang ialah menjauh dan diam.

Setelah perbincangan Bunga dengan Ardila saat itu, hari-hari berikutnya, Bungalah yang mulai berubah.

Komunikasi dengan Ardila tak selancar biasanya. Ardila sempat berfikir apakah kata kata nya saat itu terlalu menyakitkan dan berlebihan?

Bunga yang meminta Ardila untuk tak menjauh, sekarang keadaan itu telah berbanding terbalik dengan perkataannya saat itu. justru yang saat ini menjauh yaitu Bunga.

Ardila harap, keadaan ini hanyalah bersifat sementara dan tidak selamanya.

📦📦📦

Masih lanjut dong. tapi di bab selanjutnya yaa 💋

Jika kalian sudah membaca cerita ini, silahkan tinggalkan jejak 👣dengan vote dan komen supaya Author tau bagian mana yang perlu diperbaiki.

Terimakasih semua ʕ•ﻌ•ʔ

***

Instagram :@s.sefaaa

Waktu Yang Salah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang