10.

164 20 9
                                    

Valerine P.O.V

"Wi...lo?"

Mata Valerine membulat, melihat wanita cantik itu berdiri di depannya dan Juna. Ia tidak menyangka akan bertemu dengannya di tempat ini, di hari ini.

Wanita cantik itu tersenyum manis pada mereka. "Hai Rin, hai Juna."

Ia tampak sangat cantik dengan dress sederhana dan sepatu hak yang telah menjadi ciri khasnya. Rambut legamnya pun terurai sempurna sedangkan wajah putihnya berpoles riasan tipis. Bibirnya diberi sentuhan lipstik merah yang mempertegas auranya sebagai seorang nona muda.

Sangat berbanding terbalik dengan Vale yang hanya berbalut washed out hoodiekombor-kombor dan rambut pendek yang dikucir kuda. Ia pun sontak melepaskan genggaman tangan Juna. Malu.

Ia memalingkan wajahnya saat Juna dengan cepat menaikkan sebelah alis, seolah menanyakan 'ada apa?' secara sembunyi-sembunyi sebelum berbalik memberikan atensinya pada Wilo.

"Hey Wil," Juna menyapanya balik. "Sorry nih telat. Udah sampai lama?"

Vale memutar kepalanya terlalu cepat pada jawaban itu.

Ia terkejut mendengar pertanyaan Juna. Mereka sudah janjian? Juna ternyata masih sering berhubungan dengan Wilo?

Vale benar-benar sudah lupa seutuhnya dengan eksistensi Wilo sampai pada saat mata mereka bertemu pandang tadi. Ia, akhir-akhir ini, terlalu fokus dengan dirinya sendiri. Apalagi, ditambah dengan berbagai perhatian dan perlakuan manis yang Juna berikan padanya.

Ia jadi besar kepala, berpikir ia adalah pemeran utama dalam buku Arjuna.

Tetapi, pada kenyataannya, benarkah demikian? Ia bahkan tidak tahu Juna sudah sedekat apa dengan Wilo. Vale itu hampir tidak tahu apa-apa tentang Juna.

"Enggak kok, baru nyampe juga," jawab Wilo. Wanita itu memang sangat cantik dan lembut.

"Baguslah kalau begitu. Kamu dah liat ada buku-buku bagus apa aja? Oh ya, ngomong-ngomong Vale ikut enggak papa kan?" Tunggu... kenapa minta izin?! Apa ini seharusnya kencan?Pikiran Vale saat itu juga langsung berlarian kemana-mana.

Bukankah Juna bilang ia adalah rumahnya? Apakah Vale salah menangkap maksud di baliknya? Atau... atau Sudah sadarkah Juna ia bukan wanita baik-baik?!

Vale tersentak ketika Wilo menggamit kedua tangannya.

Ia mengayunkan tangan mereka yang saling terhubung. "Tanya apa sih Jun? Ya pasti enggak papa lah. Aku malah seneng ada Valerine, jadi ramai." Senyumnya tulus.

Ia tampak tidak dibuat-buat senang dengan kehadiran Vale di tengah-tengahnya dan Juna.

"Dia udah lama loh ribut pengen main bareng kamu Val," Juna menggodanya. Ia menyenggol pundak Vale ringan.

Wilo di depannya terkekeh. "Iya bener banget, tapi enggak dibolehin ikut terus sama temenmu ini. Masa katanya aku pengganggu."

Ha... harus menimpali apa Vale? Ia hanya bisa tersenyuman canggung. Ekspresi seperti apa yang diekspektasikan darinya? Ia bahkan tidak tahu apa posisinya dan Wilo sekarang dalam buku Arjuna.

"Ya sudah, ayo masuk." Juna menarik tangannya lagi. Mereka berhenti di tengah-tengah toko, di depan tumpukan buku dengan dengan papan bertuliskan promo yang berjajar.

Wilo terlebih dahulu meninggalkan mereka, berkeliling melihat-lihat buku yang sekiranya menarik perhatiannya.

Juna mendekatkan bibirnya ke telinga Vale, berbisik, "Daripada kamu masak-masak atau nyulam-nyulam enggak jelas, coba cari buku deh. Siapa tahu bisa jadi distraksi yang lebih asyik." Ia mengedipkan sebelah matanya, entah apa maksudnya.

Ya, benar juga, Vale baru ingat; Juna itu sangat senang membaca. Dulu, setiap hari Minggu, saat Juna sedang asyik membaca novel di kamarnya, Vale justru sibuk bermain dengan pacar-pacarnya. Minggu ini dengan Arbian, Minggu depannya Daniel, depannya lagi Ryan, begitu terus hingga akhirnya... Elang.

Apakah Wilo juga sama dengan dirinya, senang bermain cowok?

Sepertinya tidak.

"Buku ini kayaknya bagus. Coba deh kamu lihat." Juna menyodorkannya sebuah buku. Matanya kemudian langsung sibuk memindai buku-buku lain lagi begitu Vale mengambil buku tersebut.

Vale membaca cepat sinopsis buku tersebut; sebuah novel kisah cinta anak remaja. Ia butuh kisah yang lebih berat, lebih tragis, dan lebih sedih. Ia meletakkan kembali buku itu, mulai memilah-milah sendiri buku yang akan ia pilih.

Juna, di sampingnya, tersenyum. "Cob –"

"Jun!" Wilo tiba-tiba sudah berdiri di samping mereka. "Aku nemu buku yang kamu cari!" Serunya dengan senyuman yang lebar dan mata yang berbinar. Menular.

Mata Juna seketika itu juga ikut berbinar. Buku apa pun itu yang sebelumnya sedang ia pegang langsung ia letakkan kembali. "Serius?"

"Iya! Itu di sana. Kamu dari kemarin nyari Misteri Bulan Biru kan? Di sana ada, lengkap dari satu sampai tiga!"

"Serius?"

"Iya, sini deh!"

Juna langsung pergi mengikuti Wilo.

Vale terpaku. Bahkan genre novel apa yang Juna sukai pun, ia tak tahu. Tapi Wilo – Wilo tahu.

Maka, Vale tidak berani mendekat. Ia hanya mengamati mereka dari tempatnya ditinggalkan. Wilo dengan gerakannya yang sangat anggun, Juna yang begitu gembira dan bersemangat layaknya anak kecil yang sedang membanggakan mainan barunya – mereka tampak serasi.

Pernahkah Juna sesemangat itu saat bersamanya? Sepertinya tidak. Juna selalu terlalu sibuk mengurusinya dan segala kekacauan yang ia sebabkan untuk sempat bersenang-senang dengannya.

Vale bukan perempuan yang baik bagi Juna.

Ya, bahkan menjaga dirinya sendiri pun ia gagal. Setebal apa mukanya masih berani berharap pada Juna?

Pria sebaik Juna tidak pantas mendapatkan wanita seburuk Vale. Ia hanya pantas mendapatkan wanita yang sama baiknya dengan dirinya, seperti contohnya, Wilo – wanita yang punya senyuman yang manis. Wanita yang bisa berdandan. Wanita yang anggun. Wanita yang tidak suka bermain cowok. Wanita yang bisa menjaga dirinya sendiri. Wanita yang tahu apa genre novel favorit Juna.

Vale mengepalkan tangannya, merasakan sensasi dari tekanan-tekanan kukunya pada kulit tipis permukaan telapak tangannya.

Ia benci merasa jijik pada tubuhnya. Benci melihat tatapan lembut Wilo untuk Juna. Benci pada Juna yang begitu tidak peka pada perasaan wanita cantik di sebelahnya.

Namun, paling terutama, ia benci mengetahui dirinya tahu Wilo lebih baik untuk Juna, tetapi membenci pengetahuan itu.


Vale sangat membenci dirinya yang egois. Ia benci.


***


Oke~ masalah baru udah dimulai xD Chapter ini semacam transisinya, semoga enggak terlalu ngagetin(?) Jujur aja aku lumayan bingung nulis chapter ini makanya lama :')) 

By the way, judul novel Misteri Bulan Biru itu fiktif yang Guys. Enggak beneran ada karena aku bukan pembaca novel dan enggak tau judul novel. Tapi tolong kasih tau ya kalo ternyata beneran ada 😶😶

Terakhir, Happy Eid Al-Adha buat yang merayakan 🎉🎉

Untuk semuanya, semoga harimu baik dan terima kasih sudah membaca ❤️❤️❤️

Home (JunHao GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang