⚠ 06. (2)

249 19 3
                                    

Warning! 

Chapter ini akan mengandung konten pelecehan seksual, bagi yang sekiranya tidak nyaman, bisa di-skip aja untuk chapter ini.

Karena ini menyentuh hal yang sensitif,  aku mau minta maaf terlebih dahulu kalau-kalau ada sesuatu apa pun dari chapter ini yang sekiranya menyinggung teman-teman. Kalau iya, tolong jangan ragu-ragu untuk comment atau DM aku. Aku akan take down chapter ini karena aku enggak mau siapa pun jadi tersinggung karena ceritaku.  

Bagi yang tidak keberatan, selamat membaca. 














Valerine P.O.V

Vale sudah lelah melarikan diri, bahkan langit pun menangis bersamanya.

Bajunya sudah berantakan. Elang sudah meninggalkannya setelah pembicaraan yang alot di antara mereka. Kini, Vale berjalan seorang diri dibawah siraman air hujan.

Ia tidak memiliki tujuan.

Valerine tenggalam dalam dunianya sendiri, ia tidak menyadari ada sebuah motor yang sedaritadi mengikutinya.

Ia terperanjat ketika sebuah suara bariton menyapa telinganya.

"Hey, cantik." Seorang pria di atas motor besarnya menyeringai lebar, seketika membuat Valerine bergidik ngeri.

Dimana dia? Kenapa tiba-tiba ia berada di sebuah jalanan gelap dan sepi? Bahkan, hujan pun sudah berhenti dan ia tidak sadar. Dimana ini? Secara tidak sadar, Valerine menangkupkan tangannya di depan tubuhnya, masuk ke dalam mode defensif.

Seolah dapat membaca pikiran Valerine, pria itu memarkir motornya. "Hey, hey, jangan takut. Aku bukan pria jahat. Aku hanya menyapamu karena kamu terlihat tidak fokus." Pria itu berjalan mendekat.

Valerine memicingkan matanya, masih ragu dengan pengakuan pria itu. Apalagi, dari penampilannya, pria itu terlihat seperti bagian dari sebuah geng motor.

Seharusnya, Vale sudah lari ketakutan saat ini. Tetapi, ia tidak. Salahkan kekalutannya saat ini. Ia diam menanti.

Pria itu mengulurkan tangannya. "Aku Alan. Lihat, aku sudah memberikan namaku. Apakah sekarang kamu percaya aku bukan pria jahat?"

Vale memikirkan kata-katanya sebentar. Ia kemudian menyambut tangan Alan. "Valerine," ucapnya singkat.

Alan tersenyum mendengarnya. "Aku melihatmu putus dengan pacarmu di restoran tadi. Tidak seharusnya perempuan secantik dirimu menangisi pria yang tidak menghargai kecantikanmu."

Valerine mendengus mendengar gombalin manis Alan. Ia sudah terlalu sering mendengar gombalan-gombalan murah semacam ini. "Apa mau mu? Tidak usah berputar-putar, aku sudah lelah."

Home (JunHao GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang