#01 ~ [ Bertemu Dia Waktu Itu ]

15.4K 1.3K 13
                                    

***

Pada-Mu Allah, masihkah ada kesempatan untukku meminta?

🌾🌾🌾

Ayesha tak pernah tahu kapan dirinya bahagia menjalani kehidupan ini. Ah, tidak. Yang gadis itu ingat, Ayesha hanya tahu jika dirinya pernah merasa bahagia. Ya, pernah.

Terakhir kali, ketika almarhumah Amara––mamanya masih hidup. Waktu itu, Ayesha masih tegar karena ada sosok yang mampu menguatkan dirinya, ada sosok yang selalu tersenyum di sampingnya, dan senantiasa memberinya kasih sayang tak terkira.

Berbanding terbalik untuk saat ini, dimana dirinya hanya sendirian. Meski ada sosok papa yang masih ada, rasanya Ayesha tetap kehilangan sosok mamanya. Apalagi ketika mamanya sudah tiada, hubungan dirinya dengan sang papa tetap saja tak membaik. Jika dulu Papanya hanya diam mengabaikannya, kini pria paruh baya itu mulai berani melakukan kekerasan terhadapnya. Bukan kekerasan fisik, tetapi kekerasan batin yang ia dapatkan dari perkataannya yang terlontar dengan kata tajam, kasar, dan sarat akan hinaan. Sungguh, Ayesha tidak kuat bila mengingatnya.

"Sekali lagi saya melihat kamu di sini, saya tidak akan segan-segan meminta kamu untuk pergi dari rumah ini!" bentak Praja, Papa Ayesha.

Gadis itu terhenyak, tubuhnya bergetar begitu mendengar suara keras yang terlontar dari bibir pria paruh baya itu. Belum lagi dengan sahutan suara debam pintu terbuka yang memekakkan telinga.

Sorot mata pria paruh baya itu menampakkan kemarahan yang tak terkira. Manik matanya memerah tajam, membuat tubuh mungil itu semakin bergetar. Tentu Ayesha semakin takut dibuatnya.

"Apa kurang jelas saya mengatakannya, hah?!" bentak Praja lagi.

"Ta-tapi, Ayesha ingin di sini." Suaranya terdengar bergetar, seirama dengan dengan tubuhnya yang tampak bergetar pula.

"Pergi, saya bilang?!"

"K-kenapa, Pa?" Suaranya tercekat. Ia berusaha memberanikan diri untuk berkata seperti itu, meski tetap saja ada ketakutan yang hadir di sela-sela suaranya.

"Tidak ada alasan lagi untuk saya mengusir kamu dari ruangan ini. Ruangan ini milik istri saya?! Cepat keluar!"

"Istri Papa itu juga Mama Yesha. Mama kandung Ayesha, Pa!" teriak Ayesha dengan keberanian yang datang entah dari mana. Ia merasa tidak terima dengan perkataan Papanya.

Perlahan gadis itu menatap ragu Papanya yang tengah diliputi amarah. Ketika mendapati tatapan nyalang dari sang papa, sontak keberanian Ayesha mulai surut. Kini ia menunduk dalam dengan tangan yang saling menaut dan tubuh yang kembali bergetar.

"Berani kamu dengan saya?!" sentak Praja mulai mendekati anak gadisnya itu. "Berani kamu, hah?!"

"Pa, Sakit!" rintih Ayesha ketika tangan kekar Papanya mencengkeram pergelangan tangannya. "Lepas, Pa. Sakit ...."

Untuk kesekian kalinya Ayesha menangis dengan perlakuan Praja terhadapnya. Seolah buta, Praja tak menghiraukan rintihan kesakitan anak gadisnya ini. Pria itu menarik tangan Ayesha, membawa tubuh ringkih itu keluar dari ruangan ini. Yang ada di pikirannya, ia harus segera mengeluarkan gadis ini dari ruangan istrinya. Ruang baca yang selalu menjadi ruangan favorit almarhumah istrinya.

Gadis itu terisak, meratapi tangannya yang memerah setelah Praja menghempas kasar tangan Ayesha.

"Jangan sekali-kali kamu masuk ke ruangan ini lagi?!" tunjuk Praja pada anak gadisnya. Tatapannya pun masih saja terlihat nyalang.

"Pa!"

"Jangan membantah!"

"Tapi, hanya ruangan ini yang selalu membuat Ayesha bisa melepaskan rindu dengan Mama, Pa," isak Ayesha keras.

Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang