***
Padamu sang pengikat, jangan tatap aku terlalu lekat. Aku tak mau ada keburukan saat kita mendekat
🌾🌾🌾
Tangannya bermain dengan pulpennya di atas meja. Memutar-mutarnya dengan gerakan pelan. Namun, tatapannya fokus pada seorang gadis yang tengah gelisah di tempatnya.
Lihat saja, dari sini Ayesha terlihat gugup. Entah apa yang dirasakan gadis itu, yang jelas Sakha mampu menebaknya. Ia yakin, karena kejadian waktu itu.
"Sampai di sini rapat kita, apakah ada yang ingin kalian sampaikan? Ada yang merasa belum puas?"
Suara Denis sedikit menginterupsi Sakha yang tadinya sibuk dengan kegiatan menatapnya.
"Nggak ada, Kak," jawab mereka setelah terjeda beberapa detik.
"Baik, kalau begitu saya tutup rapat ini, assalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatuh."
"Wa'alaikumsalam ..."
Semua anggota panitia langsung berpamitan pergi keluar dari ruangan ini. Kecuali Ayesha yang sedari tadi tak bisa diam di tempatnya.
Gadis itu masih terduduk di sana, menunggu Sakha keluar lebih dulu di antara gerombolan mahasiswa lain. Namun, menit berlalu Sakha masih diam di sana seolah menyibukkan diri.
Ayesha menghela napasnya lirih, dengan segala kekuatan yang ia punya gadis itu bangkit dari duduknya. Mengambil langkah pelan dengan menunduk dalam. Jantungnya berdebar saat melewati lelaki itu. Rasa gugup macam apa ini?
"Ayesha ...."
Langkah Ayesha terhenti seketika begitu indera pendengarannya menangkap seruan panggilan Denis tiba-tiba.
Perlahan gadis itu membalikkan tubuhnya. "Kenapa, Kak?"
"Maaf ya, saya memilih kamu secara mendadak. Karena saya yakin kamu sangat pantas menjadi moderator di seminar kali ini."
Ayesha yang mendengarnya hanya bisa melipat bibirnya ke dalam. Ia menunduk dengan sesekali melirik Sakha yang tampak asyik dengan ponselnya.
"Nggak apa-apa, Kak. Bisa menambah pengalaman juga buat aku," ujar Ayesha tersenyum tipis.
"Ohiya, untuk CV nanti kamu bisa memintanya sendiri pada Sakha. Mumpung dia masih di sini, mintalah padanya. Saya harus segera ke kelas. ada jam kuliah," kata Denis seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Belum sempat Ayesha menjawabnya, Denis sudah pergi meninggalkan Ayesha dan Sakha di sana. Ah, lebih tepatnya meninggalkan Ayesha dan kegugupannya. Karena yang jelas bukan hanya ada mereka di sini. Masih ada beberapa mahasiswa yang sibuk dengan kegiatannya.
Yang menjadi masalah kali ini, bagaimana caranya Ayesha meminta CV itu pada Sakha? Berada di ruangan yang sama meski tidak saling berbicara saja membuat Ayesha gugup. Apalagi berbicara berdua? Ah, Ayesha terlalu gugup karena malu akan kejadian kemarin.
Ayesha memejamkan matanya sejenak, sebelum mengambil langkah kecil untuk mendekati Sakha yang masih duduk santai di sana. Saat kelopak matanya terbuka, Ayesha langsung kelabakan sendiri saat melihat Sakha mulai berbenah, kemungkinan akan segera pergi dari ruangan ini.
Cepat-cepat Ayesha mendekati lelaki itu. "Kak," panggilnya pelan.
Gerakan tangan lelaki itu terhenti, kepalanya sedikit terangkat karena posisinya yang masih duduk.
"Kenapa?"
"Emm, aku ... Aku mau minta CV Kakak. Kata Kak Denis aku harus memintanya sendiri sama Kak Sakha," ucap Ayesha sedikit tergugu di awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]
Romance[ SQUEL ABOUT HEART ] 📌 📌 Cerita Ini Murni Imajinasi Penulis 📖📖 📍 BELUM DIREVISI 📝 *All pictures by pinteres ✔ ~•~•~ Ayesha Hanna Putri, gadis muda yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Perempuan yang selalu menahan rindu setiap...