#07 ~ [ Perkenalan Tak Terduga ]

7.3K 962 11
                                    

***

Jika memang takdir membiarkan kita seperti ini, aku harus apa selain membiarkannya juga.

🌾🌾🌾

Derap langkahnya terdengar di lorong kampus fakultas ekonomi dan bisnis. Gadis berkhimar hijau army itu berjalan tergesa-gesa. Hingga beberapa langkah lagi saat manik matanya menangkap pintu ruang kelasnya, Ayesha berlari kecil.

Alhamdulillah, belum datang.

Ayesha bersyukur, dosen yang mengajar jam ini belum datang. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi padanya nanti. Mendapat kuliah di jam sore memang membuat Ayesha sedikit repot. Pasalnya, di jam ini selalu bertabrakan dengan jam kegiatan kampus yang ia ikuti.

"Baru datang, Sha?" tanya Ghania begitu melihat Ayesha datang dan duduk di kusri sebelahnya.

"Iya, tadi sempat dipanggil Kak Denis," jawab Ayesha.

"Lho, ngapain?"

"Itu, kita mau membahas seminar yang akan diadakan minggu depan."

"Kamu ikut jadi panitia?"

"Ya, begitulah. Sudah ditunjuk, bisa apa aku?"

Ghania yang mendengar nada pasrah Ayesha terkekeh geli. "Ya nggak apa-apa dong, Sha. 'Kan bisa melatih soft skill-mu."

Ayesha menghela napasnya, lalu memandang Ghania sepenuhnya. "Kamu harusnya juga begitu."

Ghania meringis. "Males, Sha," katanya terlalu jujur.

Ayesha yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.

"Sha, jadi cari Kak Bana 'kan?" tanya Ghania tiba-tiba.

"Eh, ngapain?" tanya balik Ayesha sedikit terkejut.

Ghania berdecak lirih, kemudian menarik pelan kursinya sedikit ke samping. "Kan mau bilang terimakasih sama Kak Bana dan temannya," katanya mengingatkan.

"Ohiya, astaghfirullah ... aku lupa."

Ghania berdecak lagi. "Masih muda kok pikun!"

"Lupa bukan berarti pikun, Ghan."

"Hmm, terserahlah," pasrah Ghania kemudian memposisikan kursinya kembali ke semula. Gadis itupun mengambil pulpennya lalu bermain dengan benda itu di atas meja. Ayesha yang melihatnya hanya bisa terkekeh geli.

***

"Bagaimana? Sudah menemukan jawaban?" tanya salah satu dosen yang menempuh jam kuliah saat ini.

"Lo sudah nemu. Gih, angkat tangan!" suruh Bana pada Sakha yang terlihat anteng ayem.

"Nggak. Biar yang lain aja," tolak Sakha santai.

Bana berdecak. "Jangan nambah beban gue deh."

Sakha mengeryit, "Gue nggak pernah buat lo repot!"

Bana pun mencibirnya. "Yang bilang nggak pernah repot, tapi kok buat sekelas ditambah tugas semua," cibir Bana terang-terangan.

"Kamu! Bisa menjawab?!"

Tiba-tiba sang dosen menunjuk Bana. Beliau memergoki mahasiswanya sedang bercakap-cakap di tengah pembelajarannya.

"Eh, anu Pak, nggak tahu saya."

Dosen itu diam. Lalu menfokuskan dirinya ke laptop. Kemudian kembali menatap Bana.

"Saya tambah tugasnya. Kalian harus buat power point buat presentasi besok pagi. Individu ya!"

Semua mahasiswa yang ada di kelas itu hanya bisa menahan napas. Tipe dosen seperti inilah yang ditakuti mahasiswa. Terlihat tenang tapi diam-diam menghanyutkan. Yang salah satu mahasiswa yang terkena imbasnya seluruh mahasiswa yang ada di kelas itu.

Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang