***
Apakah perihal mencintai adalah hal yang terakhir untuk dipikirkan?
🌾🌾🌾
"Apa maksudmu, Kak?" ujar Ayesha berkata pelan.
Gadis itu menegang di tempatnya. Kentara sekali dirinya tengah terkejut dengan perkataan Sakha.
"Aku ingin menikahimu, Sha."
"Kenapa harus secepat ini, Kak?" tanya Ayesha masih tak percaya dengan semua ini.
Sakha terdiam di tempat. Melempar tatapan seriusnya pada gadis itu. Memang ini trlalu nekad, tapi entah mengapa Sakha yakin.
"Aku ingin kamu keluar dari penderitaan ini. Haruskah aku mengatakannya sekali lagi, kalau aku tersiksa melihatmu menangis terus?" Sakha berjalan ke arah jendela ruangan ini. "Aku kira, satu-satunya cara hanya sebuah pernikahan, Sha. Kamu akan lepas dari penderitaan ini meski nggak sepenuhnya. Kamu nggak akan lagi mendengar perkataan-perkataan menyakitkan."
Ayesha menggeleng tak percaya. Gadis itu menggigit bibirnya tanpa sadar. Bukan ini caranya. Mengapa Sakha malah mengatakan sesuatu yang sangat di luar dugaan. Pernikahan bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Bukan pula penyelesaian dari masalahnya ini. Justru dalam pernikahan kita akan merasakan pasang-surut sebuah kehidupan. Jadi, Ayesha tak mau bermain-main dengan sebuah pernikahan.
"Bukan ini caranya, Kak."
"Sha ...."
Ayesha menggeleng kuat. Selain karena ia tidak ingin bermain dengan sebuah pernikahan, Ayesha juga tidak mau melibatkan lelaki ini untuk masuk dalam masalah hidupnya. Ia tidak akan tega untuk ukuran lelaki yang diam-diam memperhatikannya, sosok lelaki yang peduli padanya, ada untuknya, dan sosok lelaki yang mampu membuatnya merasakan debaran asing untuk lawan jenis.
Tidak. Ayesha tidak mampu membayangkan jika Sakha masuk dalam hidupnya, kemudian lelaki itu ikut terseret dalam permasalahan hidupnya yang terlalu menyakitkan.
"Maaf, Kak."
Setelahnya, Ayesha berbalik pergi meninggalkan Sakha yang terdiam di sana. Ayesha menangis terisak, mengabaikan perasaan asing yang mulai menyelusup di hatinya.
Maaf, aku nggak mau membuat ini semakin rumit. Kamu ... adalah sosok yang mulai berarti untukku, Kak. Aku nggak mau kamu menyesal dengan semua keputusan yang terlalu tiba-tiba ini. aku takut, kamu hanya terlalu kasihan padaku.
***
Ghania menatap khawatir sahabatnya yang kini menangis sesenggukan. Ghania tak tahu apa yang membuat Ayesha menangis seperti ini. Biasanya gadis ini akan menangis bila menyangkut keluarganya, lebih tepatnya papanya. Apakah mungkin? Tapi, melihat Ayesha yang seperti ini, pasti ada sesuatu yang besar menghantam perasaannya.
Ghania memeluk Ayesha, membawanya pada pelukan seorang sahabat. Ghania tak mau banyak bertanya, lebih baik ia memendam seribu rasa keingintahuannya ini. Ayesha butuh pelukannya, Ayesha lebih membutuhkan dirinya untuk mendengar keluh-kesahnya.
"Kenapa harus begini? Hiks ...."
Sungguh Ghania berusaha mati-matian menahan rasa keingintahuannya.
"Sssut ... Kamu bisa cerita sama aku, kok. Aku ada buat kamu."
"Kenapa aku harus merasakan ini, Ghan? Hiks ...."
Ghania tak menjawab, ia tetap memeluk Ayesha. Tangannya mengusap-usap pelan punggung gadis itu. Ayesha benar-benar terlihat rapuh. Sebenarnya apa yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]
Romance[ SQUEL ABOUT HEART ] 📌 📌 Cerita Ini Murni Imajinasi Penulis 📖📖 📍 BELUM DIREVISI 📝 *All pictures by pinteres ✔ ~•~•~ Ayesha Hanna Putri, gadis muda yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Perempuan yang selalu menahan rindu setiap...